07. PENDEKATAN 2

28 30 20
                                    

Sekuat apapun kamu menghindar dari aku. Aku akan berusaha mendapatkan hatimu.

~ Shakila Zilda Putri Anastasya ~













  Hari ini hari Senin, hari yang paling tidak di sukai murid SMAN 1 Merdeka. Sebagian dari mereka, tidak suka hari Senin. Panas-panasan ditengah lapangan, bicara sedikit dimarahi, mendengarkan penjelasan dari guru yang lama itulah yang membuat mereka malas mengikuti upacara bendera.

“Ah, gue males nih ikut upacara bikin kulit aku hitam” celetuk Monic tiba-tiba.

“Nikmatin aja lah Nic, mau nggak mau kan kita harus upacara” jawab Kinan.

“Kan bisa sekalian ngeliat do’i hehehe” ucap Zilda cengengesan.

“Yeeee, yang udah suka sama si kutub es nih” ucap Yura menggoda Zilda.

“Ihh, jangan keras-keras dong kalau ngomong. Malu aku” kata Zilda sambil menatap ke bawah.

“Loh, kan benar. Kamu udah suka sama tuh cowok es” kata Yura.

“Ng-nggak kok” ucap Zilda malu-malu.

“Ih, nggak usah malu-malu gitu Zil. Kita udah tau kalau lo suka sama tuh orang” ujar Monic.

“Iya deh. Aku ngaku ke kalian, kalo aku sayang sama dia. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya” ujar Zilda.

“Oke siap” ujar ke-tiga teman Zilda.

“Udah ah, yuk kita ke lapangan udah rame tuh” ucap Zilda.
  
Mereka pun mulai turun ke lantai satu menuju lapangan upacara. Zilda yang barisannya tepat di sebelah Rasya mencuri-curi pandang ke arah Rasya yang sedang menghadap ke depan.
Ya Tuhan, dia ganteng banget batin Zilda.
  
Petugas Upacara saat ini adalah dari Kelas XII IPA 4. Mereka menjalankan tugasnya dengan baik hingga pertengahan upacara. Kini giliran penyampaian amanat upacara oleh Pak Malvin-Kepala Sekolah SMAN 1 Merdeka.

“Untuk seluruhnya, istirahat di tempat grak........” ucap sang Pemimpin upacara.
  
Semua yang ada di Lapangan upacara mengikuti aba-aba dari pemimpin upacara. Pak Malvin mulai membacakan amanatnya. Pertugas serta peserta upacara mendengarkan dengan seksama apa yang Pak Malvin katakan.

Sekedar info, Pak Malvin ini adalah kepala sekolah yang baik hati dan terkadang bisa marah jika anak didiknya membuat ulah.
   
Rasya yang tengah lelah menghadap ke depan, akhirnya ia menoleh ke samping kanan. Mendapati Zilda yang menatapnya dengan senyuman manis. Ia menggeleng heran mengapa gadis itu tersenyum padanya.

Ngapain sih dia ngeliatin gue sambil senyum-senyum gitu. Nggak jelas banget batin Rasya dalam hati.
   
Zilda sangat bahagia pagi ini pasalnya, dia bisa menikmati wajah cowok yang sangat ia cintai itu. Ya, walaupun si cowok es itu tidak membalas senyumannya. Tapi, dia sudah bersyukur kepada Tuhan telah menciptakan seorang Syahida Rasya Eizal Putra yang cueknya masya allah itu.
  
Akhirnya, upacara itu telah berakhir. Murid-murid pun mulai berhamburan ada yang menuju kelas masing-masing, ada yang nongkrong dulu di Kantin. Zilda dan teman-temannya memilih untuk pergi ke kelas saja.
    
Zilda dan teman-temannya mulai memasuki kelasnya. Setelah sampai di mejanya, ia melihat ada surat bewarna biru dengan pita lagi di atas mejanya. Dua hari sudah dia mendapati surat yang saat ini masih mencurigakan. Entah siapa yang mengirimkannya. Zilda mulai membuka surat itu.

Pagi Cantik.
Semangat belajar
                                                                                                          M.A.R

Ish, siapa lagi yang ngirim surat ini sih, gumam Zilda, pelan.

“Kemarin RYG sekarang MAR, besok siapa lagi?” tanyanya kepada diri sendiri yang masih bisa di dengar Kinan-teman sebangkunya.

“Ehh, surat lagi Zil?” tanya Kinan.

