Chapter 36 (Special Chapter)

334 43 37
                                    












Uchiha Madara mendudukkan dirinya di meja makan sembari memikirkan apa yang mengganggu pikirannya seminggu ini. Memang Mei belum mengatakan apapun sejak malam itu tapi, dirinya tidak bisa menuntut jawaban pada Mei.

Lamunan pria itu buyar saat melihat keempat anaknya turun dari tangga dan menuju meja makan. Mereka terlihat rapi dan bersiap-siap untuk pergi meninggalkan rumah, kecuali Obito yang malah menggunakan pakaian santainya.

Kening Madara mengkerut, tidak seperti biasanya. "Kamu nggak kuliah To?" Tanya Madara heran setelah keempatnya duduk di meja makan.

Obito tak langsung menjawab, melainkan meneguk segelas air dan berdecak lega. "Nggak Pa."

Mendengar jawaban Obito, Madara semakin heran. "Kok nggak?"

"Yaa.. nggak Pa. Hari ini nggak ada kelas. Aku dari kemarin sibuk banget belajar buat ujian dua bulan lagi Pa."

Itachi sedikit tersentak, "Tinggal dua bulan lagi To?"

Obito menoleh dengan wajah berseri-seri. "Iya dong." Pria itu lalu beralih pada Madara yang masih menatapnya. "Tinggal dua bulan lagi Pa. Habis gitu, wisuda." Obito tak dapat menahan suaranya agar terdengar normal. Suaranya terdengar antusias.

"Aku jadi nggak sabar Pa buat ngelamar Rin."

Madara menghela nafas panjang sekali, ia menyandarkan punggungnya pada kursi. Sementara onyxnya menatap Obito yang berseri-seri. Anaknya itu, tidak bisa menunggu sedikit saja..

"Obito, kamu jangan memikirkan hal itu dulu. Itu masalah nanti. Yang penting sekarang, kamu harus belajar dengan giat buat ujian nanti."

Obito menganggukkan kepalanya paham, "Ya, yaa.. Obito tau Pa. Tapi habis gitu, Papa sama aku ke rumah Rin ya?"

"Nggak sekarang To. Pokoknya kamu fokus sama ujian kamu."

Obito mengangguk dengan lesuh lalu mengambil piring untuk sarapan. Itachi diam-diam melirik Obito yang ekspresinya berubah 180 derajat. Ia ingin tertawa tapi, kasihan juga.

"Papa kok nggak makan?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Sasuke membuat Madara sedikit tersentak. Ia balas menatap pria berambut emo itu, "Papa udah kenyang, makannya nanti aja."

"Papa ini gimana sih? Nanti sakit lagi Pa." Lanjut Sasuke khawatir. "Papa mau berangkat kerja kan? Santai aja dulu Pa. Masih pagi banget."

Madara sejenak mengalihkan pandangannya pada arloji berharga jutaan itu di tangannya. Sedetik kemudian ia malah berdiri dari kursi makan membuat anak-anaknya menatap bingung.

"Loh, Pa. Mau berangkat sekarang?" Tanya Shisui heran.

Madara menganggukkan kepalanya lalu meneguk air mineral yang tersedia di meja sebelum menjawab pertanyaan Shisui. "Ya, Papa mau berangkat sekarang."

Sebelum ada yang sempat mengajaknya bicara lagi, Madara meninggalkan anak-anaknya begitu saja. Mereka semua sempat tercengang melihat sikap ayahnya. Padahal masih pagi sekali, waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh. Biasanya Madara akan berangkat ke kantor pukul delapan.

















My Daddy Madara

















Pria itu memberhentikan mobil mewahnya di depan sebuah gang kecil. Ia sempat bernostalgia sedikit saat mengingat pertama kalinya ia tahu bahwa kediaman Mei berada di dalam gang kecil yang tidak bisa dimasuki mobil.

MY DADDY { MADARA }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang