Bab 14

12K 1.3K 93
                                    

"ahkk!! Alin cepat pergi." Perintah gadis kecil yang wajahnya terlihat buram bagi Adrenalin.

Yaps, Adrenalin sekarang berada di ruangan yang gelap yang hanya di sinari oleh cahaya api yang ada di setiap sudut ruangan. Di ambang pintu ruangan ada seorang gadis kecil bermanik biru safir serta surai perak yang tidak lain adalah Adrenalin sendiri lalu ditengah ruangan itu ada seorang gadis kecil yang terlihat buram bagi Adrenalin sedang menghalangi sosok nenek tua yang wajahnya terlihat sangat hancur, nenek tua itu sudah beruban dan bermanik coklat terang yang terlihat begitu mengerikan.

"T-tapi Eni--"

"Eni akan baik-baik saja Alin cepatlah pergi!" Potong gadis kecil bernama Eni itu.

Gadis kecil itu sudah dalam kondisi yang sangat memprihatikan, sekujur tubuh gadis kecil itu sudah di penuhi oleh luka sayatan, gaun kecil berwarna merah muda itu sudah dipenuhi darah si empunya. Bahkan kening gadis itu tidak henti-hentinya mengeluarkan darah.

Walau sudah dalam keadaan begitu gadis kecil itu masih berdiri tegap di depan nenek tua itu dengan tangan direntangkan menghalangi nenek tua itu yang mau menangkap sepupu nya, di otak gadis kecil itu sama sekali tidak ada niatan untuk melarikan diri atau mengorbankan sepupunya di otak kecilnya itu hanya ada cara agar sepupu nya bisa keluar dari ruangan mengerikan itu dengan selamat sehat sentosa.

"Anak kecil sialan, beraninya kau menghalangi yang agung ini." Geram nenek tua itu dengan suara yang sangat menyeramkan.

Adrenalin kecil langsung saja menangis ketakutan mendengar suara menyeramkan nenek tua itu sedangkan Eni tidak ada rasa takut sedikitpun di wajahnya karena bagi gadis kecil itu tidak ada waktu untuk ketakutan.

Nenek tua itu semakin dibuat geram, dirinya langsung saja mencekik leher anak kecil didepannya ini. Nenek tua itu tadi sempat bingung bagaiman bisa anak sekecil ini bisa bertahan di bawah tekanannya yang bahkan bisa menghancurkan satu kerajaan dalam hitungan jam.

"ENI!!!" teriak Adrenalin kecil semakin histeris.

Eni menoleh ke arah Adrenalin kecil dengan susah payah gadis kecil itu tersenyum lembut "Eni sayang Alin." Lirih Eni.

Adrenalin tidak bisa bergerak, gadis itu ingin melepaskan cekikan nenek tua sialan itu namun dirinya tidak bisa. Seperti dirinya dikhususkan untuk menjadi penonton saja dalam drama ini

Sebuah bayangan hitam pekat mulai menyelimuti gadis kecil bernama Eni itu, Adrenalin kecil yang melihat itu ingin menyelamatkan sepupunya namun kenapa kakinya malah sebaliknya, kaki kecilnya berlari sekuat tenaga agar keluar dari ruangan itu dengan tangan yang menutup telinganya erat agar tidak mendengar teriakkan pilu gadis kecil bernama Eni.

Eni sepenuhnya di telan oleh bayangan hitam itu namun sebelum itu Adrenalin bisa melihat tato bunga mawar merah di punggung ringkih Eni "Tidak!" Takut Adrenalin

"TIDAKKK!!!"

Adrenalin terbangun dari mimpi buruknya dengan keringat dingin yang sudah membanjiri seluruh tubuhnya, wajahnya pucat pasi dengan air mata yang terus mengalir bak sungai.

Adrenalin mulai mengerti itu bukanlah mimpi melainkan potongan-potongan kecil dari ingatan Adrenalin asli saat masih kecil, tapi kenapa dirinya bisa bermimpi seperti itu? Siapa Eni? Nenek tua itu juga siapa? Lalu saat itu dirinya berada di ruangan apa?

Sepertinya semua pertanyaannya bisa di jawab oleh orang bernama Eni, tapi sepertinya itu tidak akan mungkin Adrenalin saja tidak yakin anak perempuan bernama Eni itu apa masih hidup atau tidak?

PEMERAN FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang