🌼Delapan🌼

833 69 1
                                    

"Terkadang, sahabat adalah musuh yang paling nyata"

_____GAVINO ALDWIN ____

Kali ini, anggota Avigator akan mengadakan pertemuan di markas. Sepertinya akan membahas soal kematian Arnold.

"Menurut lo, kasus kematian bang Arnold di sengaja atau tidak" tanya Azim.

"Terkadang, sahabat adalah musuh yang paling nyata" gumam Gavino.

"Maksud lo" tanya Azim, penasaran.

"Seseorang, telah meminta bantuan untuk membunuh bang Arnold. Karena dia sangat berambisi untuk memiliki Ara" pekik Gavino.

Semua orang melirik ke arah Arka, karena hanya Arka yang sangat bucin kepada Ara.

"Kenapa lo, liat ke gw" tanya Arka.

"Gw bukan pembunuh bang Arnold" tegas Arka.

"Tapi, kan lo yang gak pengen Ara dekat sama siapapun" bela Ardilah.

"Iya, tapi gw bukan pembunuh anjir" ujar Arka, yang sudah mulai naik satu oktaf.

"Kalo iya, gw mau bunuh bang Arnold kenapa gw sama Ara bisa berpisah, dan kenapa lo bisa tau Vin" tanya Arka kepada Gavino.

Apa yang di bicarakan Arka masuk akal juga, dari mana Gavino mengetahui itu semua. Lagian mereka waktu itu berusia 11 tahun, mana mungkin Arka yang membunuh Arnold.

Dan kenapa Gavino bisa mengetahui nya, semua mata melirik ke arah Gavino dengan cepat.

"Jangan terlalu percaya, akan kata sahabat. Karena dia musuh yang paling nyata" setelah mengatakan hal tersebut, Gavino pun melangkah kan kakinya ke keluar markas.

"Gw, harus berhati-hati sama Gavino. Ternyata dia sudah mulai curiga. Arghhh" batin seseorang, yang berada di anatar mereka.

"Gw cabut" pekik Jovan.

Sekilas mereka melihat tatapan aneh dari Jovan, dan membuat Arka, Azim, dan Ardilah curiga kepada Jovan.

"Menurut lo, Jovan bukan sih" tanya Ardilah.

" Maybe" pekik Arka.

Mereka saling melirik satu sama lain, apakah benar jika kasus pembunuhan Arnold dalangnya ada di antara anggota inti Avigator.

"Gw cabut" pekik Arka, yang langsung melangkahkan kakinya menuju keluar markas dan menuju ke sebuah cafe.

Setibanya di sebuah cafe, Arka mulai memesan makanan. Pikirannya terus melayang ke sana kemari. Sampai netra nya melihat sosok gadis di meja no 14.

Mata mereka saling beradu, hingga lumayan lama. Sebelum gadis tersebut kembali memutus kontak matanya.

Gadis tersebut, langsung menuju ke meja Arka di nomer 12.

"Eh, ketos" cengir Kiara.

"Ngapain" ketus Arka.

"Main bola" cicitnya.

"Gaje"

Mereka duduk berdua di sana, hingga tetesan air hujan membasahi bumi. Ternyata cafe tersebut perlahan sudah mulai tidak ada pengunjung, hanya ada mereka berdua.

Senja di Penghujung Tahun  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang