15. Aku di Mana?

59 15 0
                                    

"Hari memang cerah, menerangi kehidupan bumi yang sangat indah. Tidak bagiku, diriku serasa hampa dengan suramnya kehidupan. Semua orang tak memahamiku, apalagi memperhatikanku. Hanya Ratu yang seperti itu, sahabat terbaikku. Sebelumnya, aku memiliki sahabat juga, namun itu dulu. Ia telah mengecewakanku, aku sangat membencinya sampai tak mau melihatnya lagi. Tetapi apa? Aku dijodohkan dengannya oleh orang tuaku. Apa itu keterlaluan? Aku sangat membencinya, sedangkan aku harus hidup dengannya seumur hidupku? Tidak, aku tidak mau! Aku tidak mau hidup dalam tekanan! Tau tidak? Aku ... selalu menangis dalam kesunyian kamar. Setiap hari. Aku merasa hidupku tak adil. Mengapa aku dilahirkan sebagai Erina? Aku ... benci hidupku! Aku memiliki seseorang yang kucintai, namun sia-sia. Cintaku ... bertepuk sebelah tangan. Aku mencintainya, namun ia tak mencintaiku. Ia mencintai Arabelle, aktris terkenal yang sangat baik, itu menurut orang-orang kampus. Kurasa Arabelle hanya berpura-pura baik di depan semua orang. Dia aktris, bisa ber-akting. Tetapi ... aku sangat iri dengannya. Orang tuaku selalu membandingkanku dengannya."

Aku menjeda tulisanku, menyeka air mata yang terus turun. Satu kalimat lagi yang belum kutulis. Satu halaman penuh terisi tulisan ini. Satu kalimat lagi, kutulis di halaman selanjutnya.

"Aku ... sangat ingin hidup sebagai Arabelle!"

Selesai. Perasaanku membaik setelah menulis di buku harian ini. Buku harian ini akan menjadi pengganti Ratu jika aku sendirian, yang menjadi sahabat untuk mencurahkan semua keluhanku.

Aku menatap jam dinding. Ternyata jam sepuluh malam, aku pun sudah mengantuk seusai menulis. Lebih baik aku tidur, karena besok kuliah.

***

Aku mengerjap, menatap langit-langit kamar. Melihat sekeliling yang terlihat asing bagiku. Televisi? Memangnya di kamarku ada televisi? Sejak kapan ada di sini? Aku merasakan angin sejuk dari kanan atasku, ada pendingin ruangan. Di bawahnya juga ada lukisan, entah lukisan apa itu. Juga ada guci, memangnya aku beli guci?

"Ini di mana, sih? Rumah Ratu? Perasaan gue gak ke rumah dia," gumamku dengan suara khas orang bangun tidur. Karena masih mengantuk, aku menutup mata lagi.

Tunggu, ini kamar siapa? Aku melotot dan duduk. Menatap sekeliling dengan kaget. Ini kamar siapa? Kenapa aku ada di sini?

"Ini kamar siapa, a*jir?" pekikku.

Aku berdiri, kesadaranku seolah kembali setelah terkejut tadi. Aku menoleh ke kanan dan kiri berulang dengan cepat.

Aku memegang kepala panik. "GUE DI MANA?" pekikku kuat.

Apa ... aku diculik?

Regretted Hope [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang