𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟗

79 3 0
                                    

Rheana terdiam sambil memegang se-cup mie instan dan botol air di tangannya, dia menoleh kesana kemari mencari keberadaan teman-temannya. Semua bangku di kantin sudah terisi penuh, banyak yang berjalan kesana kemari sehingga Rheana tidak bisa melihat jelas dimana keberadaan teman-temannya. Sampai pada akhir nya satu tangan menariknya, membuat Rheana berbalik badan.

"Sini, makan bareng" Alaska menawarkan.

"Serius nih? Temen-temen kakak gak bakal keberatan kan?" Tanya Rheana.

Alaska menggelengkan kepalanya. Dia menarik tangan Rheana, membawanya menuju meja makannya.

Alhasil, enam anggota utama Killcrusher menghentikan kegiatan makannya, menatap Alaska dengan bingung.

"Lanjutin makan lo" Ujar Alaska.

"Lanjutin aja kakak-kakak sekalian...aku gak ganggu kok" Kata Rheana.

Baron terkekeh pelan kemudian melanjutkan aktivitas makan yang sempat tertunda.

"Jangan pada mikir aneh-aneh ya lo semua. Gue mungut nih anak soalnya kasihan liat dia pelanga-pelongo di depan orang yang lagi ngantri beli makan" Ucap Alaska.

"Sini rhea, pindah di deket gue aja" Gino menawarkan seraya menepuk space kosong di sampingnya.

"Gak makasih" Balas Rheana.

"Pfftt..." Regas menahan tawa lalu menepuk pundak Gino, "Tertolak untuk pertama kalinya ya hahaha" Cowok itu tertawa.

Suasana kembali seperti semula. Mereka semua fokus dengan makanannya, terkecuali Gino dan Regas yang sedaritadi sibuk beradu kata.

Baron tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya, dia menatap Rheana, "Gue tunggu lo di tangga koridor, na"

"Ngapain?" Alaska kepo.

"Maen bekel" Ucap Baron, membuat Alaska menatapnya dengan alis yang terangkat sebelah, "Enggak lah tolol! Gue pengen ngomong ama dia"

"Sekarang aja, gue juga udah selesai makan" Rheana berdiri, mengangkat botol air dan bekas cup mie nya, "Makasih kakak-kakak semua, udah biarin rhea makan disini"

"Sama-sama cantik" Kompak mereka semua, terkecuali Alaska dan Jordan, yang memang pada dasarnya memiliki sifat cuek.

Setelah mendapat balasan, barulah Rheana melangkah mendahului Baron. Baron berjalan di belakang gadis itu, langkahnya terhenti saat Rheana berhenti untuk membuang sampahnya. Gadis itu kemudian melangkah mundur selangkah, menyamakan langkahnya dengan Baron.

"Ke tangga koridor, mau ngapain?" Tanya Rheana, "Gue agak sibuk nih, kalo mau ngomong mending nanti aja ya. Atau bisa ngobrol sambil jalan aja"

"Yaudah" Ucap Baron, "Gue cuma mau nanya, gimana el?" Tanyanya.

Rheana terdiam, dia paling lemah bila ada seseorang bertanya tentang kakaknya.

"Gak apa-apa deh kalo lo gak mau jawab, sampein salam gue ke dia ya na. Bilang, sahabat kecilnya kangen" Ucap Baron, "Tau dah dia inget gue apa enggak"

"Kayaknya udah enggak" Kata itu keluar dari mulut Rheana. Dia menghentikan langkahnya lagi, membuat langkah kaki Baron ikut terhenti, "Kakak gue bener-bener udah lupa sama temen lamanya, yang dia inget cuma beno beno beno..."

"Beno?"

"Hm...beno satu-satunya temen deket yang dia inget. Beberapa hari yang lalu, Kak Erik dateng ke rumah gue, dan lo tau apa reaksi kak el? Dia sama sekali gak inget kak erik, padahal mereka udah temenan bahkan jauh sebelum lo temenan ama kakak gue"

Baron terdiam tak percaya. Dia pikir, teman masa kecilnya masih mengingat dirinya, nyatanya Rafael benar-benar melupakan dirinya.

"Hah...never mind ron" Rheana menghela nafas kasar, "Gue males ngebahas itu"

RHEALASKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang