EVENING SKY

931 222 74
                                    

👑 🐨 👑   

👑 🐨 👑   

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

Dua menit kemudian—atau begitulah rasanya—Sera terbangun dengan pening di kepala dan terasa berat, kepalanya berputar sangat cepat saat dia berhasil duduk. Sera termangu selama semenit tanpa tujuan, meraba keningnya yang berdenyut sakit, mengerjap berkali-kali dalam ruangan yang terlihat janggal untuknya.

Sera tidak pernah ingat pernah membeli puluhan hiasan kaca aneka bentuk yang dipajang di rak-rak kayu asimetris di sudut ruang, dia juga lupa kalau punya koleksi buku sebanyak itu, disusun rapi dalam lemari tinggi di sepanjang dinding samping jendela.

Sekejap Sera mengingat-ingat kejadian sebelum dia jatuh—oh, apa aku pingsan?—pikirnya.

Dia mengedarkan pandang ke sekeliling kamar yang luas. Chandelier mahogani menjuntai berat dari langit-langit, dindingnya berpelitur perak pekat, begitu dingin dan gelap. Dia tidak tahu apakah itu karena pengaruh interior atau hordeng kamar yang tertutup rapat, padahal selama ini musim semi di Seoul terbilang terik dan panas.

"Astaga, apa dia—?" Sera buru-buru memeriksa pakaiannya, meraba tiap bagian tubuhnya.

Terlalu sering membaca novel percintaan bertema hubungan satu malam, dimana tokoh wanita ketiduran dan setelah bangun sudah kehilangan kehormatan. Sera jadi was-was, pasalnya, kini dia tengah memakai gaun tidur panjang sewarna gading dan rambutnya berantakan.

Terakhir dia pakai dress bunga-bunga, tapi Sera yakin tidak ada bagian yang sakit di sekitaran pangkal paha. Penulis favoritnya bilang; melakukan hubungan itu pasti akan meninggalkan kesakitan, minimal sedikit nyeri, seberapa pun mahir pihak prianya.

Sera mencoba turun dari ranjang meskipun dunianya masih berputar, kamar terasa agak gelap sebab semua jendela ditutup tirai. Dia meraba-raba pintu, memutar knop tapi tidak bisa dibuka. Entah karena terlalu lemas, ditambah kepalanya sakit seperti dihujani kerikil, Sera tidak bisa membuka pintu meskipun sudah memutar pegangannya.

Sera menyerah, meratapi nasib buruknya seraya mengusap-ngusap daun pintu.

"Tuhan, aku tidak pernah melawan Ibu Panti, aku taat pada-Mu, tolong aku, keluarkan aku dari rumah pria mesum ini—" Sera berhenti meratap, telinga yang bersandar pada pintu mendengar derap langkah berat dan cepat, mendekat kian dekat.

Pintu ditarik dan terbuka dari luar. Sera mundur begitu melihat sosok Namjoon yang besar, menjulang setinggi 187 senti berdiri di muka pintu.

"Sudah lebih baik?" tanya Namjoon.

"Kau melakukan kejahatan dengan mengurungku di sini, Tuan-Yang-Sangat-Besar!" Sera berkacak pinggang sok berani, tidak mau diintimidasi, memupuk keberanian dan berkata.

"Aku bukan calon istrimu yang sebenarnya, kau akan mendapatkan hukuman setimpal atas kejahatanmu padaku." Bayangan tindak senonoh Namjoon sebab bajunya sudah diganti tanpa izin, menyembul dari dalam otaknya yang pening.

Tuan Kim dan Rahasia KecilnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang