Chapter 12

599 71 49
                                    




Hari beranjak malam sementara kegiatan orang-orang itu masih terus berlanjut. Madara, duduk di kursi taman sembari menikmati malam bersama Mei.  Diam-diam keempat anaknya merasa bahwa sang ayah sedang jatuh hati.

Ck. Jatuh hati? Percayalah pasti Madara akan menyangkal.

"Ngomong-ngomong, aku tidur dimana nanti malam?" Tanya Mei menaikkan alisnya. Madara tak langsung menjawab, melainkan menatap wajah Mei selama beberapa saat.

"Uchiha-sama? Astaga! Kenapa kau melihatku seperti itu?!"

"Ck." Madara berdecak, "Aku tidak melihatmu. Aku melihat rambutmu yang sudah seperti sarang burung. Tertiup angin kesana-kemari."

Mei tertawa keras. Tumbenan wanita itu tidak marah atas hinaannya tadi. Madara tidak sadar bahwa rambutnya juga sudah seperti sarang laba-laba. "Tuan, seharusnya kau sadar juga." Ucap Mei meraih rambut hitam itu dan menariknya sedikit.

"Astaga!" Mei memekik terkejut, "Kasar sekali! Kau tidak pernah menyisirnya atau bagaimana?"

"Enak saja." Timpal Madara. "Aku selalu menyisir rambutku, memberinya perawatan lebih."

"Seharusnya lembut. Kau pasti tidak rajin, sehingga kasar seperti ini. Jangan-jangan ada kutunya lagi." Gerutu Mei.

Pertengkaran masih terus berlanjut.

"Sembarangan. Rambutku ini.. banyak orang yang menginginkan rambut seperti ini. Harum, panjang dan para wanita terpikat denganku, salah satunya karena rambut ini."

"Baiklah-baiklah," Mei mengalah. "Kau tidak menjawab pertanyaanku tadi."

"Yang mana?"

"Kamar tidur."

Madara berdecak dan berdiri. "Sudahlah bikin kesal saja. Kau tidur diluar."

Setelah itu Madara meninggalkan Mei yang berteriak memanggil sang bos.

Di tengah taman, para remaja itu berkumpul bersama. Obito mempunyai saran untuk bermain hide and seek yang disetujui oleh semua. Kecuali Sasuke yang selalu tidak sejalan dengan kakak tertuanya itu.

"Apaan si lo," Sasuke memberengut, "Kayak anak kecil aja main hide and seek. Mending tidur sono."

Itachi memegang pundak sang adik kandung, "Kan seru." Itachi mendekat ke telinga sang adik, "Nanti bisa gombal.. sama Sakura."

Sasuke memutar matanya. Bener juga, batinnya. "Yaudah gue setuju." Ucapnya pura-pura sebal.  Padahal dalem hati udah nggak sabar.

"Oi!" terdengar sebuah suara cempreng dari anak perempuan berambut pink pendek, melambaikan penuh semangat dari pintu masuk taman.

Refleks kepala raven Sasuke langsung menoleh keasal suara cempreng tadi, tapi bukan untuk melihat anak berambut merah muda sebahu yang berjalan, disampingnya ada Rin yang pucat pasi.

"Haah…kalian kemana saja? Kami sudah lama menunggu tahu!" Omel Obito.

"Gommen…gommen…ini Rin dari toilet habis makan tadi." Sahut Sakura cemberut. "Katanya sakit perut."

Obito langsung cemas dan menghampiri Rin. "Ya ampun. Kamu nggak Apa kan?" Ucapnya refleks memegang kening Rin yang berkeringat dingin. "Kok bisa melilit sih? Kamu ada alergi atau bagaimana?"

Rin menggeleng dan berbicara dengan bibirnya yang kering, "Nggak To. Aku nggak tau kenapa mules banget."

Buset. Sasuke terkesiap di tempat. Tadi rencananya mau bikin Obito yang mules gegara ngasih obat sembelit di makanannya. Tapi Rin malah makan makanan yang udah dia siapin untuk Obito. Malah kena ceweknya. Abis deh kalo ketauan.

MY DADDY { MADARA }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang