🌼Enam🌼

907 79 1
                                    

"Aku ingin kalian melihatku, namun bukan dengan cacian apalagi pukulan. Yang membuat luka ini semakin bertambah, bukan nya mengering"

_____ Kiara Anastasia Laksani ____

Hari ini, adalah hari kamis dan merupakan hari paling sakral untuk Kiara, hari dimana 6 tahun kepergian Arnold yang membuat banyak perubahan untuk Kiara.

Perubahan dalam segi apapun, cinta dan kasih sayang orang tua sudah tidak dia rasakan lagi. Perubahan demi perubahan sudah Kiara rasakan, sakit, air mata goresan luka sudah tidak asing baginya.

Kiara sudah terbangun dalam tidur indahnya, mata sayu dengan bibir pucat selalu dia rasakan ketika berhadapan dengan hari dan tanggal yang terbilang sangat sakral.

Matanya memicing melihat sebuah pigura yang sudah usang di makan waktu, potret terakhir dimana dirinya dan Arnold berada, sebuah sungai yang sudah 6 tahun, sudah tidak Kiara kunjungi.

Kaki jenjang nya turun dari tempat tidur, dan menggapai pigura tersebut. Kiara mengecup singkat bingkai foto itu, dan kembali dia letakkan pada posisi awal.

Kiara melangkahkan kakinya, menuju kamar mandi dan menjalankan ritual paginya. Dengan semangat yang tersisa Kiara turun dari kamar nya setelah selesai dengan ritual sebelum berangkat sekolah.

Setelah sampai di ruang makan, mata Kiara melihat sebuah potret membahagiakan dimana sebuah keluarga tengah makan di iringi canda tawa.

"Ku kira, kalian tidak akan pulang ke rumah ini" lirih Kiara, sangat pelan, hingga tidak terdengar oleh siapapun.

"Ma, kado mobil punya Audrey mana" tanya Audrey, seperti ingin pamer kepada Kiara.

"Mobil kamu, kan sudah ada di depan sejak semalem sayang" lirih Clarita.

"Oh iya, Audrey lupa heheh" tatapan Audrey mengarah kepada Kiara, seolah sedang mengejeknya.

"Kalian membelikan kado untuk dia, kalian selalu merayakan ulangtahun nya. Namun, kenapa kalian tidak pernah melakukan itu untuk aku" Kiara yang tidak terima, berusaha untuk menyuarakan isi hatinya.

"Untuk apa, kamu saja tidak bisa saya banggakan. Liat nilai adik kamu dia selalu bagus. Oh iya Audrey mulai hari ini akan satu sekolah sama kamu"

"Dan ingat, jangan pernah kamu mengaku sebagai kakak dari Audrey karena media hanya mengetahui Audrey sebagai anak kami bukan kamu" lanjut Clarita dengan nada sinis.

"Kenapa? Kenapa sejak kejadian itu kalian selalu melupakan kehadiran aku, salah aku apa" teriak Kiara, yang sudah tidak bisa menghentikan air matanya.

"KARENA KAMU PEMBUNUH" teriak Audrey dengan menekan setiap katanya.

"Aku bukan pembunuh sialan" teriak Kiara, dengan penuh penekanan.

PLAK

Lagi dan lagi tamparan itu Kiara dapatkan, tidak ada lagi air mata yang terjatuh, kini rasanya hampa dan tidak terarah.

BUGH

Tamparan, tendangan selalu menjadi pembuka di setiap pertemuan, lebam, memar dan juga tetesan air kental berwarna merah menghiasi seragam milik Kiara.

Senja di Penghujung Tahun  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang