Akhirnya sekian lama berjalan, mereka menemukan cahaya matahari. Ken bisa memastikan kalau mereka sudah dekat dengan perbatasan Ishayama dibagian utara demi menuju North Kingdom."Rasanya seperti terkurung beberapa hari," ucap Luna menikmati pancaran sinar matahari.
"Setelah ku lihat lagi aku baru sadar kalau kau sangat putih seperti cat dinding," ucap Ken yang ambigu entah itu pujian atau hinaan.
"Kau menghina?" tanya Luna menatap kesal Ken.
"Memuji tapi tercampur hinaan," jawab Ken. "Kira-kira butuh setengah jam lagi untuk sampai kesana."
"Kakiku rasanya mau patah."
"Kau bisa berhenti, lagian kau tak perlu sampai sejauh ini."
"Tidak." Luna menatap tegas kepada Ken. Ini sudah sangat jauh, dia tak boleh menyerah, misteri ini harus selesai. "Aku harus menyelesaikan ini semua."
Ken tersenyum melihat Luna, gadis ini sudah tumbuh menjadi perempuan yang tegas, tapi ini masih fase saja, belum seutuhnya. Masih ada bagian dari gadis ini yang cukup rapuh. "Aku tau kau akan mengatakan itu."
Keduanya kembali melanjutkan perjalanan mereka. Saat merasa sudah di ujung hutan Ken meminta Luna untuk bersembunyi dibalik pepohonan. Perjalanan mereka tak mungkin selalu mulus, Edgar memang membantu mereka tapi bukan berarti dia dipihak mereka selamanya. Dia bekerja untuk uang dan agar tetap hidup, jika para pemburu bertanya soal lokasi mereka bukan sesuatu yang mengejutkan Edgar akan memberitahu yang sebenarnya. Hutan ini adalah hutan yang belum pernah dipetakan oleh para pemburu distrik Ishayama, para pemburu yang tak punya informasi apa-apa tentu tak akan berani langsung memasukinya, jadi cara termudah untuk menyerang adalah dengan menunggu di ujung jalan yang mereka tuju. Perlahan Ken mengambil pistolnya lalu menembaki secara asal.
Dor
Dor
Dor
Seketika para pemburu menembaki dia, Ken sengaja memancing tembakan asal agar para pemburu keluar, mereka kesulitan untuk membidik dikarenakan kabut yang tebal, bahkan meski menggunakan lensa pendeteksi panas sekalipun berkat jaket milik Ken. Kini Ken mengetahui jumlah mereka dari total suara tembakan. "Mari memangsa," ucapnya lalu mulai bergerak secara perlahan. Ken mulai menembaki mereka, dia tersentak mengetahui pemburu itu memiliki baju ketahanan peluru dengan cepat Ken menembaki bagian kepala.
"Arghhh!!!" Sisa diantara mereka yang masih hidup menubruk Ken sampai keduanya jatuh ke sungai. Ken kewalahan karena air yang masuk ke mulutnya cukup banyak.
Dor!
Pemburu itu tewas seketika. Ken menyadari siapa yang menembak, dia melihat Luna yang terdiam gemetar sambil memegang pistolnya. Ken lalu naik ke daratan mendekati Luna pelan-pelan. "Kau tak perlu harus membunuhnya, aku sendirian bisa."
"Aku...ingin...membantumu, aku takut...kau...ma-" Luna terdiam saat Ken memeluknya. "Terima kasih sudah khawatir, tapi percaya samaku kalau aku bisa melakukannya, lihatlah sekarang kau sudah mengotori tanganmu." Ken bisa merasakan Luna yang membalas pelukannya bahkan isakan tangis Luna terasa. "Aku...sudah kotor...aku..." — "Sudahlah, kau belum kotor, itu terpaksa, kau masih suci."
"Kau harus kuat, saat ini kita dalam kondisi bahaya, kuatkan tekadmu, semua harapan rakyat Dartania yang tak bersalah dan kebenaran tentang konspirasi ini ada ditanganmu, ini masih terlalu ringan untuk kau pikul."
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia [On Going]
Adventure[INI ADALAH NOVEL DENGAN ILUSTRASI] [BANYAK MENGAMBIL INSPIRASI DARI PROBLEMATIKA DUNIA NYATA] Berlatar di bumi tahun 2083 setelah perang dunia 4 berakhir, Distrik Ishayama adalah tempat terjadinya bencana nuklir yang gagal antara proyek kerajaan We...