“Hey ngapain, gosip nggak ngajak-ngajak kita” sinis Yura.

“Iya nih, masa’ kita nggak di ajak” ucap Monic.

“Zilda dapat surat lagi” ujar Kinan.

“Iya nih. Kira-kira siapa ya yang ngirim surat ini” kata Zilda sambil memberikan surat itu kepada teman-temannya.
Kinan mulai mengamati surat itu “Ya penggemar rahasia lo lah” 

“Penggemar rahasia?” tanya Zilda.

“Iya Zil. Lo pikir-pikir deh, ada cowok yang suka sama lo nggak?” tanya Yura.
Zilda mengusap dagunya mulai berpikir

“Suka sama aku? Nggak ada deh kayaknya”

“Serius nggak ada yang suka sama lo?” tanya Monic.

“Kayaknya nggak ada deh” ucap Zilda.

“Ya udah, kita bahas masalah ini nanti aja. Pak Yanto udah dateng” ujar Kinan menunjuk ke depan kelas.                                                     
                              💦💦💦💦

Bel istirahat sudah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka yang sedang demo minta makanan.

“Lo nggak ke kantin, kayaknya si es batu itu lagi nongkrong ke kantin deh” Yura menatap Zilda sambil berjalan menuju kelasnya.

“Iya gue ambil bekal dulu, terus itu langsung ke kantin” ujar Zilda.

“Yaudah kita tunggu di luar lo cepetan ambil bekal” ujar Kinan.

“Iya siap” kata Zilda.
 
Ia mengambil kotak bekal untuk Rasya, berharap cowok itu mau menerima pemberiannya. Menu makanan untuk Rasya hari ini, adalah Nasi putih dan omlet (mie telur). Zilda pun menyusul teman-temannya yang ada di depan kelas.

“Lo lama banget sih. Kita udah nunggu satu abad tau nggak” ketus Yura.

“Lebay lu, Cuma beberapa menit aja, lo udah bilang satu abad aja” Kinan terkekeh.

“Yaelah, Cuma bercanda doang ih” ucap Yura.

“Yaudah ayo kita ke kantin” ucap Zilda bersemangat.
   
Mereka pergi ke kantin bersama-sama. Terlihat di pojok kiri sudah ada Rasya dan geng nya. Membuat Zilda bersemangat untuk memberikan bekalnya kepada si cowok es itu. Ia mulai menghampiri meja Rasya dan teman-temannya. Yura, Monic, dan Kinan mengikuti langkah Zilda dari belakang.

“Hay semuanya” ucap Zilda ragu.

“Eh, ada Zilda. Hay juga” balas teman-teman Rasya.

“Mau nyamperin Rasya?” tanya Dheo.

“Kalo itu sih nggak usah di tanya dhe, pasti itu mah” kata Yezki.

“Hehe, iya” balas Zilda.

“Nih, aku bawain kamu bekal” Zilda meletakkan bekal makanannya ke atas meja.

“Nggak butuh” Rasya masih fokus dengan game di handphonenya.

“Lo jangan gitu Ras, kasihan Zilda udah buat makanan itu” bela Ghevan.

“Kalo gue nggak kasihan lo mau apa?” Rasya menatap sinis kepada Ghevan.

“Gue nggak mau apa-apa. Tapi setidaknya hargai pemberian orang lain, Ras” saran Ghevan.

“Gue nggak mau makan pemberian dia” tekan Rasya.

“Kenapa lo nggak mau?” tanya Yezki.

“Gue nggak laper” ucap Rasya.

“Kalo nggak laper ya bisa di makan nanti kan. Jangan kayak gini. Dia tuh cewek bro” ujar Dheo.

“KALO GUE NGGAK MAU YA NGGAK MAU” bentak Rasya.

“Sebaiknya kalian pergi dulu deh. Kita jamin Rasya bakalan makan bekal dari lo, Zil. Maafkan sahabat kita ya” Ghevan merasa bersalah.

“I...Iya nggak papa kok. Ya udah kita pergi dulu” ucap Zilda menahan tangisnya.
  
Zilda langsung berlari ke taman belakang sekolah untuk menenangkan pikirannya sejenak. Ia tak habis pikir kenapa Rasya begitu jahat kepadanya. Apakah yang di lakukan Zilda salah? Zilda hanya ingin meluluhkan hati cowok itu saja. Apa salahnya jika Zilda berharap dengan cowok itu?

Jangan lupa vote yaa😊

WHEN I SEE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang