Chapter 46

295 33 26
                                    







Semilir angin lembut meniup-niup ranting pepohonan. Udara pagi terasa hangat karena sinar matahari yang sudah nampak sebagian.

Ketiga pemuda yang merupakan anak dari seorang pengusaha kaya itu sedang duduk di meja makan menikmati sarapan pagi. Ketiga? Ya, hanya tiga. Yang satunya sudah berangkat duluan ke kampus.

Mereka bertiga bertanya-tanya saat ayahnya itu lama sekali bersiap-siap di kamar. Sekarang sudah pukul sembilan dan mereka sudah merencanakan sesuatu untuk menyusul Obito ke kampus. Ya, hari ini hari dimana Obito menjalani ujian dan mereka semua berniat untuk memberikan surprise jika lulus. Jika lulus? Mereka yakin seratus persen Obito akan lulus.

"Papa ini dandan lama banget," Gerutu Sasuke melirik arloji mahalnya pemberian Madara, tentu saja. Hari ini ia tak masuk sekolah, tapi ia sudah ijin duluan pada gurunya.

"Sabar Sas." Ucap Itachi santai, "Santai aja .. Eh, Shis. Lu udah siapin bunga sama ucapan selamatnya kan?" Tanyanya beralih pada Shisui yang sedang makan.

"Udah, tenang aja. Bunga yang kita pesen, udah dianter sama orang suruhan Papa tadi pagi."

Setelah sarapan, mereka beranjak dari ruang makan menuju ruang tamu untuk menunggu Madara. Namun sesuatu mengejutkan mereka bertiga, ternyata sang ayah sedang duduk menemani Mei yang tiba-tiba muncul di rumah sembari menyeruput kopi.

"Loh, ada Tante Mei?" Tanya Itachi heran.

"Ya ampun, kita daritadi nungguin Papa di meja makan ternyata disini." Gerutu Sasuke gemas. "Tumben, Pa. Ada Tante Mei pagi-pagi..  Papa mau ajak ke kampus juga?"

"Papa mau ajak Mei juga.. Sekalian ke kantor maksudnya."

"Oh," Sasuke menganggukkan kepalanya paham. "Papa santai aja .. nggak usah tegang begitu ditanyain sama kita. Emang kenapa sih?"

"Papa kalem aja." Sahut Shisui yang sedari tadi diam.

Madara menghela napas panjang saat anaknya mulai mengintrogasi dirinya. Untuk sementara waktu, Madara tak perlu menjawab dulu. Bisa bagaimana reaksi mereka jika ia sudah melamar Mei? Membayangkannya saja membuat Madara bergidik.

Bukannya tak mau jujur. Tapi ia hanya tak bisa membayangkan bagaimana reaksi anak-anaknya kali ini. Madara membatin getir. Tak tahu harus jujur atau bagaimana. Tapi tak mungkin juga ia menyembunyikannya.

"Kalian, duduklah dulu. Papa mau bicara sesuatu." Ucap Madara membuat ketiganya saling menatap. Tapi mereka cepat-cepat menuruti permintaan Madara. Mereka bertiga lantas duduk.

"Papa mau bicara jujur sama kalian," Sejenak pria itu mengalihkan pandangannya pada Mei yang menundukkan kepala demi menyembunyikan rona merah di pipi.

"Papa.. Papa .." Madara mendadak jadi ragu. Ia ternyata belum siap padahal sudah seminggu ini ia menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya ia sudah melamar Mei.

"Papa ini kenapa sih Pa?" Tanya Sasuke penasaran. "Papa kalo mau ngomong ya ngomong aja."

"Always deh." Timpal Itachi, "Always Papa nggak mau ngomong jujur sama kita.."

"Papa.." Suara Madara mengalihkan perhatian mereka. Ketiganya sontak terkesiap dan menatap sang ayah yang nampak ragu. Lagi-lagi terhenti.

Tapi Madara tak kunjung bicara selanjutnya membuat anak-anaknya penasaran dan semakin mendesak.

"Papa ini kenapa sih Pa?" Ucap Shisui tak mengerti. "Tinggal ngomong doang. Santai aja Pa..."

"Papa.. Papa habis melamar Tante Mei. Kita akan menuju jenjang yang lebih serius lagi."

MY DADDY { MADARA }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang