Selama perjalanan Luna hanya diam tak berkata apapun, Mordred yang melihat adiknya seperti itu berpikir mungkin Luna sedang mengalami trauma akibat kejadian yang menimpanya. Namun, sepertinya bukan trauma yang menjadi penyebab diamnya Luna."Sir, apakah kita membawa dokter tadi?" tanya Mordred ke Sir Benedic.
"Kita tak sempat meminta dokter ikut, Tuan Muda," jawab Sir Benedic.
"Ah gawat, kira-kira berapa jam lagi kita sampai di perbatasan?"
"Saya kira mungkin 3 jam lagi kalau tanpa kendala itupun kita sudah memakai jalur aman."
"Tolong perintahkan Sir Gerald mempersiapkan dokter di perbatasan."
"Baik Tuan."
Mordred kembali duduk di samping Luna mengelus rambut adiknya untuk menenangkannya. "Kamu ada ingin sesuatu?"
Luna hanya menggelengkan kepalanya saja membuat Mordred menghela napas. "Kamu...khawatir dengan Black Tiger?"
Meski ragu dengan pertanyaannya, Mordred terkejut mendapati Luna yang kembali menangis. Dia segera memeluk adiknya itu, astaga dia salah bertanya sepertinya.
Sebelumnya, pada saat sampai di perbatasan dan membuat pos, Sir Gerald melaporkan kepada Mordred kalau Luna bersama pria berpakaian serba hitam yang mereka semua yakini kalau dia adalah seorang pemburu hadiah dilihat dari senjata yang dia bawa. Namun, saat berusaha diindentifikasi oleh Sir Gerald, dia tak menemukan data yang terkait dari berbagai kerajaan lain termasuk East Land.
"Bisa saja dia Assasin dari Dartania, Tuan," ucap Sir Benedic.
"Yang benar saja, aku akan memenggal kepalanya jika dia memang dari Dartania!" tegas Mordred.
"Sepertinya dia bukan seorang Assassin dari Dartania." Semua mata kemudian tertuju kepada Sir Lancelot yang baru saja datang.
"Memangnya kau tahu, Sir?" tanya Sir Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia [On Going]
Adventure[INI ADALAH NOVEL DENGAN ILUSTRASI] [BANYAK MENGAMBIL INSPIRASI DARI PROBLEMATIKA DUNIA NYATA] Berlatar di bumi tahun 2083 setelah perang dunia 4 berakhir, Distrik Ishayama adalah tempat terjadinya bencana nuklir yang gagal antara proyek kerajaan We...