12. Alice

48 16 0
                                    

Copyright © 2021 by Viona Angelica

Sebuah tepukan lembut di pergelangan kaki membuatku terjaga dari tidur singkatku.

Rasanya belum ada setengah jam yang lalu kami bertiga mulai berhenti ngobrol dan tenggelam dalam mimpi indah masing-masing. Aku membuka mata dengan malas dan mendapati sebuah sosok tinggi gelap sedang menepuk pergelangan kakiku beberapa kali. Aku langsung menarik kakiku saking terkejutnya dan hampir saja memekik heboh untuk membangunkan seisi lantai kalau saja sosok itu tidak buru-buru maju dan membungkam mulutku.

Dari jarak sedekat ini, aku baru sadar bahwa sosok tersebut adalah Bryan.

Wajahnya masih tampak segar, sepertinya ia belum tidur sejak tadi. Apa dia kepikiran ide lain untuk menangkap Topeng Putih lagi, ya?

Aku mengangguk perlahan tanda mengerti untuk tidak membuat keributan. Tapi aku masih butuh beberapa saat untuk mencerna apa yang sedang terjadi, jadi aku hanya duduk di atas kasur sambil melihat Bryan yang menungguku dengan sabar di samping kasur. Aku melirik ke arah Andrew yang sepertinya sudah benar-benar larut dalam mimpi indahnya.

"Keluar bentar, yuk." bisiknya sambil meraih tanganku lembut.

Aku mengangguk singkat lalu mengikutinya keluar kamar. Langit masih gelap ketika kami melangkah keluar. Udara dingin langsung menusuk kulitku yang hanya berbalut kaos tipis dan celana panjang. Spontan, aku memeluk diriku sendiri.

"Pake ini." kata Bryan sambil melemparkan jaket yang ia gunakan padaku dengan canggung.

"Makasih." sahutku canggung sambil mengenakan jaket tersebut.

"Sebelumnya, gue mau minta maaf udah ngebangunin lo malem-malem gini, tapi ada alasannya." katanya sambil mengelus tengkuknya sendiri. "Happy Birthday, Lice. Maaf ya, udah ngebangunin malem-malem karena gue pingin jadi yang pertama ngucapin lo. Kalo nunggu pagi, kesannya jadi nggak spesial, apalagi ada Andrew yang ngerusak suasana." jelasnya sambil tersenyum kecut.

Aku membelalak terkejut, tidak menyangka bahwa di tempat ini bakal ada yang mengingat tanggal ulang tahunku. Maksudku, aku kan baru saja masuk beberapa minggu yang lalu, dan agak aneh kalau cowok ini bisa mengingat tanggal ulang tahun yang hanya kukatakan sekali saat kami berdiskusi tentang Topeng Putih. Tapi, hatiku meleleh karena perkataannya.

"Thank you." sahutku sambil tersenyum.

"Yah, gue nggak bisa ngasih banyak, sih. Karena gue nggak punya duit," tambahnya sambil tertawa renyah. "Tapi, gue buatin ini, spesial buat lo."

Ia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, dan menunjukkan sebuah kotak hadiah berhias pita yang tampak sangat cantik. Kotak itu tidak besar, mungkin hanya seukuran kotak untuk menyimpan gelang atau kalung, namun dibalut dengan sangat indah sampai-sampai aku langsung membelalakkan mata ketika melihatnya.

"LUCU BANGET!!" sahutku dengan nada tinggi, yang langsung membuat Bryan menyuruhku mengecilkan suara, "Thank youuu."

"Yah, nggak sekeren itu, sih. Tapi gue udah mersiapin dari agak lama, jadi... semoga suka." timpalnya sambil meletakkan tangannya di atas kepalaku dengan lembut.

"Makasih banget, sumpah gue seneng banget. Gue nggak nyangka ada yang inget ulang tahun gue, dan bahkan sampe ngasih hadiah kayak gini. Eh, tapi, ini emangnya udah jam dua belas, ya?" sahutku girang.

Ia mengeluarkan ponselnya dari saku dan menunjukkannya padaku. Jam dua belas lebih satu menit. Ia benar-benar menunggu sampai jam dua belas untuk mengucapkan selamat ulang tahun padaku... rasanya aku sangat senang sampai-sampai tidak bisa menahan senyum yang kini terpampang lebar di wajahku.

"Yah, kalo gue peduli sama orangnya, gue selalu inget, sih." sahutnya sambil mengedikkan bahu dengan sombong.

"Hahaha.... Bisa aja, lo." sahutku sambil memukul pelan bahunya.

"Jadi, gue yang pertama, kan?" sahutnya.

