🌼Empat Puluh🌼

508 56 2
                                    

∞♪♪♪♪∞

V
O
T
E

∞♪♪♪♪∞

C
O
M
E
N
T

∞♪♪♪♪∞

S
H
A
R
E

∞♪♪♪♪∞

"Bangun yuk, jangan lama ya cantik istirahat nya. Nanti aku kangen."

____ Arka Lazuardi Ramadhan ____


Seperti biasanya, Arka berjaga untuk keamanan pujaan hatinya. Semalam, setelah mengetahui pengkhianatan itu, Arka kembali ke ruang inap Kiara.

Ya, Kiara sudah berada di ruang inap. Karena, Gavino yang memaksa dokter untuk memindah kan Kiara ke ruangan VVIP. Jelas, seorang abang selalu menginginkan yang terbaik untuk adik satu-satunya.

Apalagi, yang Gavino punya hanyalah adiknya, sebelum Gina dan Irpan sembuh dari rasa sakit yang di alami, gara-gara kelakukan bejad Rafael.

Arka, tertidur di samping brankar milik Kiara. Kedua bibir Gavino terangkat, melihat calon adik iparnya begitu menyayangi Kiara.

Begitu pun dengan Alisa, Alisa tertidur di paha milik Gavino. Sudah, ratusan kali Gavino menyuruh Alisa, untuk pulang. Tetapi, dirinya tidak mau dengan alasan ingin menjaga Kiara. Begitu juga dengan Claudia, dirinya berada di sofa yang satu lagi, bersama Ardilah.

Sedangkan, Jovan dan juga Azim tengah tertidur di lantai dengan beralaskan tikar berbulu, agar mereka tidak kedinginan. Walaupun, pada awalnya mereka menolak tikar tersebut, karena berbentuk hello Kitty.

Tetapi, setelah di pikir-pikir tidak apa lah. Lagian, lebih baik tidur di atas tikar hello Kitty, dari pada tanpa alas. Bisa-bisa, mereka kedinginan semalaman.

Jam dinding di ruangan tersebut, sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari. Arka, terbangun dari tidurnya dan masih melihat Kiara dengan mata yang terpejam. Kondisinya, sungguh sangat lemah untuk saat ini. Arka, belum mengabari Kimberly maupun Steven, karena mereka pasti akan khawatir.

Selang beberapa menit, Gavino pun terbangun karena mendengar suara pintu terbuka, dan ya, yang membuka kenop pintu adalah Arka.

"Kemana," tanya Gavino, sambil menaikan satu alisnya.

"Taman," jawab Arka, singkat.

Gavino, mengikuti Arka ke arah taman rumah sakit, disana mereka hanya di temani oleh dinginnya angin, dan hanya ada keheningan di antara mereka berdua.

"Bi Imah, gimana." Ucap Arka, untuk memecahkan keheningan diantara mereka berdua.

"Gw, belum tahu pasti." Jawab Gavino, sambil menerawang ke depan sana.

"Apa, ada sangkut pautnya dengan Audrey." Tanya Arka, kembali.

Gavino, mengambil nafasnya pelan. "Sepertinya, begitu."

Mereka, masih setia di taman itu. Walaupun, udara dingin sangat menusuk tulang-tulang mereka. Sinar, rembulan di pukul 02.15 dini hari, semakin terang menyinari bumi.

Belum, ada percakapan apapun lagi di antara mereka, hanya ada keheningan yang tercipta. Helaan nafas, menjadi saksi bisu dua lelaki tampan yang tidak tau harus berbuat apa.

Senja di Penghujung Tahun  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang