After Story 6: 007 - END

76 9 0
                                    

Copyright © 2021 by Viona Angelica

Minggu, 17 April 2022, 14.00 WIB

"Sekalian bayar meja yang ruangan atas nama Bryan ya," kata pria bertopi bisbol itu sambil menyerahkan black card-nya pada resepsionis.

Resepsionis wanita yang melihat pria tinggi berkaca mata hitam, bermasker, dan berkulit putih di depannya sempat tertegun sejenak. Apa pria di depannya itu artis? Biasanya ia sering melihat di drama Korea kalau artis-artis suka mengenakan topi, kaca mata hitam, dan masker untuk menutupi identitas mereka. Kalau itu artis... Seharusnya ia minta tanda tangan atau foto, sih, tapi saat ini ia sedang bekerja sehingga ia harus profesional. Ia segera menepis segala pikirannya dan melanjutkan pekerjaannya.

Setelah membayar semuanya, ia menitipkan secarik kertas bertuliskan "RLP" ke resepsionis dan pergi keluar dengan tenang untuk menemui pacarnya. Seperti biasa, tiap pasang mata melihat ke arah pacar kesayangannya yang memang sangat cantik itu. Dengan bangga, ia berjalan menghampiri "pacar"nya yaitu mobil BMW Z4 yang ia beli dengan tabungan sendiri. Ia segera menyalakan mesin dan melaju kembali pulang.

Ia tinggal di sebuah apartemen elit, tempat di mana orang-orang kaya berkumpul. Bukannya ia ingin membuang-buang uang, sih, tapi ia memang butuh tempat tinggal yang memiliki keamanan ketat seperti apartemennya sekarang karena masalah pekerjaan.

Apa pekerjaannya?

Secara resmi ia hanyalah seorang software developer senior yang bekerja remote di suatu perusahaan luar negeri. Namun pekerjaan itu hanyalah kedok untuk menutupi pekerjaan lain yang lebih menghasilkan, seorang hacker profesional. Ia adalah hacker lepas yang sangat handal di bidangnya, menerima segala jenis pekerjaan hacking. Aturannya hanya dua, ia hanya menerima bayaran yang sesuai, dan tidak mau menerima pekerjaan yang bisa menimbulkan perang antar negara. Ia sudah beberapa kali menjebol situs legal maupun ilegal untuk mendapatkan informasi, tanpa pandang bulu, tanpa pandang negara dengan code name "RLP". Oleh karena itu, banyak korban yang ingin mencarinya untuk membalas dendam. (Padahal sebenarnya, ia tidak melakukan kesalahan apapun, ia kan hanya melakukan apa yang disuruh orang lain) Tapi terkadang ia malah disewa oleh korbannya untuk membalas dendam pada pengirim sebelumnya.

Sebenarnya ia sangat berhati-hati dengan identitas aslinya, dan hampir tidak mungkin identitasnya bisa ditebak oleh orang lain. Hanya seandainya satu-satunya orang yang tahu identitasnya mengkhianatinya, identitasnya baru bisa terbongkar. Tapi orang itu tidak mungkin berkhianat karena ia juga memegang kunci penting dalam pekerjaan rekannya. Tapi, seandainya kemungkinan yang sangat kecil itu betulan terjadi, ia sudah menyiapkan rencana di apartemen elitnya yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam.

Tiba-tiba, ia kepikiran sesuatu.

Bagaimana kalau resepsionis itu tahu soal RLP?

Ah, tidak mungkin orang awam tau mengenai RLP. Hanya orang-orang yang bekerja di bidang informasi dan bidang ilegal saja yang mengetahui code name itu, dan tidak mungkin secara kebetulan resepsionis itu tahu sesuatu. Lagipula dia juga sudah memakai penyamaran lengkap, jadi pasti identitasnya masih aman.

Ia memarkirkan mobilnya di lobi dan mengambil mawar putih yang ia pesan setiap hari dari resepsionis. Belum lama sampai, ia sudah melaju lagi dengan mobilnya, kali ini tempat yang ia tuju adalah pemakaman. Cowok itu memarkirkan mobilnya dan berjalan turun. Penjaga pemakaman yang hampir setiap hari melihatnya langsung mengenalinya.

"Dia datang lagi." kata salah satu penjaga pemakaman.

"Iya, kayaknya dia hampir setiap hari ke sini nggak, sih? Sambil bawa mawar putih sebesar itu. Dia nggak datengnya kalo cuma pas sakit aja kali, ya?"

Mystery of the Orphanage: Fall of the Last FortressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang