Chapter 39

337 39 37
                                    






Uchiha Sasuke menggerutu di meja kelasnya lantaran suara gaduh dari teman pirangnya yang sedang bermain sepak bola didalam kelas dengan beberapa siswa cowok. Bukan bola yang dimainkan, melainkan penghapus papan tulis.

Sasuke yang sedang belajar matematika pun karena sebentar lagi ulangan, merasa terganggu. Beberapa siswa-siswi yang sedang duduk ditempat dan berdiskusi tentang materi pun terganggu.

"Udahlah, Teme! Lo nggak usah rajin-rajin," Ucap Naruto setengah berteriak, ia berada di depan papan tulis. "Lagian, Tobirama-sensei telat! Udah 20 menit nih. Masa iya ulangannya hari ini? Kan jam-nya kepotong."

"Bacot lu Nar. Kayak nggak tau tuh orang kayak gimana." Sahut Sasuke datar dari bangkunya.

Naruto maju kearah bangku Sasuke dengan cara berlari berlari. "Ya nggak bisa gitu dong. Dia udah telat, ya kita semua harus protes!" Sahutnya.

Sasuke tak menyahut, ia sibuk mengerjakan latihan soal logaritma yang kemarin ia dapatkan dari senseinya itu. Naruto diam sejenak memperhatikan sebelum akhirnya mulutnya mendekati telinga Sasuke. "Sas," Bisiknya. "Kumpul di atap yuk."

Sasuke berdecak. Membanting bulpoinnya di atas meja. "Lo bisa nggak sih minggir? Gua lagi belajar."

"Ah, lo nggak asik. Padahal gua punya sesuatu." Ucapnya.

Alis Sasuke naik terangkat, penasaran. "Sesuatu apaan?"

"Makanya ikut gua."

Kali ini pria raven itu menghela napas pasrah saat Naruto menarik tangannya untuk menuju ke atap sekolah.

Sesampainya di sana, mereka duduk di pinggiran pembatas yang sangat berbahaya.

Sementara itu dengan santai, Naruto mengeluarkan sesuatu yang dimaksud tadi saat di ke kelas. Benda itu cukup membuat onyx Sasuke membulat.

"Lo bawa rokok Nar?" Tanya Sasuke tak percaya. Satu bungkus rokok itu pun pria pirang itu bagi-bagikan. "Lo gila Nar. Gimana kalo kita kepergok?"

Naruto berdecak melihat sikap Sasuke yang menurutnya tak punya keberanian. "Lo cemen Sas. Lo takut kepergok guru?"

Sebenarnya Sasuke seratus persen tak ada rasa takut pada guru-guru di sini. Ia lebih takut pada ayahnya jika guru-guru tersebut melaporkan kenakalannya pada Madara.

"Nggak." Sahut Sasuke datar.

"Ya udah, kalem aja." Balas Naruto. "Lo, ada korek?" Naruto bertanya. Sementara satu gulungan tembakau sudah terselip manis di sudut bibirnya.

"Lo goblok banget dobe. Bawa rokok tapi nggak bawa korek."

"Canda doang." Dengan cepat cowok tersebut mulai sibuk meraba saku seragamnya. Menemukan satu pematik dari saku celana abu-abunya. Lalu menyulut ujung rokoknya. Beberapa detik kemudian asap beracun menyembul keluar dari mulutnya.

"Nih," Pria pirang itu menyodorkan korek itu ke Sasuke.

Hening. Jemari mereka berdua mulai sibuk memainkan sebatang rokok yang ada di mulut. Aroma tajam pahit dari tembakau yang terbakar memenuhi udara di sekitar mereka.

Satu putung rokok habis. Membuat Sasuke ketagihan. Pria raven itu mengambil yang baru dan menyelipkannya di bibir kembali. Sementara kedua tangannya menyalakan pematik api agar rokok tersebut bisa dihisap.

Angin sepoi-sepoi membuat mereka nyaman, pemandangan sekolah dari atas atap, ditambah lagi rokok yang menempel di bibir dua pemuda itu. Lengkap sudah, mereka terasa tergenjutsu hingga waktu tak terasa berlalu.

Sasuke tiba-tiba bangun dari posisinya tatkala pria itu melihat arlojinya. Pria raven itu lantas membuang rokok terakhir itu dari mulutnya.

Putung-putung sisa rokok berserakan di bawah kakinya. Sementara Naruto bingung melihat ke arah teman ravennya itu yang terlihat panik.

MY DADDY { MADARA }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang