Hi, apa kabar semuanya?
Setelah Nady pikir-pikir, sepertinya Nady akan lanjutin semua chapter sampai selesai dulu, deh, baru Nady akan republish semua dari awal lagi.
Sekali lagi, Nady mau ngucapin makasih banget bangeeettt sama kalian semua yang masih setia nungguin dan masih mau nyempetin waktunya untuk baca karya Nady yang amatiran ini. Padahal Nady nge-ghosting kalian sampai tiga tahun gini. Hehe. Terharu banget. :')
P.S. Bacanya sambil dengerin mulmednya, deh. PAS BANGET!
Happy Reading and Hope You Like It!!
**********
"C'mon princess... Genggam tangan pangeranmu ini....," Ucapnya seraya mengedipkan sebelah matanya lalu tertawa membuat Leonyca ikut tertawa bersamanya. ".... Untuk terakhir kalinya." Lanjut Beylan pelan-bahkan sangat pelan sampai dia sendiri saja tidak bisa mendengar.
Ada satu hal yang Leonyca baru sadari lagi saat Beylan menuntunnya kembali masuk ke dalam hotel. Punggung tegap yang dia lihat saat pertama kali dirinya berada di dalam ballroom hotel itu ternyata adalah punggung pria ini.
Leonyca tersenyum. Mengapa Beylan harus meminta Leonyca untuk tetap jadi temannya kalau pada dasarnya pria itu sudah mempunyai tempat tersendiri di hati Leonyca. Meskipun itu sudah terlalu jauh tertutup oleh kehadiran Bryant.
Leonyca memang hanya mencintai Bryant, tetapi Beylan.... Tetaplah Biannya. Tentu saja keduanya berbeda bagi Leonyca. Karena, yang satu adalah masa depannya dan yang satunya lagi hanyalah masa lalu yang akhirnya bisa Leonyca ketahui....
**********
Suara musik klasik mulai terdengar samar-samar di gendang telinganya. Leonyca masih bersama dengan Biannya- tetap dengan jemari yang saling bertautan. Tidak, tepatnya jemari Beylan yang menautkannya dengan sangat erat.
Mereka berdua masih berada di lorong yang menghubungkan taman tadi dengan ballroom megah yang pastinya sudah lebih ramai dari sebelumnya. Mereka menyusuri lorong dengan langkah perlahan- atau mungkin lebih tepatnya Bian sengaja melangkahkan kakinya dengan pelan agar bisa lebih lama berduaan dengan Kikanya. Dan tanpa sadar Beylan mendesah, tersirat akan kesedihan yang sulit diungkapkan dan membuat Leonyca mengadahkan wajahnya melihat wajah pria tampan di sampingnya itu. Kedua mata jernih Leonyca terkunci rapat dengan mata keabu-abuan Beylan, seakan ikut tenggelam dalam arus yang mengalir deras di dalam tubuh pria itu. Leonyca sebenarnya tahu apa yang dirasakan oleh Beylan sekarang, tapi ia lebih memilih untuk berpura-pura tidak tahu, karena Leonyca juga harus menjaga perasaannya yang kini sudah tergantikan untuk Bryant seorang.
Leonyca terus berpegang erat dengan kendali dirinya agar rasa sedih yang dirasakan Beylan terhadapnya tidak menular pada dirinya juga.
"Maafkan aku..." Lirih Leonyca sangat pelan, bahkan mungkin hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.
"Hmm?.." Beylan bergumam menanggapi lirihan Leonyca yang begitu pelan terdengar di telinganya.
Seakan tersadar apa yang ia ucapkan tadi, Leonyca gelagapan dan dengan cepat ia menggelengkan kepalanya, "Ti-tidak, tidak ada..." Ucapnya. Beylan hanya tersenyum simpul lalu kembali mengajaknya berjalan. Dengan langkah yang pasti, dan dengan hati yang bergemuruh hebat karena mengontrol perasaannya, Beylan bergumam pelan juga, "Tidak ada yang perlu dimafkan, karena itu bukan salahmu, melainkan salahku karena aku sudah terlalu lama membuatmu menunggu, menunggu ketidakpastian ini. Belasan tahun kau menungguku,. Wajar bila kau memutuskan untuk pergi." dan ya, ternyata Beylan memang mendengar lirihan pelan Leonyca tadi. "Kita jatuh cinta di waktu yang salah."Gumamnya kembali.
Sungguh miris bukan?
"Tidak, bukan pada waktu yang salah, tetapi kita memang tidak ditakdirkan Tuhan untuk bersama. Karena jika memang kita ditakdirkan untuk bersama, selama apa pun aku menunggumu dan selama apa pun kau berusaha untukku, kita pasti akan bersama."
"Ya, tapi sayangnya tidak."
"Kau punya tempat tersendiri di dalam hatiku, Bian..." Ucap Leonyca gemetar. Kedua tangannya meraih tangan pria itu, menggenggam dan membawa ke dadanya, "Di sini Bian, kau berada jauh di dalam sini. Kau mempunyai ruang khusus yang orang lain pun tidak ada yang tahu." Walau bagaimana pun juga, Biannya pernah mewarnai hidupnya-ralat-hatinya sedari kecil hingga ia dewasa.
Beylan tersenyum, tersenyum getir. Lalu membawa Leonyca ke dalam rengkuhannya. "I love you, but i'm letting go." bisik Beylan dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya, ia sebisa mungkin menahannya. "I let you go, Kika." Tambahnya dengan air mata yang tidak bisa lagi ia tahan sembari menarik tubuh Leonyca ke dalam pelukannya. Erat. Bahkan sangat erat seakan tiada hari esok untuk bisa bertemu dengan Kika-nya kembali. Dan memang ia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Kika-nya.
Ya, setidaknya Kika-nya tidak melupakannya hingga sekarang. Dan Beylan, dia merasa sudah saatnya pula dirinya harus mengikhlaskan Kika-nya dimiliki orang lain-bukan, lebih tepatnya dimiliki oleh sepupunya sendiri. Lucky Bryant!
To be continued
**********
MAAF NIHHH!!!
Tau banget ini super duper pendek. Cuma mau test dulu soalnya!! HIHIHI
Gimana? apa sudah mengobati rasa rindu kalian? Semoga bisa mengobati rasa rindu kalian yaa! :) Ini draft juga udah mandek aja dari 2018 gak Nady apa-apain. Cuma benerin bahasa dan EYD yang acak-acakan aja dikit. xx
PAPOYYYYYY!!!!
Saturday
14/08/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
My FAKE Fiancé
RomanceHighest Rank #130 in Romance Category - [15/02/2018] Leonyca Genevieve Alston, Manusia yang mempercayai love at first sight, cinta pertamanya pada bocah laki-laki yang memberikannya bandul saat mereka masih berumur delapan tahun. Pertemanan singkat...