Chapter 1 Latihan

16 1 0
                                    


Semenjak malam itu, Luna tak bisa tidur nyenyak. Pagi ini juga rasanya dia sangat tidak ingin bangun lebih awal, dadanya masih terasa sakit mengingat kejadian tadi malam. Rasanya dia seperti perlu minta maaf kepada Ken. Dengan sekuat tenaga Luna berusaha bangkit dari tempat tidur. Dia adalah putri kerajaan yang sedang berada di kerajaan lain, dia harus menunjukkan sikap yang baik kepada anggota kerajaan.

Selesai mandi, Luna memakai pakaian yang sudah disediakan pelayan kerajaan dengan ciri khas bangsawan North Kingdom. Luna segera keluar untuk berencana bertemu ratu Durothy karena hanya dia yang bisa dia ajak berbicara saat ini. Saat membuka pintunya Luna terkejut karena Ken sudah berdiri di depan pintu, lucunya pria itu juga ikut terkejut.

"Ken."

"Putri." Keduanya sama-sama berbicara, bedanya saat ini Ken tidak memanggil Luna dengan namanya.

"Ada apa?" tanya Luna sedikit canggung.

"Ah itu, aku dimintai oleh Narong untuk melatihmu soal pertarungan jarak dekat dan jarak jauh, mau bagaimana pun Putri perlu mempelajarinya," jawab Ken.

"Aku sudah mempelajarinya di Wessenscraft," ucap Luna.

"Benar, tapi ini lebih ke situasi sebenarnya, seperti apa saat perang nanti, apalagi nanti di Dartania kita akan melawan para Assassin kemungkinan," ucap Ken meyakinkan Luna.

"Baiklah aku akan mengikutimu," ucap Luna.

Saat diperjalanan menuju pusat pelatihan prajurit, keduanya hanya saling diam tanpa berkata-kata. Ken berusaha menunjukkan profesionalitasnya sebagai penjaga Luna, meski ada rasa tak enak di dalam dirinya saat ini. Sama halnya dengan Luna, yang merasa ada hal yang seharusnya dia ucapkan. Sesampainya disana, Ken lalu menyiapkan perlengkapan untuk melatih Luna.

"Di Akademi Wessenscraft hanya diajarkan cara bertarung saat dalam posisi terancam, tapi mereka tidak mengajarkan cara membunuh secara instan," ucap Ken sambil memainkan pisau plastik yang dia pegang. Ken lalu menghidupkan robot prototipe yang bisa bergerak layaknya manusia.

"Incar bagian fatalnya secara langsung, jangan pikirkan kesakitan lawanmu, pikirkan bagaiman pertarungan ini agar selesai dengan cepat." Ken langsung bergerak dengan cepat menyerang bagian-bagian fatal robot itu sesuai ciri khas dari beladiri pencak silat. Setelahnya Ken memberikan Luna pisau plastik. "Aku akan menjadi lawanmu, tenang saja aku tak akan serius, tapi tetap anggap posisimu saat ini sangat terancam."

Luna hanya diam mengangguk lalu menyiapkan kuda-kuda bertarung mirip dengan Ken. Keduanya mulai berlatih bersama, Luna masih sangat kesulitan meniru gerakan Ken. Saat di Wessenscraft mereka lebih menekankan Judo dan Aikido bagi para perempuan. Gerakan beladiri Ken terlalu sulit bagi Luna.

Para prajurit yang sedang berlatih melihat Ken yang sedang melatih Luna. Entah kenapa mereka merasa ada hawa aneh diantara keduanya. Narong tentu menyadari hal itu, padahal hari sebelumnya mereka cukup akrab.

"Ada apa dengan Malchik dan Putri itu?" tanya Mike.

"Entahlah, tapi aku yakin mereka sedang ada masalah," jawab Narong.

"Mungkin kau bisa mengajaknya berbicara nanti, aku akan melatih Putri itu untuk sementara," ucap Mike.

"Yah akan kulakukan."

Setelah mengajarkan teknik membunuh menggunakan pisau, Ken berencana mengajarkan Luna teknik membunuh dengan tangan kosong, tapi melihat Luna yang kelelahan membuat Ken melunak untuk melatihnya dengan keras. "Istirahatlah sebentar Putri, aku akan kembali 10 menit lagi," ucap Ken lalu pergi keluar.

"Dia sepertinya sedang marah ya Putri." Luna berbalik menatap Mike yang datang sambil membawa botol mineral. Pria itu memberikan kepada Luna.

"Terima kasih," ucap Luna.

Distopia [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang