✨04

69.4K 7.1K 246
                                    

Haii! Makasih dah baca part
Ke 4!! Btw aku seneng banget
Karena yang baca dah 100
Lebihh dalam semalamm!
MAKASIH READERS🥺

.
.
.
.
"ekhm... ternyata nakal ya"

Sontak Cia menelan ludah dengan kasar lalu menoleh secara perlahan. Disana ada Aiden dengan mata tajamnya dan juga Rakka dengan wajah dinginnya. Cia meringis takut lalu cengengesan dan menunduk takut sembari memainkan jarinya.

"Siapa yang menyuruhmul keluar Cia?" Dingin Rakka membuat Cia rasanya ingin menangis.

"Jawab! Bukan menangis Cia!" Bentak Aiden.

Sontak saja Cia menangis karena bentakkan dari Aiden, baru kali ini dirinya dibentak oleh orang. Cia menggelengkan kepalanya tidak bisa menjawab lagi karena dirinya tidak tau harus menjawab apa.

"Bawa dia Aiden!" Titah Rakka.

Cia membulatkan mata lalu memundurkan langkahnya namun langsung di tangkap oleh Aiden. Cia digedong bak karung, Cia hanya bisa pasrah dan menangis dalam diam walau isakan kecilnya masih terdengar samar-samar. Sesampai diruangan Bi Innah terlihat sangat khawatir dengan wajah paniknya.

"Nona anda kemana saja! Saya khawatir tadi" khawatir Bi Innah.

"Anak ini nakal" dingin Aiden.

"Bi anda pulang saja biar saya yang menjaga Cia!" Perintah Rakka dan di angguki oleh Bi Innah.

"Kalo begitu saya permisi tuan!" Sopan Bi Innah lalu meninggalkan ruangan.

Kini tersisa mereka bertiga, Cia yang dipasang infus oleh Aiden. Rakka menduduki sofa dengan tatapan tajamnya, Cia hanya menatap infusnya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kenapa keluar dari ruangan Cia?" Lembut Rakka hanya dibalas gelengan oleh Cia.

"JAWAB!" Bentak Rakka membuat Cia mau tidak mau membalasnya.

"Ci-cia bosen" cicit Cia membuat Rakka naik pitam.

"JIKA DILUAR SANA KAU BERTAMBAH SAKIT, SIAPA YANG BAKAL MENOLONGMU HAH?!" Teriak Rakka membuat Cia menangis walau dalam diam.

"Jaga adikmu Aiden!" Dingin Rakka lalu meninggalkan ruangan.

Cia hanya menundukkan kepalanya takut Abangnya akan memarahinya. Sudah bermenit-menit Abang diam membuat Cia menatap Qbangnya dan tatapan mereka bertemu. Tatapan tajam Abangnya dan tatapan sayu yang sangat mirip mendiang alexxa bertemu. Cia yang jengah dengan suasana yang sangat mencekam memberanikan bersuara.

"Abang Cia minta maaf" lirih Cia dan dibalas deheman oleh Aiden membuat Cia berkaca kaca agar Aiden luluh.

Cia dengan hati-hati turun dari kasur dan mendekati Aiden yang duduk disofa. Cia menduduki dirinya di paha Aiden lalu menatap Qiden dengan berkaca-kaca berharap aiden luluh namun ternyata dugaannya salah. Karena marah Cia turun dari paha Qiden lalu menaiki Bangkar, namun dirinya tak kunjung bisa karena brangkas yang terbilang besar.

"Ck... kasurnya kok gede sih!"

"Cia susah naiknya! Kasurnya nakal!"

Cia berjongkok lalu menenggelamkan wajahnya menangis prustasi karena tidak bisa menaiki bangkarnya. Sontak saja Aiden hampir menyemburkan tawanya namun bisa ia tahan. Aiden menggelengkan kepalanya dan berajak dari sofa, Aiden mendekati Cia lalu mengendong Cia.

Cia hanya diam sembari mengelap ingusnya yang berlomba-lomba keluar. Aiden kembali duduk di sofa berniat menggoda Adiknya, saat tangan Aiden ingin lepas dari bahu Cia dengan cepat Cia mengambilnya lalu mengigitnya dengan keras. Perbuatan Cia membuat sang empu meringis kesakitan hingga membekas. Cia langsung menepis tangan Aiden lalu tidur membelakangi Aiden dengan wajah cemberutnya. Aiden hanya geleng-geleng melihat kelakuan Adiknya itu, Cia bahkan mengeluarkan unek-uneknya membuat Aiden mati-matian untuk tidak memeluk Cia.

OH NO! JADI BOCAH? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang