Tut tut tut
Terdengar bunyi pasien monitor diruangan tersebut. Kondisi Zilda saat ini sedang buruk. Kepalanya yang terbentur di perban, tangannya di infus, dan memakai selang oksigen di hidungnya. Rasya menangis didepan Zilda.
“Zil, pliss lo bangun...” ucap Rasya lirih sambil memegang tangan Zilda.
Zilda diam tak berkutik, ia masih memejamkan matanya. Rasya memegang pipi Zilda sambil menangis dan berucap sesuatu.
“Gue nggak mau lo kenapa-kenapa” ucap Rasya sedikit lirih.
“Zilda.... kamu kapan sadar nak?” ucap Mama Nia sambil melihat Zilda diluar ruangan Zilda.
“Tante sabar ya, tante harus yakin Zilda pasti sadar kok, kita juga sama-sama doain Zilda ya” ucap Kinan menenangkan Mama Nia.
“Iya ma. Bener kata Kinan. Zilda pasti sadar kok. Zilda kan anak yang kuat ma” ucap Papa Ervan.
Sudah sepuluh jam Zilda tidak sadar dari pingsannya. Akhirnya, Papa Ervan memanggil Dokter Aulia untuk mengecek keadaan putri kesayangannya itu. Setelah beberapa menit, Dokter Aulia pun keluar dari kamar rawat Zilda.“Ada apa dengan anak saya dok? Kok sampai sekarang belum sadar juga? Apakah ada hal serius yang terjadi pada anak saya?” ucap Papa Ervan.
“Begini bu, setelah kami periksa lebih lanjut. Pendarahan yang terjadi di kepala anak anda mengakibatkan anak anda koma untuk saat ini. Penyebabnya karena pecahnya arteri di otak sehingga terjadi penumpukan daerah di area sekitarnya” jelas Dokter Aulia.
“APA? Zilda koma dok?” tanya Rasya khawatir.
“Iya dek. Zilda koma saat ini” jawab Dokter Aulia.
“Koma untuk berapa lama ya dok?” tanya Mama Nia di dalam rangkulan Papa Ervan.
“Kalau masalah waktu belum bisa ditentukan bu. Ya sudah saya ke ruang lain dulu” ucap Dokter Aulia.
Saat ini semua orang tengah berkumpul di depan kamar Zilda. Mereka duduk di bangku yang ada di sana. Terkecuali Mama Nia dan Papa Ervan yang sedari tadi masih berdiri di depan kamar Zilda. Rasya yang duduk di antara Pandu dan Milan tertunduk lesu dan masih mengeluarkan air matanya. Dirinya benar-benar sedih setelah mengetahui kondisi Zilda saat ini.
Gue harus tau kenapa Zilda bisa sampai seperti ini gumam Rasya.
“Gue curiga sama si Nira tuh” ucap Yura tiba-tiba.
“Iya, gue curiga juga sama Nira kalo dia yang ngelakuin ini semua” ucap Kinan.
“Tau tuh, apa nggak bisa gitu ngelupain Rasya. Rasya aja yang dideketin nggak ngrespon. Kok malah ngejar terus” ucap Monic.
“Apa bener Nira yang ngelakuin semua ini?” tanya Rasya.
“Kita feeling aja sih. Soalnya si Nira tuh nggak suka liat kamu sama Zilda” ucap Yura.
“Yaudah besok kita ke pak satpam lihat CCTV yang ada di sana aja” saran Milan.
“Hem. Oke oke” ucap mereka serempak.
***Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18.00. Yang berarti sekarang sudah memasuki waktu malam hari dan matahari sudah tenggelam meninggalkan cahayanya yang indah berganti senja. Zilda masih saja tertidur pulas di ranjang rumah sakit. Kondisinya makin hari makin memburuk.
“Zil, lo bangun dong” ucap Rasya di samping ranjang Zilda.
“Pliss lo bangun demi gue. Hem oke, kalau lo nggak bangun demi gue. Setidaknya demi nyokap, bokap, sama Kak Key. Mereka semua nungguin lo bangun, Zil” ucap Rasya sambil memegang tangan Zilda.
Rasya tak sanggup berkata-kata lagi, hanya itu saja yang bisa dia katakan pada gadis yang masih memejamkan mata. Dia menangis dalam diam, air matanya semakin deras menetes terus menerus tiada henti. Hatinya sangat sakit, kala melihat Zilda yang pucat dan masih tak sadarkan diri tiga hari ini.Rasya menggenggam erat tangan Zilda yang tidak ada infusannya. Dia mengecup lama punggung tangan itu sembari mengelus pucuk rambut gadis itu. Dirinya benar-benar merasa sedih akan kondisi Zilda saat ini. Lagi lagi dia hanya bisa menangis mencurahkan isi hatinya dengan menangis dalam diam sambil melihat Zilda. Yang ia inginkan hanyalah Zilda bangun dari komanya dan lekas bertemu dengannya.
Ceklek
Pintu kamar rawat Zilda terbuka tiba-tiba. Ada yang masuk dan ternyata Papa Ervan, Mama Nia, dan Kak Keyvan yang masuk ke dalam ruangan Zilda.“Rasya” panggil Papa Ervan.
“Iya om?” sahut Rasya sambil menoleh ke belakang.
“Kamu pulang aja dulu ini udah jam setengah tujuh. Besok kesini lagi sepulang sekolah” ucap Papa Ervan.
“Hemm. Nggak deh om. Aku mau disini dulu jagain Zilda” ucap Rasya.
“Kamu istirahat dulu aja. Makan dulu, kamu belum makan kan dari tadi? Ini tante belikan Nasi goreng. Makan dulu gih” ucap Mama Nia.
“Hmm. Iya tante makasih” ucap Rasya sambil menerima nasi goreng dari Mama Nia.
“Zilda, aku pergi makan dulu yaa. Kamu cepat sadar” lagi-lagi Rasya mencium tangan Zilda.
“Om, Tante, kak Rey, aku makan dulu yaa” ucap Rasya sopan.
“Iya. Makan sampai habis yaa nak” ucap Papa Ervan.
Setelah Rasya keluar dari ruang rawat Zilda. Mereka semua mendekat ke ranjang tempat Zilda berbaring saat ini.
“Nak, kamu kapan sadar sih? Kita semua merindukanmu nak. Lihat Rasya, dia bela-belain nggak makan buat jagain kamu” ucap Mama Nia menangis.“Zilda, putri kesayangan papa. Papa mau kamu sadar nak. Biar kita bisa kembali bercanda gurau seperti sebelumnya. Papa kangen kamu. Kita semua kangen kamu nak” ucap Papa Ervan sambil mengelus puncak kepala Zilda.
“Iya dek. Gue sedih kalau lo kayak gini. Gue rindu lo yang selalu ceria, yang jahilin gue. Gue pengen ngebuat lo ngambek sama gue lagi. Gue kangen lo dek” ucap Kak Keyvan.
Morning gaesss🌞
Maaf baru bisa upload yaa gaess
Maaf banget soalnya kemaren kemaren lagi fokus utbk🙏
Semoga suka sama ceritaku
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN I SEE YOU
Lãng mạn{ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA } Shakila Zilda Putri Anastasya, gadis cantik nan imut memiliki hati seperti malaikat dan punya jiwa solidaritas yang tinggi. Sehingga, Zilda dijadikan sandera oleh musuh keluarganya-keluarga Adijaya. Syahida Rasya Eiza...