"Duduk, Pa."
Onyx Madara melirik Shisui yang menyuruhnya duduk. "Kau menyuruh Papa duduk di tanah?"
"Loh kan ada alasnya Pa." Ucap Shisui.
"Nggak gitu, Papa nggak kuat kalau duduk di tempat yang keras. Punggungnya suka pegel. Aku ambilin bantal ya Pa." Balas Itachi langsung melengos mengambil bantal untuk duduk.
Madara duduk dengan tenang setelah Itachi mengambil bantal untuknya.
"Oke. Kita mulai puter botolnya." Ucap Obito seenak jidat. "Sas, puter."
Madara melirik botol didepannya. "Apa ini? Kalian mengajak papa bermain botol konyol ini?"
Shisui mengangguk, "Kami mengajak papa bermain truth or dare." Jawab Shisui kalem.
"Apa?"
"Truth or dare Pa." Jawab Shisui lagi. "Masa gak tau?"
Madara menganggukkan kepalanya paham. Ia paham permainan ini. Tapi untuk apa seorang dirinya bermain game ini? Ck. Anak-anaknya pasti merencanakan sesuatu.
"Papa tahu.. tapi untuk apa kalian mengajak Papa? Toh, baru saja duduk disini, punggung Papa nyut-nyutan."
Itachi langsung tunjukkan kekhawatiran walaupun Madara jelas-jelas alasan. Pria tua itu ingin menghindar. "Mau aku ambilin koyo salonpas yang biasa Papa pake?"
Madara menggeleng sambil mengibaskan tangannya, menolak. Onyx lalu beralih pada anak-anaknya juga dua perempuan cantik disana. Tidak ada Mei, batinnya. Mendadak Madara merasa sepi. Apa wanita itu sudah tidur?
Ck. Mei bertanya kepadanya akan tidur dimana, namun sekarang dengan seenak jidat Mei tidur memilih kamar sendiri.
"Cepat." Tuntut Madara, "Papa capek. Mau cepet-cepet tidur."
"Santai Pa.." Ucap Sasuke. Tangannya mendarat ke arah botol dan mulai memutarnya. Seolah-olah nasib sial jatuh pada sang ayah, botol tersebut tepat berhenti menunjuk Madara.
Semuanya menunjukkan ekspresi keterkejutan. Apalagi Sasuke yang cukup bingung untuk menyiapkan pertanyaan atau tantangan apa nantinya untuk sang ayah. Diam-diam melirik saudaranya, meminta saran yang pas.
Madara tetap berekspresi tenang walaupun firasatnya mengatakan hal buruk akan terjadi. Oke, ia tidak mau memilih jujur karena itu sangat memalukan. Tunggu, tunggu... Kenapa tidak mau memilih jujur? Apa benar ia punya perasaan ke Mei?
"Dare." Jawab Madara tanpa harus menunggu Sasuke berbicara. "Baiklah Papa rasa, hanya sekali saja.. setelah itu Papa mau tidur." Lanjutnya.
Sasuke kalang kabut, bingung harus memberi tantangan apa. Namun seolah kejahilannya melekat jelas bak nempel di jidat, kurang dari satu menit, Sasuke sudah bisa menentukan tantangan apa yang pas.
"Pa.." Sasuke ragu, "Nggak papa kan kalo papa nyiapin sarapan untuk Tante Mei, besok?"
Hah?
Madara menekuk wajahnya, "Kenapa harus begitu?" Tolaknya enggan. "Sudah kuduga, kalian menjadi mak comblang di antara Papa dan Tante Mei. Papa nggak mau. Titik."
"Papa kenapa sih? Ini kan cuman permainan." Ucap Obito mendukung Sasuke. Madara mengangkat kedua tangannya, tetap menolak.
"Bubar." Tuntut Madara mengambil botol wine yang tergeletak itu. Berlagak seolah-olah akan melemparkan botol itu pada anak-anaknya. "Bubar gak?"
Anaknya memang bandel. Disuruh bubar, tetep aja duduk. Obito, Shisui, Sasuke dan Itachi tetap membujuk Madara agar menerima tantangan ini. Sedangkan Rin dan Sakura memperhatikan cowok-cowok itu dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DADDY { MADARA }
أدب الهواةMenceritakan kisah Madara sebagai direktur di perusahaan Uchiha sekaligus seorang single parents yang mempunyai anak-anak super bandel dan susah diatur. ["SASUKE! INI LAPTOP KAMU KAN?" "T-tapi.. mereka juga nonton pa.."] • Pairing/Character: [Madara...