33

2.1K 210 2
                                    

Albert sedang tidur siang saat Lukas mendengar suara gebrakan keras pada pintu. Lelaki itu tak sempat mengintip melainkan segera membukanya karena suara itu benar - benar menganggu. Saat pintu terbuka, deretan prajurit berada tepat di depannya. Cedric tersenyum sinis padanya. Lelaki itu benar - benar datang kembali untuk menggeledah kamar ini.

"Bangunkan pangeranmu karena kita akan menggeledah tempat ini."

"Yang Mulia..."

"Apa kau sudah membawa surat perintahmu ?" Albert tiba - tiba berdiri di belakang Lukas, membuat lelaki itu terkejut karena seingatnya tadi Albert masih tertidur.

"Panglimaku tidak butuh surat perintah hanya untuk menggeledah area rumahku. Aku yang memerintahkannya." Kenneth muncul dari belakang, membuat mereka semua menunduk hormat, tak terkecuali Lukas sekalipun. Hanya Albert yang tetap diam di tempatnya tanpa merasa takut pada Kenneth.

"Cepat lakukan." Kenneth memberikan isyarat pada prajuritnya untuk menggeledah tempat itu dengan segera.

"Kau akan mendapat masalah bila dugaanmu salah, Yang Mulia." Albert menatapnya sengit.

"Benarkah ? Masalah apa memang ? Ini istanaku, ini rumahku. Aku bebas melakukan apa yang ku mau, Pangeran Albert." Ujar Kenneth tak kalah mematikan.

"Yang Mulia, aku menemukannya di bawah ranjang tempat tidur Pangeran Albert." Seorang prajurit membawa potongan kain yang sudah kotor namun semua orang disana masih bisa mengenalinya, terutama Kenneth. Itu adalah potongan bagian bawah gaun pengantin Margaret.

"Jadi kau pelakunya !" Emosi Kenneth naik begitu saja.

"Bukan aku !" Albert menyangkal. Ia benar - benar lupa bahwa setelah Lukas memberikan potongan kain tersebut, ia langsung menginjaknya kemudian menendangnya ke kolong tempat tidur.

"Jangan menyangkal ! Ini buktinya !"

"Aku yang melakukannya, Yang Mulia." Ujar Lukas dengan tenangnya. Setelah selamat melewati puluhan perang, akhirnya ia tahu dimana hidupnya berakhir. Ia bisa saja membela diri di depan Kenneth Days. Namun di sisi lain, Pangeran Albert tentu akan cuci tangan dari perbuatannya. Jadi tak ada pilihan lain selain menyerahkan diri secara damai pada Sang Raja.

"Kau kira aku akan percaya begitu saja ?" Kenneth mencengkeram kerah baju lelaki itu kuat - kuat sehingga Lukas merasa tercekik disana.

"Kau sama sekali tidak punya urusan denganku. Benar kau yang melakukannya karena aku tahu, Albert adalah orang yang menyuruhmu. Untuk apa ia mengotori tangannya sendiri bila ia masih punya seseorang yang bisa disuruh ?" Kenneth memperingatinya dengan tajam. Sedetik kemudian ia melepaskan cengkeramannya.

"Yang Mulia, ini adalah korek api yang sama yang ditemukan di dekat gaun permaisuri." Cedric mencocokkan isi kotak dari korek api tersebut dengan sebatang korek yang ditemukan di paviliun Monza. Itu adalah batang korek yang sama. Bentuk ukirannya benar - benar mirip. Beruntungnya batang korek itu tak terbakar habis sehingga Cedric bisa menggunakannya sebagai patokan untuk menemukan pelakunya.

"Aku sudah tahu sejak awal bahwa pelakunya adalah dirimu. Aku tidak pernah menemukan batang korek seperti itu di Whitemouttier. Itu pasti berasal dari kerajaan lain." Tandasnya sinis sambil menatap Albert. Lelaki itu kini kehabisan kata - kata karena bukti yang ada sudah terlalu kuat.

"Tangkap mereka berdua sekarang juga." Titahnya tenang walaupun Albert memberontak saat prajurit akan menangkapnya.

"Kirim Lukas ke penjara khusus di istana lalu bawa Pangeran Albert ke kamar interogasi. Ia akan dikurung disana hingga rajanya datang sendiri kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatan putranya. Kirim pulang prajuritnya ke Volta, rajanya harus tahu berita ini. Aku akan menulis surat untuknya sekarang." 

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang