2

934 218 72
                                    

👑 🐻🐨 👑

👑 🐻🐨 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

Satu jam dua puluh dua menit berlalu semenjak Sera ikut naik ke mobil Namjoon, kini dia tengah berada di perjalanan menuju rumah pria itu tanpa ada pembicaraan. Sera jadi cemas, takut Namjoon merencanakan sesuatu hal yang jahat dan licik. Meskipun tidak ada manfaat yang bisa Namjoon ambil karena menculik atau berencana menghabisinya, sebab dia hanya gadis melarat.

Sera melirik Namjoon yang fokus pada jalanan di depan mereka, menyadari bila sekarang dia sudah berada sangat jauh dari Ihwa Mural, dari rumah sewaannya, dari Eunhye dan dari kakak baik hati yang sering membawanya jalan-jalan mengitari kampung Ihwa pakai sepeda yang dikayuh pelan-pelan.

Mereka menuju Pyeongchang-dong, di kota Jongno. Kawasan hunian mewah lebih ramah dari Gangnam yang kejam dan terlalu mengintimidasi. Kemewahan Gunung Bukhan yang indah, Gana Art Center klasik nan megah, tingkat keamanan tinggi, ketenangan dari polusi yang mengganggu paru-paru, serta harmoni yang berkelas, menjadikan Pyeongchang-dong pilihan untuk sebagian warga negara asing, politisi, pengusaha, diplomat dan para seniman.

Mata Sera melebar menatap deretan rumah mewah di bagian kanan dan kiri jalan, mulutnya bahkan sampai terbuka. Rumah-rumahnya besar, halaman super luas, dinding dari susunan bata yang klasik dan artistik. Masalah area parkir yang terkadang membuat pusing, hampir menjadi tidak masalah untuk penghuni daerah ini.

Biasanya Sera melihat daerah elit itu hanya dari layar tivi atau majalah, dia benar-benar tidak pernah bermimpi bisa menjejakkan kakinya di daerah lereng gunung Bukhan, bagian Seoul yang sering disebut Beverly Hills Korea Selatan. Mobil Namjoon berbelok ke kawasan paling mewah, Daesilla, di penghujung bagian paling timur Pyeongchang-dong.

"Sera!" Suara Namjoon terdengar disaat mobil berhenti depan pintu pagar kayu tinggi, terbuka otomatis setelah Namjoon menekan satu tombol logam yang terikat bersama kunci mobil.

"Ya, Tuan?"

"Panggil namaku saja," kata Namjoon tanpa menoleh. "Panggil namaku tanpa sapaan formal saat di depan adik-adikku nanti, kau mengerti?"

"Baik." Sera mengangguk singkat meski tidak paham, ingin bertanya tapi ekspresi Namjoon terlalu serius dan itu membuatnya ngeri.

Dia memilih menatap jalanan di depan mereka yang panjang. Padang rumput sangat luas di sisi kiri jalan, hutan rindang di sebelah kanan, pohon maple masih menyisakan setengah daun merah, berjejer tidak beraturan di sepanjang jalan. Sementara bunga Sakura nyaris mekar di tengah padang rumput, musim semi siap menyambut Seoul tidak sampai dua minggu lagi.

Mobil mereka menepi di depan bangunan tingkat dua, pagar kayu setinggi dada Namjoon kembali terbuka otomatis. Mereka berjalan beriringan memasuki halaman rumah, butuh naik lima tangga kecil untuk mencapai teras rumah.

Tuan Kim dan Rahasia KecilnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang