Hari-hari berlalu begitu cepat. Keempat anak Madara itu disibukkan kegiatan mereka masing-masing. Begitupun dengan Madara yang disibukkan oleh urusan kantor.
Sasuke menatap pria berambut putih yang kena amukan Madara sebulan yang lalu. Hari ini, Sasuke lupa mengerjakan tugas rumah dari pria itu. Sebenarnya nggak lupa juga sih, cuman gegara paksaan Naruto untuk ikut nongkrong di cafe sampek larut, pria raven itu akhirnya tak mengerjakan tugas.
Naruto pun juga sama. Dia tak mengerjakan tugas. Sebenarnya, gadis berambut pink yang Sasuke sukai itu sudah meminta Sasuke untuk menyalin pekerjaannya. Tapi waktu keburu bel, jadi Sasuke tak sempat.
Pria raven itu menghela napasnya saat Tobirama juga balas menatap kedua muridnya yang berbeda warna rambut itu. Dan tak disangka, Tobirama menyuruh mereka berdua mengerjakan soal di luar kelas. Bukan soal dari PR kemarin, melainkan soal yang lebih sulit.
"Gua selalu apes sama lu Nar." Gerutu Sasuke saat di luar kelas. Tapi Sasuke mengakui, bahwa gurunya itu tak sesadis biasanya.
"Udahlah, salah lo juga mau diajak nongkrong. Ini cepetan kerjain nanti gua salin."
"Enak aja." Timpal Sasuke langsung menjauhkan bukunya dari jangkauan Naruto. "Kerjain aja sendiri."
Naruto cemberut, "Jahat banget sih lo Teme."
"Lo yang jahat, menjerumuskan teman sendiri."
Percakapan mereka terhenti saat mendengar derap kaki mendekat ke arah mereka. Dilihatnya seorang pria berambut pirang yang kini melipat kedua tangannya didepan dada sembari melihat anaknya. "Naruto." Panggilnya.
Naruto tak menjawab, melainkan hanya menatap.
"Kenapa kamu disini? Dihukum lagi?"
Naruto hanya mengangguk lesuh.
"Kalau sudah selesai, minta izin sama gurumu. Temui ayah nanti di ruangan ayah ya. Ada ibu kamu disana."
Wajah Naruto langsung pucat. Ia hendak memprotes tapi sang ayah sudah melenggang pergi begitu cepatnya. Diam-diam Sasuke ingin tertawa. Ia teringat dua minggu yang lalu saat Naruto mendapat bogem dari ibunya, disaat ibunya itu tau Naruto merokok.
My Daddy Madara
•
"Chi, plis. Ambilin sepatu gua dong .." Gerutu Obito cemas sembari duduk di sofa. Kedua tangannya memegang meletakkan map di atas meja.
"To, ini masih jam delapan. Tumben." Ucap Itachi tak beranjak dari tempatnya.
"Kan gua mau ngurus masalah sidang ini. Sekarang diumumin kapan sidang ujiannya."
Itachi yang duduk disofa nampak terkejut. Begitupun dengan Shisui yang berdiri sembari bersandar pada dinding. Beberapa detik Itachi tersadar dari keterkejutannya dan mengambil sepatu Obito di rak.
"To," Panggil Shisui maju beberapa langkah untuk memegang pundak kakaknya. "Lo nggak usah cemas. Santai aja .."
Itachi yang sudah disamping Obito sembari meletakkan sepatu pun mengangguk setuju. "Bener To. Santai aja.."
"Gimana gua bisa santai sih?" Sahut Obito masih cemas. Bulir keringat dingin mengucur deras di keningnya. Itachi yang gemas lantar mengambil tisue dan mengusap kening kakaknya itu dengan gerakan kasar.
"Lo dibilangin bawel amat sih To."
"Coba lo yang ada di posisi gua."
"Ya karena itu To.." Sahut Itachi berusaha sabar, "Santai aja. Tenang. Masih banyak waktu untuk nyiapin kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DADDY { MADARA }
FanfictionMenceritakan kisah Madara sebagai direktur di perusahaan Uchiha sekaligus seorang single parents yang mempunyai anak-anak super bandel dan susah diatur. ["SASUKE! INI LAPTOP KAMU KAN?" "T-tapi.. mereka juga nonton pa.."] • Pairing/Character: [Madara...