🌼Empat Puluh Satu🌼

494 50 2
                                    

∞♪♪♪♪∞

V
O
T
E

∞♪♪♪♪∞

C
O
M
E
N
T

∞♪♪♪♪∞

S
H
A
R
E

∞♪♪♪♪∞

"Aku terlalu bodoh, percaya begitu saja. Maafkan mama nak."

____ Clarita Aracelly ____


Alden dan Aiden masih belum beranjak dari gedung tersebut, suara adzan sudah berkumandang dari setiap masjid yang tak jauh dari gedung tersebut. Dirinya, masih terdiam membisu dadanya semakin sakit, ketika melihat darah yang keluar dari dada adiknya.

Kejadian masa lalu seakan berputar kembali di memorinya, Alden belum bisa ikhlas atas kepergian Sherina dan kedua orang tuanya. Matanya memanas, ketika melihat sudut kanan yang sudah di penuhi oleh lumut dan beberapa tumbuhan liar.

Disudut tersebut, Sherina mengucap dua kalimat syahadat dan langsung merenggang nyawa saat itu juga. Sherina menghembuskan nafas terakhirnya, di pelukan sang kakak.

Sehingga, baju Alden yang berwarna putih kini berubah menjadi merah. Lautan darah dan hujan menjadi saksi bisu, kematian adik dan orang tua Alden.

Flashback on

Setelah mendapat kabar dari seseorang, Bram dan istrinya Alya di suruh untuk menemui seseorang yang berada di sebuah roftoop salah satu gedung di jalan merpati.

Padahal saat itu, mereka tengah menikmati makan malam bersama kedua anaknya Alden Lionil Mahabrata dan Sherina Putri.

"Abang, bunda sama ayah mau pergi dulu ya, apapun yang terjadi nanti, abang jagain ade ya." Pinta Alya, sambil menitikkan air matanya.

"Emang, bunda mau pergi kemana." Tangan mungil Alden, mengelap pipi Alya dengan lembut.

"Bunda dan ayah engga pergi ko bang, tetapi, jika ayah dan bunda sudah tidak ada di rumah ini. Ikhlaskan bunda ya, jagain ade untuk bunda." Ucap Alya, sambil memeluk tubuh Alden erat.

Sherina, yang tidak mengerti dengan semua ini hanya bisa diam sambil memperhatikan interaksi antara bundanya dan juga Alden yang tak lain adalah abangnya sendiri.

"Bunda, ayo." Ajak Bram, sambil menarik tubuh Alya yang berada di dekapan Alden.

"Boy, jagain adik kamu. Dan ingat, apapun yang terjadi sama kita jangan ada niatan kamu untuk menyusul kami ke sana." Peringat Bram, sambil mengacak rambut Alden dengan lembut.

Alden menatap kepergian kedua orang tuanya, dengan tatapan sendu. Dirinya, tidak tau harus berbuat apa.

"Abang, bunda dan ayah mau kemana." Tanya Sherina, yang masih memakan sepiring spaghetti keju kesukaan dirinya.

"Ayah dan bunda, mau ke kantor de, ade makannya habiskan ya, udah ini abang anter kamu ke kamar." Ucap Alden, sambil membelai rambut panjang milik Sherina.

"Iya, Abang." Lanjut Sherina, sambil menghabiskan seluruh spaghetti yang ada di piring.

"Abang, ade sudah selesai. Sekarang ade ngantuk, ayo bobo Abang." Rengek Sherina, membuat Alden tersenyum hangat ke arah adik kecilnya.

Senja di Penghujung Tahun  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang