Chapter 8

686 74 22
                                    



"Lho? Papa?"

Keduanya, baik Madara yang dipanggil "Papa" dan Mei sontak langsung menoleh ke sumber suara dan melihat empat orang pemuda melihat mereka dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ck!" Dan Madara pun menunduk senejak merutuki nasibnya sekarang.

Keempatnya saling memandang satu sama lain lalu menatap wanita yang ada didepan sang ayah, "Siapa ini Pa?"

Mei yang duduk bersama Madara kini nampak kebingungan. Semua yang terjadi membuatnya semakin tidak mengerti. Mei pun mencondongkan badannya dan menyikut pelan lengan Madara yang berbalut dengan kemeja biru tua. "Jadi ini klien yang kau maksud?" bisiknya pelan.

Tak langsung menjawab Madara malah melemparkan tatapan tajam pada wanita yang sedang menatapnya polos itu. "Kau bodoh. Apa kau tuli? Mereka semua anakku." Ucap Madara datar dan menusuk.

Mei tercengang, shock. Anak? Empat pula.

Mata onyxnya juga langsung menatap keempat anaknya yang menjatuhkan moodnya itu dengan mantap, "Duduklah kalian."

Pada akhirnya mereka berempat duduk melingkar sesuai dengan bentuk meja jati berlapis taplak merah darah dengan beberapa botol wine sudah berjajar rapi di hadapan mereka.

Sasuke berbisik-bisik pada saudaranya, nampak kebingungan. Begitupun dengan Obito, Shisui, dan Itachi yang saling berbisik sahut-menyahut.

"Inget, gak? Papa pernah bahas soal cewek" Bisik Itachi keheranan.

"Ahh.. jangan-jangan ini kali ya." Sahut Shisui sambil berbisik.

"Masa' ini? Kayak tante-tante.." Sahut Sasuke.

"Lo mau cariin yang gadis? Gila, ya? Papa udah tua." Timpal Obito, "Ini mah kriteria papa. Yang hot-hot begini.."

Madara berdehem yang sengaja, "Ehem!" Membuat keempatnya terkesiap di tempat masing-masing.

"Anak-anak papa yang ganteng, kenalin ini sekretaris papa yang baru."

Hah? Sekretaris? Padahal mereka udah terlanjur kegirangan.

"Ah, sekretaris.." Bisik Shisui pada saudara-saudaranya sambil tertawa kecil.

"Cuman sekretaris, tapi papa keliatan serasi loh! Jangan lama-lama pa, undangannya!" Goda Obito tertawa.

Seketika tanpa Madara sadari, pipinya merona dan cepat-cepat bapak tua itu membantah perkataan Obito dengan semburat yang masih terlihat jelas.

"Sembarangan kamu! Awas pulang nanti." Ketus Madara melotot, lalu melirik Mei sekilas. Tak jauh berbeda ternyata, si tante Mei merona juga.

Obito dan ke-tiga saudaranya menahan tawa melihat ekspresi salting sang ayah. Suasana menjadi hening dan canggung. Madara dan Mei saling melirik satu sama lain.

"Ck, kenapa diam saja?" Tanya Madara ragu. Ia pun cepat-cepat kembali mengalihkan pandangannya.

"Eh?" Mei tersentak, "Ah, nama saya Mei Terumi. Salam kenal anak-anak.."

Keempat anak Madara langsung tersentak melihat pipinya. Keempatnya saling bertatapan dengan bingung, namun ada sorot kejahilan disana.

Mei sedikit menundukkan kepalanya dan memejamkan mata menahan sesuatu rasa yang membuatnya tidak habis pikir dan membuatnya merasa geli sendiri.

"Cuman sekretaris, tapi papa keliatan serasi loh! Jangan lama-lama pa, undangannya!"

Mei bergidik. Ucapan salah satu anak Madara tadi membuatnya merinding tak jelas.

MY DADDY { MADARA }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang