Haloo ...
aku datang membawa part kedua hehe
makasiii yaaa buat yang udah baca dan meninggalkan jejak
huwaaaa ga nyangka ada juga yang penasaran ama cerita ini huhu
btw sayangku, kalau semisal ada scene di cerita aku rada mirip-mirip dimana gitu itu murni ga kesengajaan aja yaa
soalnya cerita ini, murni dari hayalanku yang suka ngayal😗
oke ... Enjoy this chapter beb😘🍭🍭🍭
Entah ini sudah tarikan napas berat Chan yang keberapa, sedari tadi ia terus menghela napasnya sembari menatap hiruk pikuk jalanan yang sepertinya tak pernah sepi dari lalu-lalangnya kendaraan.
Sesekali Chan mengerucutkan bibirnya, memikirkan kejadian beberapa saat yang lalu yang menurutnya terjadi dengan begitu cepat sampai-sampai ia masih memproses scene-scene itu di otaknya hingga saat ini.
"Minum dulu Chan," tawar Jihoon sembari memberinya segelas cappucino hangat.
Chan mengalihkan pandangannya kepada sosok utama penyebab kejadian yang membuatnya masih syok itu kemudian menyambut pemberian Jihoon dan kembali menatap jalanan tapi kali ini sambil menyeruput cappucinonya.
Jihoon menghela napasnya dengan berat dan ikut melakukan hal yang sama seperti apa yang Chan lakukan. Alunan musik mellow yang tiba-tiba saja bergema di seluruh sudut kedai kopi yang saat ini mereka tempati menambah keheningan mereka yang sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.
"Chan, gue mau jelasin soal kejadian tadi," Jihoon akhirnya membuka suara, memecah keheningan antara dirinya dan Chan.
"Hmm, bukankah memang itu yang harusnya Kak Ji lakukan," sahut Chan pasrah tanpa mengalihkan pandangannya.
Jihoon menggigit bibirnya lalu menatap Chan yang masih betah memandangi lalu lalang kendaraan di luar sana.
"Cowo yang sama gue tadi namanya Mingyu, mantan gue ...," Jihoon menggantungkan ucapannya, ia bingung harus melanjutkan ceritanya ke arah mana. Kok gue tiba-tiba ngeblank gini sih, rutuk Jihoon kepada dirinya sendiri.
"Mantan Kak Ji yang terus gangguin Kakak sampe-sampe Kakak kesel dan berakhir boongin dia dengan bilang kalau gue pacar Kakak, gitu kan maksud Kak Ji?"
Jihoon hanya menatap kedua netra Chan tanpa berkedip, Chan menghela napasnya lagi lalu kembali menyeruput cappucinonya, mengalihkan pandangannya yang tadinya menatap netra Jihoon.
Hening, tak ada yang mengucapkan sepatah katapun. Mereka sama-sama kembali larut dalam pikiran mereka masing-masing.
"Pertama-tama, gue mau bilang makasih dan maaf buat Lo!"
Chan mengerutkan keningnya dan menatap Jihoon dengan bingung, "Hah?"
"Ya ... gue mau makasih banget ke Lo karna tadi udah nyapa gue di waktu yang tepat dan maaf ... gue malah menyeret Lo jadi kejebak sama gue kayak gini!"
Chan hanya menatap datar netra Jihoon sambil menganggukkan kepalanya dan mengerucutkan bibirnya, anjir ... gue harus bilang apa? Mau marah, tapi dianya ngomong baik-baik kayak gini! Batin Chan.
"Chan?" panggil Jihoon.
"Hmmm."
"Lo kok ga ngomong? Apa kek gitu, jangan bikin gue makin ga enak kayak gini dong!"
Chan menyeruput cappucinonya lalu menyapukan pandangan ke seluruh sudut kedai kopi yang sedang tidak ramai dan juga tidak sepi, "ya mau gimana lagi, waktu ga bisa diulang."
"Ya maaf, kalau gue udah bikin Lo ga nyaman sama semua ini. Gue bakal mengakhirinya sampe disini kok!
Chan menggeleng, "kita ga bisa berakhir disini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortuity || Hoonchan/Chanhoon
FanfictionPerbedaan kebetulan sama takdir tuh apa sih? Kalau gue kebetulan ketemu lo sama gue ditakdirkan ketemu lo, isn't this the same thing? Warn!👀 ✨Hanya fiksi belaka yaaa ✨BxB ✨No baku vers. mungkin kadang-kadang bakal baku, gatau juga sesuai mood edith...