"Papa?"
Dua pasang onyx itu saling bertatapan. Saling terkejut satu sama lain. Begitupun dengan dua wanita yang berada di sisinya masing-masing. Madara mendadak bisu. Jantungnya semakin berpacu cepat. Ia heran bisa-bisanya mereka juga jalan-jalan di mall?
"Kalian disini juga?" Tanya Madara kemudian. Sementara Mei tetap mengawasi pria disebelahnya yang kini mengucurkan keringat dingin di pelipisnya.
Obito tak menjawab, ia malah menoleh ke arah Rin sejenak. Rin bisa merasakan tatapan mata hitam kekasihnya itu bingung luar biasa. Selain dilatarbelakangi oleh bibir Mei yang sempat hinggap di pipi pria itu.
"Iya Pa." Jawab Obito beralih kembali pada ayahnya. Pria jabrik itu tak kunjung membuka suaranya lagi. Ia masih bingung dengan apa yang dilihatnya tadi.
Madara yang ditatap sedemikian intens itu menjadi semakin tidak enak. "Kamu ngapain To di mall?"
Obito mengerjab. Suara Madara membuyarkan keterkejutannya. "Loh, ya Obito yang harusnya tanya sama Papa."
Bukannya menjawab, Madara malah semakin dibuat bisu. Ia berusaha merilekskan ekspresinya sebisa mungkin lalu melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Obito agar bisa menepuk pundaknya.
Onyx Madara melirik Mei sekilas untuk mencari alasan yang tepat. Namun nampaknya Mei juga kebingungan, alhasil bibir Madara meluncurkan kata-kata dusta.
"Papa itu... Tadi habis makan malam sama klien disini, ditemenin Tante Mei."
Bukannya kata-kata Madara masuk ke telinga anaknya, pria jabrik itu terkejut bukan main saat menangkap sesuatu di pipi sang ayah.
Gerakan tiba-tiba dari Obito selanjutnya membuat Madara yang terkejut, karena anaknya itu meletakkan jari telunjuk di pipinya lalu mengusapnya dengan sedikit kasar.
Noda merah menempel di jari telunjuk Obito yang pria itu yakini bahwa noda itu adalah.. lipstik.
"Papa kencan sama Tante Mei?"
Pertanyaan dari Obito membuat pria itu tersentak kaget. Mei pun ikutan kaget. Namun sebisa mungkin Madara menyembunyikan suaranya yang gugup walaupun kenyataannya kurang berhasil. "Nggak To, Papa tadi—"
Ia memotong perkataannya sendiri tatkala melihat jiwa Obito yang sepertinya tak ada disini. Kedua onyx anaknya hanya memandang kosong ke arah jemarinya sendiri. Madara juga tak mengerti kenapa lipstik Mei sampai menempel di pipinya.
Bruk.
Detik selanjutnya Madara dikejutkan dengan Obito yang tak sadarkan diri. Untung saja Madara refleks memeluknya, hingga tubuh anaknya itu tak terjatuh ke lantai. Pria berumur 40 tahun itu tak habis pikir kenapa Obito angat shock sampai-sampai pingsan?
Jantungnya berdegup kencang, lantaran melihat Obito memejamkan mata dipelukannya. Juga membayangkan bagaimana ketiga anaknya nanti ikut terkejut dan menuntut jawaban kenapa kakak tertuanya bisa pingsan.
Kedua onyx Madara beralih pada Rin yang kini terlihat panik. Jika ketiga adik Obito itu tak mendapat jawaban darinya, sudah dipastikan ia menuntut jawaban pada wanita ini.
Sembari membopong tubuh Obito, onyx Madara beralih pada Rin yang terlihat panik. Sementara Mei, hanya mengikuti langkah sang bos yang sedang menuju ke parkiran.
"Rin." Panggilnya. Yang dipanggil hanya bisa balas menatap. Tetapi mata coklatnya tidak fokus karena panik. "Aku harap kau tidak mengatakan apapun pada adik-adiknya."
Rin segera mengangguk. Ia hanya menurut saja. Selain efek panik, Rin berpikir jika mungkin Madara yang akan berbicara nantinya.
Sesampainya di mobil, Madara segera mendudukkan Obito di kursi belakang. Diikuti Rin yang duduk disebelah pacarnya itu. Wanita itu menyandarkan kepala Obito di bahunya dan mengusap rambut jabriknya. Sementara Mei segera menundukkan diri-nya disamping krusi supir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DADDY { MADARA }
FanfictionMenceritakan kisah Madara sebagai direktur di perusahaan Uchiha sekaligus seorang single parents yang mempunyai anak-anak super bandel dan susah diatur. ["SASUKE! INI LAPTOP KAMU KAN?" "T-tapi.. mereka juga nonton pa.."] • Pairing/Character: [Madara...