Chapter 42 (Special Chapter)

439 43 48
                                    








"Itachi-kun.. nggak usah dipaksa, sakit."

"Kok nggak muat sih sayang."

Kedua onyx Obito dan Shisui bertatapan. Onyx mereka berdua membulat sempurna. Tatapan mereka campur aduk. Antara, bingung dan tak percaya. Walaupun Shisui sudah dihatui suara-suara itu sebelumnya saat tadi ia sedang membaca buku.

"Nggak bener nih anak." Gerutu Obito. Entah kenapa darahnya yang panas terpompa ke kepala hingga membuatnya naik darah.

Shisui hanya diam saja melihat respon Obito yang memunculkan urat-urat di lehernya. Ekspresi kakaknya sekarang antara kecewa dan marah. Pria jabrik itu lantas hendak membuka pintunya namun lagi-lagi terhalang oleh Shisui.

"Jangan nge-halangin. Gua mau ngomong sama dia."

"Tapi To, dia kan—" Shisui cemas-cemas menatap Obito. Pria jabrik itu nampak tak mematahkan keputusannya untuk masuk kedalam kamar Itachi.

Brak!

Pintu kamar didobrak keras oleh Obito membuat dua orang yang berada didalam terkejut bukan main. Shisui dan Rin pun ikut terkejut, tapi keterkejutan mereka langsung digantikan oleh ekspresi bingung luar biasa.

Dilihatnya Itachi yang sedang memegang sebuah gelang dengan Izumi yang mengulurkan tangannya. Sepasang kekasih itu bertanya-tanya kenapa Shisui dan Obito ke kamarnya, Rin juga begitu.

Merasa kegiatannya diganggu oleh Obito, membuat Itachi ta dapat menahan emosinya. Kepalanya berat ingin menumpahkan isinya pada pria jabrik itu.

"Lo ngapain To, dobrak-dobrak pintu kamar gua?!" Tanya Itachi dengan nada meninggi. Izumi yang cemas disebelahnya, membuat wanita itu memeluk lengan pria itu untuk meredamkan emosinya.

Obito mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah Shisui. Mengira Shisui penyebabnya tapi toh adiknya itu juga nggak salah. Obito jadi bingung mau jawab apa.

Itachi tiba-tiba maju beberapa langkah, saat itu juga ia menyentak keras bahu kakaknya. Membuat Obito nyaris jatuh namun untungnya ia dapat menyeimbangkan diri.

Sementara wanita  yang berada di depan pintu itu tak bisa tinggal diam, ia menghampiri Obito saat pria itu hendak membalas Itachi dengan melayangkan sebuah tinju.

"Obito!" Pekik Rin terkejut, refleks memeluknya dari belakang untuk memberhentikan lengan Obito yang terangkat. Alhasil, lengan tersebut berhenti seketika sebelum tinju itu melayang mengenai wajah Itachi.

Izumi pun juga begitu. Ia masih memeluk lengan pria-nya. Takut-takut Itachi akan melakukan hal yang kasar pada saudaranya. Shisui yang mematung depan pintu kamar pun masuk, harus meluruskan kesalahpahaman ini sekaligus meredamkan emosi dua orang itu.

"Aduh, udah-udah.. Chi, To. Nggak usah berantem," Ucap Shisui dengan nada yang menenangkan. Kini, berada ditengah-tengah, antara Itachi dan Obito.

"Dia yang ngajak berantem duluan! Maksudnya apaan dobrak-dobrak pintu kamar gua gitu aja?!" Balas Itachi tak terima. Jelas, nadanya terdengar emosi.

Shisui menghela napas. Mau tak mau harus berbicara jujur. "Jadi gini, Chi. Maafin kita ya.. Kita semua udah berburuk sangka sama lo. Kita ngira kalo lo lagi itu.. tuuuh.." Ucapnya, ia bingung harus berkata apa.

Kening Itachi mengkerut semakin dalam, "Maksud lo?"

Shisui nampak cemas. Takut-takut, bukannya marah sama Obito tapi Itachi marah padanya. "Ya itu lo Chi." Sahut Shisui tak bisa memperjelas perkataannya, apalagi ada Izumi dan Rin. "Lagian lo ambigu banget sih. Kita kan jadi berpikiran yang nggak-nggak."

MY DADDY { MADARA }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang