Chapter 41

335 39 35
                                    





"To," Panggilnya terdengar menyenangkan di telinga Obito. Telunjuk Rin menyentuh punggung tangan lelakinya.

"Ya sayang?" Tanya pria itu menatap dalam-dalam manik coklat didepannya. Namun Rin tak kunjung menjawab. Pandangan wanita cantik itu terlihat gelisah. Melirik kesana-kemari.

"Apa, Rin?" Ulang Obito ramah. "Ngomong aja. Aku bakal turutin."

Kok jadi malu sendiri ya?

Gelengan Rin membuat pria jabrik itu berdecak. Obito yang merasa penasaran, menggenggam jemari Rin di atas meja. Onyxnya menatap Rin lebih lembut. Sebenarnya Obito tidak tahu Rin ingin bicara apa dan itu cukup membuatnya frustasi. Frustasi karena ia mengira wanitanya punya masalah yang disembunyikan.

"Kamu mau ngomong apa? Ngomong aja, sayang. Jangan diempet gini." Pinta Obito lagi.

Pria jabrik itu menyernyit heran tatkala ia melihat rona merah yang muncul di pipi Rin. Kepala wanitanya pun menunduk.

"J-jadi," Rin berbicara ragu. "Kurenai sempet nyaranin aku buat i-itu. Harganya nggak mahal, s-sayang. Cuma 500 ribu, satu hari."

Obito semakin tidak mengerti membuat Rin harus menahan malu. "Kamu ngomong apa sih?"

Rin frustasi luar biasa karena ia harus mengulanginya sekaligus memperjelas perkataannya. "I-itu.. To. Kurenai nyaranin kita—" Rin memutus perkataannya sendiri karena terlalu malu. Wajahnya seperti kepiting rebus. Membuat Obito heran luar biasa.

"Nyaranin apa?" Tanya Obito lagi-lagi kali ini menyentuh pipi wanitanya. "Kamu mau ngomong apa sih sayang? Nggak usah ragu. Ini lagian, tangan kamu dingin gini."

"Aku gugup, To." Ucap Rin jujur.

"Gugup kenapa sih?" Tanyanya. Kali ini Obito bingung luar biasa melihat sikap Rin. "Nggak usah gugup Rin. Santai aja." Lanjutnya meyakinkan Rin yang sedang dilanda kegugupan untuk berbicara.

Wanita itu menghela nafas, membuat jantungnya sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Ya, sedikit saja. Selanjutnya Rin tetap berdegup liar. "Maksud aku.. k-kamu nggak mau nginep—" Rin memberi jeda untuk mengambil napas, "Nginep di hotel s-sebrang kampus s-sama aku?"

Obito nyaris terjungkal karena hampir terserang serangan jantung mendadak. Jadi, hal ini yang mengganggu pikiran wanita itu?  Ia sudah tau jika Asuma dan Kurenai sering mampir dan menghabiskan malam disana. Dan Kurenai menyarankan Rin agar menginap disana juga, karena harganya yang terbilang cukup murah.

Neuron-neuron dalam otak pria jabrik itu mencoba membuat impuls untuk membayangkan bagaimana jika hal itu terjadi. Membayangkannya saja membuat celana jeans nya menyembul keluar. Dan ia sangat malu jika Rin menyadarinya.

"To, menurut kamu gimana? A-aku sih, apa katamu." Ucap Rin menggigit bibirnya, berbohong. Walaupun sebenarnya ia ingin bilang aku sih mau. Tapi amat memalukan.

"Kamu yakin sayang?"

Obito bertanya balik. Beberapa detik Obito tak dapat jawaban dan detik selanjutnya anggukan Rin membuat hatinya bergetar. Cukup membuatnya teringat dimana waktu itu Kakashi memberinya kondom.

Sial.

Obito benar-benar dibuat frustasi!

Rin merasa jemari Obito panas di genggamannya. Juga wajah pria itu yang memunculkan semburat merah. Ia yakin, Obito tahu betul maksudnya. Lebih-lebih, melihat pria jabrik itu yang kini mengibaskan jaketnya, kepanasan.

"To," Panggil Rin, sembari pindah tempat duduk. Yang tadinya ia duduk didepan Obito kini beranjak untuk duduk di sebelahnya. "I-itu, maksud aku tadi. Kurenai nyaranin kita nginep disana.."

MY DADDY { MADARA }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang