Alaska mendorong Regas ke hadapan Sarah. Cowok itu menendang kaki Regas, membuat Regas dengan terpaksa berlutut di hadapan Sarah.
Alaska tahu bahwa ini berlebihan. Dia hanya tidak ingin melihat acaranya hancur karena kedua orang di hadapannya.
"Minta maaf" Titah cowok itu.
Regas menoleh, kemudian bangkit, "Kenapa harus gue? Dia yang buat masalah ka!"
"Lo juga minta maaf" Alaska mengalihkan pandangannya ke arah Sarah.
"Oke, gue minta maaf" Sarah menundukkan kepalanya, "Gara-gara gue, acara lo jadi kacau. Maaf juga gas, gue udah nyakitin hati pacar tercantik lo" Kali ini Sarah menatap Regas.
Regas hanya diam, namun matanya menatap ke arah Sarah.
"Nunggu apa lagi? Buruan minta maaf!" Titah Alaska lagi.
Regas mengangguk, "Maaf" Ucapnya kemudian pergi begitu saja dari sana. Alaska tidak lagi menahan cowok itu. Dia menghela nafasnya pelan.
Tak lama setelahnya, Rheana datang.
"Udah minta maafnya?" Tanyanya.Sarah menganggukkan kepalanya. Gadis itu kemudian berjalan ke arah kasur lalu duduk disana.
Rheana mendongak menatap Alaska, dia melepaskan jaket cowok itu dari tubuhnya.
"Makasih ka...""Gak mau di pake aja?" Tanya Alaska.
"Gue mau ganti baju aja. Mau di sini juga, temenin mereka" Jawab Rheana, "Maaf gak bisa nemenin lo di luar"
Alaska menganggukkan kepalanya lalu mengambil jaket dari tangan Rheana.
Alaska mengusap kepala gadis itu, "Gue keluar ya, telpon gue kalau butuh sesuatu"
"Lo semua juga, kalau butuh gue,panggil aja" Alaska menatap para gadis yang tengah duduk di atas kasur. Mereka berempat menganggukkan kepalanya.
Alaska mengecup dahi Rheana sekilas lalu melangkah pergi menjauh dari sana.
Malam ini, suara hujan deras terdengar hingga ke dalam kamar Rheana. Gadis itu terbangun dari tidurnya, menoleh ke arah samping dan melihat teman-teman nya yang masih tertidur.
Rheana mengusap matanya, dia mengaktifkan ponselnya, melihat jam dari sana.
"Setengah dua belas?" Gumamnya.
Rheana jika sudah bangun seperti ini, akan sulit tertidur lagi nantinya.DAAR!
"BUNDA" Rheana menutup telinganya, terkejut mendengar suara petir yang keras. Beruntung saat Rheana berteriak tadi, Teman-teman nya tidak mendengar. Mungkin mereka terlalu nyenyak tidur sehingga tidak bisa mendengar suara petir dan Rheana.
Rheana menarik boneka pemberian Alaska lalu memeluknya.
Seberani apapun Rheana, tetap saja jika menyangkut petir, gadis itu akan tetap ketakutan. Sedari kecil selalu seperti itu. Maka dari itu setiap kali mendengar suara petir, Rheana akan berlari menghampiri Bunda nya, atau kadang Rafael yang datang menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEALASKA [END]
Teen Fiction[JANGAN JADI SILENT READER YA! VOTE SETIAP CHAPTER UNTUK LEBIH MENGHARGAI PENULIS] 𝗥𝗵𝗲𝗮𝗻𝗮 𝗔𝘇𝘂𝗿𝗮 adalah gadis berusia tujuh belas tahun yang menyukai seorang 𝗔𝗹𝗮𝘀𝗸𝗮 𝗗𝗮𝗻𝗶𝘀𝘄𝗮𝗿𝗮 𝗞𝗮𝗶𝘀𝗮𝗿 yang merupakan ketua geng Killcrushe...