"Iya, dong. Siapa lagi yang ngebangunin gue malem-malem jam dua belas cuma buat ngucapin happy birthday?" sahutku sambil tersenyum geli. "Tapi makasih, lho, udah dikasih surprise."

"Anything for you." katanya lembut sambil tersenyum dengan sangat manis sampai-sampai jantungku dibuat berdebar karenanya. Kini aku semakin paham kenapa cowok di hadapanku sampai memiliki fans club berisi cewek-cewek yang tergila-gila padanya. Bukan hanya tampan, pintar, tapi dia juga mengerti cara memperlakukan perempuan.

"Ini boleh gue buka sekarang?" tanyaku sambil mengangkat kotak hadiah yang ia berikan, membuatnya sedikit terbelalak.

"Boleh, sih. Tapi gue minggir dulu, ya? Takut liat ekspresi kecewa lo setelah liat isinya." balasnya sambil tersenyum kecut.

"Kok kecewa? Emangnya isinya apa? Prank?" tanyaku bingung.

"Nggak, lah. Ngapain juga gue nge-prank lo. Cuma gue nggak pede aja, sih, soalnya gue nggak sejago itu soal handy craft, jadi mungkin nggak sesuai bayangan?" sahutnya sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.

"Nggak lah, gue yakin isinya pasti bagus banget juga, sih. Apalagi lo yang buat." kataku.

"Ya udah, kalo lo mau buka hadiahnya, masuk duluan aja. Gue tunggu lo tidur, baru masuk lagi." timpalnya.

"Gue yang di luar aja, lebih terang. Di dalem, kan, lampunya udah mati." sahutku.

"Tapi di luar dingin, nanti lo masuk angin, lagi." bantahnya.

"Nggak, ah. Gue kan udah pake jaket lo, kalo lo yang di luar nanti lo yang sakit gimana?" bantahku.

"Gue kan kuat." sahutnya bangga.

"Nggak, udah sana masuk. Kalo nggak masuk ya gue buka aja di depan lo." sahutku sambil memegang pita dari kado tersebut. "Walaupun gue nggak bakalan kecewa dengan apa pun isinya, sih, kecuali isinya kecoa."

"Nggak, lah." bantahnya. "Ya udah, deh. Gue jadi kepo sama ekspresi lo gara-gara lo bilang gitu. Buka aja, gue merem di sini."

Aku terkekeh, lalu membuka pita dari kado tersebut dan sisi-sisi kubus di tanganku langsung terbuka setelahnya. Hadiah itu adalah sebuah exploding box. Tepat di tengah kubus tersebut terdapat sebuah ilustrasi wajahku yang sangat cantik, bahkan mungkin lebih cantik dari wajah asliku. Di keempat sisinya terdapat tulisan-tulisan rapi milik Bryan yang dihias dengan cantik:

"Happy birthday Lice, semoga lo bisa terus bahagia sampai selama-lamanya (Ya semoga aja bahagianya bareng gue, sih, hehe :p) Sorry kalo kadonya begini doang, tapi semua ini pake blood, sweat, and tears buat ngebikinnya. Semoga lo suka."

"5 Things I like about Alice : You are super cute. You are really kind, and smart. You have the warmest heart in the world. Sometimes you are silly and that's really cute. You are Alice."

"Things I hate about Alice : Nothing, you are perfect. (Except you keep being friendly to other boys especially Andrew, lol)"

"Have a wonderful birthday. Jangan lupa, banyak orang yang peduli sama lo, termasuk gue. Jadi, be happy. Jangan terus-terusan nyalahin diri lo sendiri, ya. Ada gue, kok. Kan, harusnya yang selalu salah itu cowok, jadi salahin gue aja."

Tanpa sadar, air mataku menetes karenanya. Rasanya aku benar-benar senang sampai ingin menangis. Baru kali ini ada orang yang sebegini baik padaku. Dan baru kali ini aku mendapat hadiah yang sangat membuat hatiku terasa begitu hangat.

"Lo... nggak suka?" tanya Bryan ragu-ragu sambil mengintip ke arah wajahku yang dibasahi air mata. "Sorry, gue—"

"Gue suka banget." potongku sambil tersenyum. "Gue seneng banget sampe terharu, haha... Memang gue cengeng, kok. Tapi hadiahnya bagus banget. Thanks lagi." sahutku sambil memeluknya.

"Tuh, kan. Lo nyalahin diri sendiri lagi. Ya udah lah, berhubung ini hari ulang tahun lo gue akan biarin kali ini." sahut Bryan sambil membalas pelukanku.

"Thanks... a lot." balasku sambil membenamkan wajahku pada pelukannya.


----------

Mystery of the Orphanage: Fall of the Last FortressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang