2

207 111 13
                                    


Sera bangun pada pagi di hari berikutnya dengan kepala yang agak pening, matanya bengkak setelah menangisi pernikahannya yang telah selesai. Bukan karena dia menyesal telah memilih berpisah dari Namjoon, tetapi rasa luka yang ditimbulkan dari satu hubungan gagal, membuat hatinya membiru.

Sera terhuyung-huyung saat menghela diri menjadi duduk, mengedarkan pandang ke sekeliling kamar yang sunyi. Dia memutuskan mandi air hangat, mengenakan pakaian rumah lalu keluar dari kamar untuk makan sesuatu.

Dokumen dalam amplob coklat tergeletak di meja depan TV, mendatangkan lagi kesunyian yang tidak Sera harapkan. Sera duduk dikursi dan mengeluarkan berkas dari amplob, semalam dia belum menandatangani surat-surat perceraian itu.

Detik-detik membekukan dilalui Sera dengan napas yang berubah berat, dia berusaha menahan gemetar dari jari-jarinya yang menggenggam pulpen agar bisa memberi tanda tangan di kertas itu. Segala hasutan hati perlahan-lahan memenuhi otak, memintanya tidak menandatangi surat cerai lalu datang menemui Namjoon sebelum pria itu benar-benar pergi.

Di antara pikirannya yang kusut dan penuh, ponselnya di meja bergetar. Pesan Eunhye ingin mengajaknya sarapan bersama memenuhi layar, Sera buru-buru menyambar ponsel guna memenangkan perasaannya yang sedang kacau.

Mau sup labu—tanya Eunhye di layar pesan.

Dan, dibalasnya pesan itu—Boleh, bikin yang banyak.

Kubuatkan semangkuk besar, harus habis!!! Semalam kau pasti tidak makan.

Sera tertegun melihat pesan Eunhye, semalam seharusnya mereka makan bersama Seokjin tapi dia berdalih kelelahan dan sangat ngantuk selepas terapi. Alasan masuk akal, sayangnya Eunhye terlalu hafal mengendus kebohongan dan Sera tidak pandai berbohong semenjak dia amnesia.

Sera kembali melihat dokumen yang terbengkalai di meja setelah membalas pesan Eunhye, lalu secara mendadak dia lupa dengan tanda tangannya sendiri. Sera mencari-cari ID card untuk mencontoh tanda tangannya tapi dia juga lupa dimana meletakkan dompetnya, dia cari di laci meja dan di lemari baju tapi tidak ketemu.

Sera terkesiap saat getar ponsel di meja menjeda kesibukkannya mencari kartu identitas, pesan dari Jungkook membuatnya nyaris tersedak.

Nuna, besok siang kami berangkat ke Perancis, apa kau tidak ingin bertemu untuk terakhir kali?

Sera membalas pesan itu. Besok ak kerja. hti-hati, semoga perjalananmu menyenangkan. Salam untk Jimin dan Taehyung.

Sera meletakkan ponsel dimeja, tapi kemudian diambil lagi dan menekan tombol hijau dikontak Jungkook. Di dering kedua, Jungkook sudah mengangkat panggilan teleponnya.

"Nuna, kenapa jahat sekali?" ucap Jungkook, melompati kata sapaan.

"Aku libur hari ini, tapi besok aku benar-benar kerja, Jungkook. Berangkat jam berapa?"

"Jam satu siang, soalnya pagi-pagi Namjoon hyeong masih ada pertemuan penting di kantor."

Sera mengangguk kendati dia tahu Jungkook tidak bisa melihatnya, dia menarik napas kelewat lega pada reaksi tubuhnya. Dia sedih, tentu saja, tetapi terselip perasaan lega sebab dia mampu mengiklaskan perpisahannya dengan keluarga Namjoon.

"Jungkook, aku minta maaf untuk segala hal yang dulu pernah kulakukan padamu dan mungkin menyakitimu. Aku tidak ingat sama sekali dengan masa-masa waktu dulu aku berada di rumah kalian, apa aku menyebalkan?"

"Sedikit." Jungkook menjawab. "Kau sering memaksaku sekolah, tapi aku tahu itu demi kebaikan dan atas perintah kakakku juga."

"Memangnya dulu, aku itu bagaimana?"

Tuan Kim dan Rahasia KecilnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang