6

646 200 85
                                    


Sera selesai merapikan sepatu yang dibelinya ke lemari baru yang entah sejak kapan terpajang di kamarnya, lalu pindah ke tepi ranjang, duduk gelisah, memikirkan Taehyung dan kejadian di Mall. Sera tidak tenang lalu buru-buru keluar kamar.

Dia melirik sebentar ke kamar Jungkook yang tampak lengang, sempat lupa Jungkook masih di Jepang, besok pagi bocah nakal itu baru pulang ke Seoul. Rumah besar Namjoon jadi lengang tenang tanpa kehadiran Jungkook, harusnya Sera senang tetapi kini dia merasa suasana jadi terasa sepi nyaris kosong dan Sera benci itu.

Sera berjalan cepat menaiki tangga, selanjutnya menuju kamar Taehyung. Dia menghembuskan napas panjang, Taehyung tidak ada di kamar. Sera berjalan lunglai ke ruang tivi depan kamar Taehyung, memandang ke dinding kaca. Dari atas Sera bisa melihat kolam renang dan halaman beranda samping, menemukan Taehyung duduk di sofa besar dekat kolam renang.

"Hai!" Sapa Sera ceria, duduk di sebelah Taehyung. "Kau baik-baik saja?"

"Seperti yang kau lihat."

Sera mengangguk kecil. "Ada yang ingin kau ceritakan padaku? Sebagai teman barang kali, apa pun, tidak masalah kalau kau mau membaginya sedikit."

"Tidak ada," jawab Taehyung datar, Sera kembali mengangguk pelan.

"Oke, kalau begitu aku mau istirahat, mumpung tidak ada Jungkook." Sera melihat Taehyung sekali lagi sebelum pergi, namun tiba-tiba tangan dingin Taehyung menahan lengannya.

Sera menoleh, melihat Taehyung masih diam, pandangan Taehyung membentur sofa putih yang di dudukinya.

"Tentang yang terjadi di Mall tadi, jangan ceritakan pada Namjoon."

"Oh, tentu, kau tenang saja."

Sera memperhatikan Taehyung yang belum melepaskan cengkramannya, pelan-pelan dia duduk lagi di sebelah Taehyung meski tanpa berkata apa-apa. Sera memilih menunggu, lalu mengusap bahu Taehyung sebelum pemuda itu tiba-tiba berkata.

"Sera, apa kau tahu rasanya tidak inginkan?"

"Maksudmu?" tanya Sera hati-hati, menatap Taehyung yang masih melihat ke depan tanpa melepaskan tangannya.

"Aku melihat dia di Mall."

"Dia, siapa?"

"Wanita yang meninggalkanku sendirian di taman bermain. Dia yang lebih sering memukul dan memakiku dari pada memperlakukanku seperti anaknya. Berengsek!" Taehyung mengucapkan dalam satu tarikan napas, tanpa emosi di nada suaranya, tapi terdengar perih di telinga Sera.

"Wanita yang dulu kupanggil Ibu juga meninggalkanku di depan toko, padahal saat itu Ibu baru membelikan permen kapas untuk merayakan ulang tahunku yang ke tujuh." Perih menyergap hati Sera, butiran bening datang berbondong-bondong dan mengaburkan pandangan.

"Menyedihkan," tukas Sera sambil tertawa, terdengar sumbang dan dipaksakan.

Mereka berdua saling pandang, lalu sama-sama tertawa, lebih tepatnya menertawakan diri sendiri yang merasa terhianati oleh garis hidup. Sera mengusap ujung mata yang mulai berair, mencoba menghalau perih yang menelusup tanpa izin ke dalam tiap aliran darahnya.

"Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi." Sera menerawang jauh, kenangan bersama sang ibu masih terbayang nyata di benaknya.

"Aku masih sering melihat wanita itu," komentar Taehyung. "Kau masih ingat wajah, ibumu?"

"Sedikit."

"Lalu ayahmu?"

"Yang aku tahu, ayah pergi dengan seorang wanita, ibuku menyebutnya pelacur murahan. Kau sendiri bagaimana?" Sera bertanya santai, keduanya merasa terlalu muak hingga mengabaikan semua rasa sakit yang sedari tadi menaungi mereka.

Tuan Kim dan Rahasia KecilnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang