5

419 143 71
                                    

👑 🐨 👑

👑 🐨 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

Hari-hari setelah kepergian Sera, Namjoon meratapi rasa kehilangan dalam posisi telungkup di kamar Sera. Memakai bantal dan selimut Sera tanpa menggantinya, menghidu wangi Sera yang tertinggal memenuhi kamar. Kamar Sera beraroma campuran vanila dan bunga musim semi, padahal dia tidak suka aroma yang terlalu manis tapi beda urusan bila itu tentang Seranya.

Kehilangan sang istri untuk kedua kali menghantamnya begitu hebat. Namjoon mengurung diri berhari-hari, tidak bicara kepada siapa pun, tidak bekerja. Namjoon hanya berdiam di kamar Sera, sibuk merangkai kalimat permintaan maaf atas semua kelicikan yang dia lakukan hanya demi mempertahakan gadis itu.

Namjoon tahu kesalahan yang dilakukan pada Sera dan Seokjin, bagaimana dia menutupi berita kesembuhan Seokjin pada Sera. Dia sengaja menghalang-halangi Eunhye pada waktu hendak memberitahu Sera, dia mengirim Sera ke London sampai tiba waktu hari pernikahan mereka.

Kecemasan berlipat ganda kini menghantui Namjoon, membayangkan reaksi Sera bila akhirnya mengetahui semua kelicikannya, juga keegoisan dirinya yang jelas-jelas salah karena jatuh hati pada tunangan dari pria lain.

Namun, siapa yang bisa menolak bila takdir telah menebar renjana. Latar belakang kehidupan mereka bagai langit dan bumi, bahkan tidak mampu menghalangi mereka. Cho Sera selayak Cinderella yang telah membuat seorang pangeran jatuh cinta, sayangnya kisah dongeng di antara keduanya harus dimulai dari kata 'penghianatan'.

"Hyeong, mau sampai kapan seperti ini?" Jimin berkata, setengah jengkel setengah kasihan. Dia berdiri diujung ranjang sejak tadi, melipat tangan depan dada, melihat Namjoon tidak bergerak.

"Perusahaan membutuhkanmu. Aku, Ibu, Taehyung, apa lagi Jungkook, mengkhawatirkanmu. Kami tahu apa yang kau rasakan, tapi bukan berarti kau harus menyiksa dirimu sendiri. Kapan terakhir kali kau makan? Astaga, Hyeong, tolonglah!"

Jimin mulai putus asa, dia mengusap bahu Namjoon tetapi kakaknya tetap saja tidak bereaksi.

"Apa aku perlu menelepon Sera dan memberitahunya, kalau kau sedang sekarat?"

Namjoon duduk dalam satu kali hentakan. "Kau gila, ya?"

"Kalau begitu bangun, mandi air dingin supaya otakmu bersih dan tidak kusut. Kau perlu makan dan keluar dari kamar ini."

Jimin nyaris hilang kesabaran, merasa sia-sia mendedikasikan libur akhir pekannya yang berharga untuk menyadarkan kakaknya. Namjoon menjatuhkan diri ke ranjang, diposisi telungkup, meski Jimin melemparinya pakai pensil dan pulpen yang ada di meja nakas.

"Aku tidak lapar," gumam Namjoon, tapi sayangnya suara gas dari dalam perut terdengar.

"Hari ini Jungkook masak tortellini, mau coba? Dia lihat tutorialnya di youtube. Lumayan sih, tapi kejunya kurang dan agak gosong." Jimin terkikik geli, mengingat kemampuan memasak Jungkook yang jauh dari standar kelayakan.

Tuan Kim dan Rahasia KecilnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang