"Kamu ini gimana sih To?! Kamu gak liat waktu, ini jam berapa?! Malah asik pacaran."
Obito menundukkan kepalanya mendapatkan semburan dari orang yang ia anggap sebagai bapak mertua. Sementara wanita itu, mengusap-usap punggung Ayahnya agar pria itu bisa lebih tenang.
"Nggak gitu Om. Obito ada urusan penting."
Manik coklat bapak itu melotot, "Alasan kamu To. Awas ya kalo kamu sampai macam-macam sama anak Om."
"Yah," Rin akhirnya bersuara. Kali ini memegang telapak tangan sang ayah yang sudah setengah keriput. "Obito beneran ada urusan tadi Yah. Jangan marah-marah sama Obito terus,"
Wajah pria tua itu lebih rileks saat mendengar suara anaknya. Ia menoleh kearah anak gadisnya itu membuat Rin melanjutkan perkataannya. "Tadi, Obito ke kantor polisi sama saudaranya. Tapi aku masih kurang tau alasannya apa, jadi aku di rumah Obito sama temen perempuan aku." Ya, teman baru. Pikir Rin.
"Jadi, jangan salah sangka ya Yah. Obito juga nggak bakal bohong sama kita."
Perkataan Rin membuat pandangan pria berambut cokelat itu melembut perlahan. Sepasang matanya menatap onyx Obito lamat-lamat, "Ya kalau emang begitu, maafin Om ya To."
Obito segera menggeleng, "Nggak Om. Seharusnya Obito yang minta maaf karena nggak sempet telpon Om."
Pria itu tersenyum, entah mengapa ia berpikir bahwa anak perempuannya benar. Ia melangkah maju untuk menepuk bahu Obito. "Yaudah To. Ini udah malem, hati-hati di jalan ya."
Rin jadi ikut tersenyum melihat interaksi kedua pria itu. Saat ayahnya masuk kedalam, Rin menghampiri Obito yang hendak masuk kedalam mobil.
"Maafin Ayah ya To. Dia emang suka begitu, sensitif banget kalo menyangkut anaknya."
Obito mengangguk, "Itu wajar Rin. Dia sayang banget sama kamu."
Hening selama beberapa detik sebelum akhirnya Rin lagi-lagi berbicara, "To, coba lihat ke arah pohon itu." Ucap wanita itu menunjuk sebuah pohon di dekat pagar rumahnya. Obito bingung tapi melihat ke arah pohon tersebut. Padahal tak ada yang aneh dengan pohon tersebut.
Namun tiba-tiba saja Obito terkejut karena merasakan kenyal yang ia yakini bahwa itu sebuah bibir mendarat di pipinya.
Onyx Obito segera beralih lagi pada Rin yang kini menunjukkan rona merah di pipinya. "Hati-hati di jalan," Ucapnya lalu melenggang pergi begitu saja.
Jantung Obito berdebar-debar. Ia mengumpat dalam hati karena hal sepele semacam itu membuat tubuhnya meremang. 'Pa. Obito mau kawin Pa.' Ucapnya frustasi sendiri dalam hati.
•
Mobil Obito masuk dengan anggunnya ke halaman rumah. Tepat setelah itu, ia mendapati mobil Itachi menyusul dari belakang. Setelahnya, kedua pria itu keluar dan Obito melihat wajah kusut di sebelahnya.
Tapi, karena halaman rumah cukup gelap, Obito tak menyadari ada tanda biru di sudut bibir pria itu.
"Napa Chi? Muka lo kusut amat," Ucap Obito heran.
Itachi menoleh dengan tatapan emosi, "Plis ya To. Nggak usah nanya-nanya. Gua mau tidur." Ucapannya lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Obito. Dan Obito terkejut setelah menangkap sesuatu di sudut bibir saudaranya itu.
Sayangnya, saat Itachi menaiki tangga, ia berpapasan dengan Shisui yang hendak turun entah kenapa. Refleks, kakaknya itu terkejut mendapati lebam di wajah Itachi.
"Chi, lo kenapa?" Shisui khawatir, memegang sisi wajah Itachi yang terdapat lebam. "Lo kenapa? Habis nganter Izumi kok lebam begini?"
"Gua sempet di tonjok sama bokapnya Izumi Shis," Jawab Itachi lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DADDY { MADARA }
FanficMenceritakan kisah Madara sebagai direktur di perusahaan Uchiha sekaligus seorang single parents yang mempunyai anak-anak super bandel dan susah diatur. ["SASUKE! INI LAPTOP KAMU KAN?" "T-tapi.. mereka juga nonton pa.."] • Pairing/Character: [Madara...