CHAPTER 20

34K 3.1K 375
                                    

HAPPY READING!
.
.
.

Pagi ini pelajaran olahraga di kelas Agnes dkk. Agnes yang sudah ganti baju duluan dan sedang menunggu teman-temannya ganti baju di toilet. Gadis itu keluar dari dalam kelas dan duduk di salah satu kursi yang ada di depan kelas.

Agnes memandang kearah depan, ia masih tidak menyangka jika sang papa sudah merencanakan menjodohkan dirinya dengan Melvin sejak dulu. Agnes tersenyum tipis, gadis itu berpikir jika jodoh memang tidak kemana kan? Apapun caranya pasti di persatukan.

Jena yang baru saja selesai ganti baju menatap kearah Agnes yang sedang melamun, gadis itu memberhentikan langkah teman-teman nya "Titip ya, gua mau samperin Agnes dulu" Ucap Jena kepada Vanessa.

Gadis itu menghampiri Agnes dan duduk di sampingnya, Agnes sama sekali belum menyadari jika ada Jena di sampingnya. "Nes? Lo kenapa?" tanya Jena dengan menepuk pundak Agnes.

Agnes yang tersadar langsung menggelengkan kepalanya. "Gapapa kok, kalian udah selesai?" jawab Agnes.

"Iya. Serius lo kenapa? Masih kepikiran soal perjodohan itu?" tebak Jena yang seakan-akan tau isi pikiran sahabatnya.

Jena dkk memang sudah mengetahui semuanya, Agnes sendiri yang cerita kepada mereka semua. Karna Agnes tipe yang tidak suka memendam perasaan yang menganggu dirinya.

Agnes menggelengkan kepalanya. "Bukan itu, ya gue masih nggak nyangka aja kalo tiba-tiba tante Caramel setuju sama keputusan gue dan Melvin," kata Agnes.

"Oh itu? Lagian nih ya, kan papa lo sama papanya Melvin udah janjian bakal jodohin kalian, ya jadi menurut gue itu salah satu wasiatkan?" ujar Jena kepada sahabatnya.

"Iya sih, tapi yaudahlah, toh mau di jodohin juga enggak ujung-ujungnya tetep nikah," ucap Agnes yang mengingat sikap Melvin yang keras akan tetap menikahinya.

Jena terkekeh pelan mendengar ucapan Agnes. "Ciee yang bakal nikah," goda gadis itu dengan menyenggol Agnes.

Agnes tersenyum manis. "Lo kapan sama Elard? Nggak bosen jomblo mulu? Gue yang liat aja bosen loh," balas Agnes dengan menggunakan nada mengejek.

Jena mendengus kesal. "Ngeselin lo. Siapa juga yang deket sama Elard, patung berjalan gitu," kesal Jena.

Agnes terkekeh pelan mendengar kekesalan Jena. Gadis itu merangkul pundak sahabatnya. "Tapi gantengkan?" bisik Agnes.

"Ganteng si. Cuma buat apa ganteng? Kalau dia aja cuek begitu," kata Jena.

"Jen, biasanya yang cuek tuh setia. Gue yakin, someday nanti lo sama Elard bakal jadi pasangan yang romantis," ucap Agnes yang membuat Jena terkekeh.

Jena menggeleng pelan. "Gue nggak mau berharap tinggi, Nes. Lagian gue juga belum ada kepikiran buat cari pasangan."

Agnes menaikkan sebelah alisnya. Dia bingung. "Kenapa? Bukannya bokap lo izinin lo pacaran? Apa lo masih trauma sama masalalu lo itu?" tebak Agnes dengan memicingkan matanya.

"Bukan. Lo tau sendiri sikap mama gue gimana, dia tuh kayak protektif banget sama gue kalau deket sama cowok." Jena menatap kearah lapangan, dia suka heran dengan sang mama.

Sikap Letta membuat anaknya penasaran, kenapa segitu khawatirnya jika Jena deket dengan cowok. Bahkan terkadang Letta suka marah dan membatasi pertemana Jena dengan teman-temannya.

Agnes mengangguk paham. "Coba lo tanya baik-baik. Lo nggak akan tahu kalau lo sendiri nggak mencari tahu alasan yang membuat mama lo protektif ke lo," saran Agnes kepada sahabatnya.

"Lo bener. Gue bakal coba tanya ke papa, makasih atas sarannya." Agnes tersenyum dan mengangguk.

Skip

NAVYA 2 [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang