40

1.8K 170 0
                                    

Margaret baru saja memasuki ruang kunjungan saat ia tiba - tiba melihat Rowena berdiri di ujung ruangan. Hanya ada mereka berdua saat ini, entah kemana semua pelayan yang ada disana. Wanita tersebut menatapnya beberapa detik sebelum ia melangkah mendekati Margaret. Rowena berlutut di depan perempuan itu dengan hormat. Hal tersebut merupakan sesuatu yang seharusnya hanya bisa dilakukan di depan raja karena itu adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada seseorang . Hanya raja yang pantas mendapatkannya. Margaret tahu itu menyalahi aturan istana namun ia tak berusaha menginterupsi Rowena. Ia justru tersenyum penuh maksud sembari menatap Rowena baik - baik.

"Terima kasih telah menyelamatkanku, Yang Mulia. Aku akan setia padamu mulai saat ini." Ujar Rowena dengan lugas, penuh penekanan disana.

"Aku tahu." Sahutnya singkat dengan senyum kemenangan di wajahnya.

"Mulai sekarang kau akan menjadi mata dan telingaku disini. Bukankah dulu ibu suri juga melakukan hal yang sama ?" Rowena spontan menoleh saat Margaret berkata demikian, seakan rahasia besarnya baru saja terbongkar.

"Kau tidak perlu terkejut seperti itu. Aku tahu semua orang menginginkan kekuatan di istana, termasuk aku." Sahut Margaret sinis. Sekarang Rowena bisa melihat sisi lain dari perempuan yang dikenal lemah lembut tersebut. Margaret tidak sepolos apa yang dipikirkan orang - orang.

"Apa yang kau inginkan, Yang Mulia ?" Tanya Rowena hati - hati. Margaret menggeleng, perempuan itu tersenyum singkat.

"Bangun, duduklah bersamaku." Sedetik kemudian Margaret duduk di sofa dengan tenang. Rowena berdiri kembali lalu menyusul perempuan tersebut hati - hati, ingin membuat kesan baik disana.

"Aku punya sesuatu yang sangat aku inginkan dari sini. Kau tidak bisa turun secara langsung karena ini adalah urusan di antara aku dan raja. Tetapi aku sudah membuat tugas - tugas tertentu untukmu, kau akan membantu mempermudah jalanku supaya apa yang ku lakukan tidak akan tercium oleh raja."

"Apa memang ?"

Margaret mencondongkan badannya ke depan dengan wajah tegasnya. Sepertinya ini benar - benar sangat rahasia sehingga perempuan tersebut tak ingin ada yang mendengarnya, bahkan Elise sekalipun. Tampaknya Margaret memiliki hal - hal yang sejak dulu ingin ia wujudkan namun tak melibatkan Elise di dalamnya.

"Aku mau kau menjadi perantara antara aku dan antek - antekku di Goddam. Mereka akan mengirim berkas - berkas rahasia, tapi tidak langsung ke istana supaya raja tidak mencurigainya. Aku berencana membeli rumah dan mengirimkan suratnya kesana. Kau hanya perlu keluar untuk mengambilnya dan memberikannya padaku." Rowena cukup terkejut dengan ucapan Margaret namun ia bisa mengendalikan ekspresinya dengan baik.

"Aku bisa melakukannya, Yang Mulia."

"Tentu saja kau bisa. Kau adalah pelayan senior disini, kau tahu situasi istana dengan baik."

"Boleh aku tahu apa sebenarnya rencanamu, Yang Mulia ? Mengapa kau menyembunyikannya dari raja ?" Rowena tak dapat menahan pertanyaan itu lagi dari mulutnya. Ia tahu ia lancang namun ia juga harus tahu apa tujuan Margaret berbuat demikian. Margaret sendiri sadar bahwa sekalipun Rowena setia padanya, raja adalah orang yang paling ia takuti disini.

"Ini bukan pemberontakan, jangan khawatir. Aku sedang berusaha menggulingkan Jansen dari takhtanya karena sejak awal kursi tersebut adalah milikku. Yang Mulia Raja tidak boleh tahu karena ia ingin aku fokus dengan kehamilanku untuk saat ini, sedangkan aku tidak bisa diam lebih lama lagi menyaksikan rakyatku menderita karena Jansen." Ujar Margaret tenang namun nada bicaranya terdengar kesal disana.

"Aku akan melaksanakannya, Yang Mulia. Apa ada hal lain yang ingin kau lakukan saat ini ?"

"Tidak ada, itu saja dulu. Selebihnya akan ku pikirkan nanti. Aku belum menginspeksi para pelayan, aku bingung harus memulainya darimana."

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang