Hari-hari berlalu sejak malam dimana Madara menyatakan perasaannya. Sejak malam itu, hubungannya dengan Mei semakin dekat walaupun terkadang suasana canggung itu masih ada. Terkadang pria itu akan mengajak Mei makan malam sepulang kerja. Namun karena hari ini hari libur, pria itu menikmati kegiatan berjemur nya di bawah sinar matahari. Ditemani oleh segelas es jeruk
Sementara anak-anaknya itu berenang di kolam. Madara sempat mewanti-wanti pada mereka agar hati-hati.
"To, lo kok bisa sih, dipercaya gitu aja sama bokap pacar lo?" Tanya Itachi penasaran. Mereka semua sudah tahu perihal tersebut karena Obito sudah menceritakannya pada adik-adiknya itu.
"Ya bisa lah Chi. Apa sih yang nggak bisa?"
"Gua tanya serius." Balas pria itu menatap Obito dengan penasaran. Sementara tubuh mereka berempat tenggelam dalam air hingga sebatas leher.
"Ya gatau Chi," Obito malah menjawab pertanyaan Itachi dengan santai. Ia sedikit menjauh dari tubuh saudaranya dan membuat pergerakan berenang dengan terlentang.
Kening Itachi mengkerut tidak suka menatap kakaknya. Ia merasa Obito tak menjawab pertanyaannya dengan serius membuat emosinya sedikit tersulut.
"To." Panggilnya dengan nada datar, namun kedua kening Itachi mengkerut dalam.
"Pa!" Obito malah menghiraukan panggilan Itachi dan beralih pada Madara yang sedang berjemur santai. Mendengar panggilan sang anak, Madara sejenak melepas kacamatanya dan melihat Obito.
"Pa! Aku nggak sabar buat ngelamar Rin, Pa.. Udah ngebet banget. Ayahnya juga udah mantep sama aku Pa."
Madara menghela nafas. Ia tak langsung menjawab melainkan meneguk gelas jeruknya sebentar. "Kamu itu To. Belum juga wisuda, udah minta kawin.
"Aku udah nggak tahan.." Ucap Obito menggigit bibirnya kuat-kuat. Sasuke Itachi dan Shisui menatap absurd, namun Itachi lebih memandang iri pada kakaknya itu.
Obito mendadak sedih saat mendapatkan gelengan dari Madara. Bukannya Madara tak menyetujui permintaan Obito, namun lebih tepatnya ia ingin Obito kerja terlebih dahulu sebelum menikah.
"Obito, Papa bukannya nggak setuju. Tapi lebih baik kamu wisuda dan kerja terlebih dahulu. Ya syukur keluarga kita berkecukupan,"
Berlebih sebenarnya, hanya saja Madara sedikit merendah. Membuat hati anak-anaknya tersentuh.
"Kita memang keluarga yang berkecukupan. Mungkin tak ada masalah jika kamu nikah saat ini juga. Tapi, kamu harus memikirkan bagaimana sibuknya kamu nanti, To. Hubungan rumah tangga kalian bukannya harmonis melainkan kalian sibuk masing-masing. Kamu dan Rin yang belum wisuda, sibuk sama ujian kalian. Juga setelahnya nanti, kamu juga bakal cari kerja kan?"
Madara tersenyum. Ia mengira nasihatnya akan masuk tapi kening Obito mengkerut. Nampaknya akan membantah dan benar saja. Tapi sebelum itu, Obito merubah posisinya menjadi berdiri di dasar kolam seperti tadi. Supaya bisa lebih serius lagi.
"Tapi, Obito langsung kerja di Perusahaan Papa kan? Ngapain cari kerja?"
Madara menahan napas, berusaha bersabar. "Maksud Papa, awal masuk kerja itu nggak gampang. Kamu harus banyak belajar dan beradaptasi dengan lingkungan baru To. Itu memakan waktu. Kalo kamu kawin dulu, kemungkinan kamu nggak ada waktu buat Rin. Percaya sama Papa." Ucap pria itu dengan yakin.
"Udahlah, lu nggak usah mikirin kawin dulu To." Ucap Itachi menepuk bahunya. "Santai aja, Rin nggak bakal dibawa orang juga,"
"Yang dipikirin itu, harusnya Papa." Sahut Sasuke angkat bicara. Sedaritadi ia hanya diam memperhatikan. "Ya kan Pa? Gimana hubungan Papa sama Tante Mei, ada perubahan nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DADDY { MADARA }
FanfictionMenceritakan kisah Madara sebagai direktur di perusahaan Uchiha sekaligus seorang single parents yang mempunyai anak-anak super bandel dan susah diatur. ["SASUKE! INI LAPTOP KAMU KAN?" "T-tapi.. mereka juga nonton pa.."] • Pairing/Character: [Madara...