Chapter 45 (Special Chapter)

332 37 34
                                    






Madara memberhentikan mobilnya di depan supermarket. Selalu seperti ini dan ia harus berjalan kaki dulu di gang baru ia bisa masuk kedalam rumah wanita itu.

"Aku bisa masuk sendiri, tak perlu mengantarkan masuk kedalam." Ucap Mei menolak saat Madara hendak keluar mobil. Tapi Madara tetaplah Madara yang keras kepala. Ia tetap keluar mobil, mengabaikan tolakan Mei membuat Mei berdecak kesal.

Mereka berdua mulai berjalan di gang. Seperti biasa, gang cukup gelap. Apalagi sepasang onyxnya sempat menangkap beberapa orang mabuk yang sedang bermain kartu didepan sebuah gudang. Yang awalnya Madara biasa saja saat Mei menolaknya, kini ubun-ubunnya terasa berat karena emosi.

"Kau menolak, membuatku emosi." Ucap pria itu terang-terangan.

"Emosi? Kenapa?"

"Apa kau buta?" Madara menolehkan kepalanya sedikit ke belakang. Menatap sekilas para pria yang sedang berkumpul di sana. "Kita baru saja melewati segerombolan lelaki mabuk. Aku tak tahu apa yang terjadi padamu jika kau berjalan sendiri." Gerutunya.

"Jangan berlebihan, Madara. Mereka tetanggaku.."

"Ck." Madara berdecak. "Tetap saja. Tak semuanya bisa dipercaya. Kau harus tetap hati-hati. Awas saja jika kau menolak lagi."

Mei menganggukkan kepalanya paham, "Baiklah, maafkan saya.. Tuan Uchiha yang terhormat."

Percakapan mereka terhenti saat langkah mereka sudah didepan pintu rumah. Mei segera mengeluarkan kunci rumahnya. Sementara Madara berdiri disebelahnya dan memperhatikan wanita itu.

"Mei," Panggil Madara pelan saat Mei memegang gagang pintu rumahnya, hendak membuka. Namun batal karena Madara memanggilnya. Mei menoleh dengan tatapan bingung.

"Aku.." Madara nampak ragu untuk berbicara. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat besok. Kau ada waktu?"

Mei menyernyit. Ia nampak berpikir sebelum menjawab. Besok hari libur dan saat hari libur biasanya Mei tak melakukan apa-apa, ia hanya bersantai-santai di rumah. Mungkin tak apa jika ia menerima ajakan Madara. Toh, ia juga senang karena bisa bersama pria itu.

Mei mengangguk sembari tersenyum lembut. "Aku ada waktu."

Telunjuk Madara terangkat sembari kakinya yang melangkah mundur. "Aku akan menjemputmu besok.."

Mei hendak bertanya tapi pria itu sudah melengos pergi begitu saja dari hadapannya. Menghela nafas, Mei masuk kedalam rumah. Sementara Madara keluar dari gang kecil tersebut dan masuk kedalam mobil mewahnya yang terparkir di depan supermarket.

Pria itu membelokkan mobilnya lawan arah dengan jalan pulang. Entah mau kemana pria itu.

Menit-menit berlalu hingga Madara merasakan laju mobil memelan di area parkir mall. Ya, mall yang sempat ia kunjungi beberapa pekan lalu bersama Mei. Dan malah kepergok Obito jika ia sudah berpacaran. Lucu sekali. Batinnya geli sendiri.

Setelah parkir, Madara masuk kedalam mall dan langkahnya membawanya untuk menuju sebuah toko perhiasan. Sejenak Madara tak langsung masuk, ia malah berdiri didepan. Sungguh, apakah secepat ini?

"Madara, kau tahu .. aku tak pernah merasakan se-jatuh cinta ini pada seorang pria. Aku bersyukur pada Kami-sama yang telah memberikanku pria seperti mu. Kau selalu membuatku berdebar keras sehingga rasanya ingin meledak

Onyx Madara yang sempat tegang, kini melembut karena teringat oleh kata-kata yang Mei lontarkan. Perkataan itu jiga membuat sedikit banyak ada kemantapan untuk segera memiliki Mei sepenuhnya. Apalagi kakinya sudah menginjak tempat dimana ia harus membeli sesuatu. Sebuah cincin. Yang akan disematkan pada jari lentik wanitanya. Ah, membayangkannya saja membuat jantung Madara berdegup lebih keras.

MY DADDY { MADARA }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang