Hunter VS Assassin

21 1 0
                                    


Luna dengan tubuh yang cukup lemah hanya bisa pasrah dibawa para tentara asing, mereka hanya beberapa saja namun bisa Luna pastikan kalau mereka profesional. Rasanya Luna ingin menangis sekeras-kerasnya, apakah dosanya terlalu besar? Dosa apa yang telah dia lakukan hingga mendapat masalah sebesar ini? Mengingat hal itu, seketika terlintas dipikiran Luna pria 'itu', jaket hitamnya, suaranya dan senjata khasnya. Luna mengharapkan kedatangannya, apakah ini egois? Dia sudah membuang pria itu, mana mungkin ada pria setabah itu.

Salah satu dari mereka membuka gerbong mobil untuk memasukkan Luna.

Dor!

Dor!

Mata Luna seketika membulat sempurna melihat kejadian didepannya, entahlah, dia tidak terkejut melihat penembakan barusan namun dia terkejut melihat pria dihadapannya. "Ken," ucapnya lemah sambil terduduk pelan. "Tahan dirimu, Nona," ucap Ken lalu mengangkat tubuh Luna yang menurutnya sangat ringan, dasar kaum bangsawan yang selalu memperhatikan bentuk tubuh mereka. "Kau belum membayar upahku," ucap Ken. Luna yang mendengar itu hanya tersenyum membiarkan dirinya pasrah dibawa Ken. Dia percaya akan keselamatan dirinya, mungkin terdengar aneh, tetapi kenyataannya dia memang selalu berhasil selamat berkat Ken.

Merasa kakinya yang terus berlari telah mencapai batasnya, Ken terpaksa menurunkan tubuh Luna lalu memberikannya minum. Untuk sementara mereka bersembunyi di dalam toko pakaian. Gadis itu masih cukup lemah untuk berjalan, mungkin ada baiknya memang mereka bersembunyi untuk sementara. "Kenapa kau kembali?" tanyanya dengan suara yang lemah. "Kau belum membayarnya," jawab Ken sambil tersenyum. "Jadi kau tidak benar-benar ingin menyelamatkanku, ya?" Entahlah, kenapa Luna menanyakan hal itu? Apa dia terlalu berharap kepada seorang yang dengan gampangnya menembak kepala orang lain? Tapi rasanya dadanya sesak karena mendengar jawaban Ken. "Aku telah berjanji untuk menjagamu sampai misi ini selesai, begini juga aku adalah laki-laki gentle," jawaban Ken itu sontak membuat Luna tertawa pelan, dia lupa kalau pria itu cukup kaku.

"Hey Ken."

"Iya?"

"Apa Kakakku baik-baik saja?"

"Aku rasa iya, saat menyelamatkanmu sebagian prajurit Westernia masih melawan para Assassin, lagian aku tak yakin prajurit terbaik Westernia seperti Lancelot bisa mati hanya dengan ledakan." Yang dikatakan Ken itu benar, untuk apa dirinya memikirkan Mordred, kakaknya itu cukup tangguh, bahkan menjadi salah satu ancaman dari Dartania. Saat ini dia harusnya fokus dengan keadaan dirinya. "Kau masih lelah?" tanya Ken.

"Iya."

"Apakah kita bisa disini dulu?"

"Tentu, aku akan menjagamu, kau bisa istirahat," ucap Ken lalu membuka jaketnya dan menyelimuti Luna. "Setidaknya kita punya waktu 10 menit, jadi pakailah tidur ala prajurit."

"Kau tahu soal tidur prajurit?"

"Kau lupa kalau aku agen ganda, tentu aku tahu banyak soal informasi."

"Ah kau benar, seperti kecelakaan sebelumnya membuatku lupa."

"Tenang saja itu juga gak penting, silakan tidur, aku akan menjagamu."

Luna tersenyum lalu mulai memejamkan matanya tak lupa berterima kasih kepada Ken. "Terima kasih."

Setelah gadis itu tampak sudah tidur dengan lelap Ken mulai keluar dari puing-puing toko. Para Assassin Dartania kemungkinan masih sibuk lari atau bertarung dengan para prajurit Westernia. Jadi kemungkinan untuk menuju perbatasan Ishayama mereka harus menggunakan jalur lain. Karena kedatangan prajurit Westernia, kemungkinan diperbatasan terdapat kamp para prajurit Westernia. "Jadi, apa yang harus aku perbuat ya?"

"Diam ditempat!"

"Diam ditempat!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Distopia [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang