Chapter 27 - Really? He's Not Brylee?

7.8K 482 48
                                    



Happy Reading and Hope You Like It yaa!!

**********

"Mau mendengar tentang kisahku Nyc?" Tanyanya. "Uhm, maksudku, kisahku dengan seorang gadis kecil yang pernah kita bahas dulu sebelum aku berangkat ke Barcelona."

Apa katanya? Kisah masa kecilnya? Which is itu adalah dirinya sendiri? Tanpa berpikir panjang Leonyca menjawab,

"Te-tentu..."

**********

"Kemarilah, duduk di sampingku."

Leonyca menurut, ia berjalan pelan lalu duduk di samping pria itu. Kedua tangannya kini terkepal kuat memegang ujung gaunnya. Sungguh! Meskipun dia sudah melupakan Biannya tapi tetap saja degup jantungnya tidak bisa ia kendalikan sekarang.

Memang terkadang, otak lebih mudah kita kendalikan daripada perasaan. Jadi, jangan salahkan Leonyca karena perasaannya yang terkesan labil seperti ini.

Brylee terdiam sambil memejamkan matanya, seakan sedang menggali ingatan-ingatan yang telah lama tenggelam. Hal itu Membuat Leonyca semakin gugup dengan mengulum bibir bawahnya sendiri dan mengetatkan kedua kepalan tangannya yang sudah basah karena keringat. Jika saja Brylee tidak bilang kalau ini cerita tentang masa kecilnya mungkin Leonyca tidak akan segugup ini. Tidak ada yang bersuara satupun, bahkan semilir angin yang menerpa dedaunan sekitar seakan berhenti begitu saja agar tidak menimbulkan suara bising diantara mereka berdua.

"Dulu..." Brylee mulai bersuara seraya membuka kedua matanya yang sedari tadi terpejam. "Saat aku bersekolah di Marseille, Prancis, aku bertemu dengannya... Dia adik kelasku, dan dia anak baru di sekolah itu. Dia cantik, dengan rambut coklat yang terurai ditambah bando pink berpita diatasnya. Aku bertemu dengannya hanya satu kali saat itu karena keesokan harinya dia menghilang entah kemana." Brylee bercerita tanpa menoleh sedikitpun pada Leonyca, pandangannya lurus kedepan seakan ia bisa melihat masa lalunya di depan sana.

Tanpa sadar Leonyca tersenyum simpul, ia tidak menyangka karena ternyata bukan hanya dirinya yang masih ingat jelas tentang masa lalu itu. Leonyca kini ikut tenggelam ke dalam memori saat itu. saat-saat dimana dia menjadi anak baru di sekolahan itu dan bertemu dengan pangeran berkuda putihnya. Biannya.

Keduanya lagi-lagi terdiam. Leonyca masih tidak tahu harus berbicara apa, dia masih terlalu gugup sekarang. Mereka membiarkan beberapa menit terdiam begitu saja. Hingga akhirnya Leonyca menghela napasnya panjang dan di ikuti oleh pria di sebelahnya yang sama-sama menghela napasnya lalu berucap,

"Namanya Jessica."

Leonyca menoleh ke sampingnya dengan cepat. Matanya terbelalak. Apa katanya tadi? Jessica? Apa dia tidak salah dengar? What the f!!

Pikiran Leonyca pun berkelana, apakah selain wajahnya yang mirip dengan Jessica kini kisah cinta monyetnya juga mirip dengan Jessica itu? Entahlah, tapi sampai sekarang Leonyca masih tidak yakin dengan apa yang Brylee katakan.

"Bu-bukankah kau pernah bilang padaku kalau kau pernah memberikan sesuatu pada gadis kecilmu itu?" Tanyanya ragu.

"Yaa, dulu aku memberikan hatiku padanya... meskipun bukan benda yang terlihat tetapi itu nyata. Nyata adanya..." jawabnya masih dengan nada datarnya namun tersirat akan kesedihan.

Bagaimana tidak? Wanita yang di cintainya kini sudah tenang di alam yang berbeda.

Masih tidak yakin dengan pendengarannya saat pertama kali pria itu menyebutkan nama gadis kecilnya, Leonyca bertanya lagi dengan gugup. "Jessica tadi itu... Maksudmu?"

"Yup! Jessica Steinfeld... Mantan tunangan adikku sendiri..." ucapnya masih dengan pandangan lurus ke depan. "Miris, bukan?" Tanyanya defensif.

"Aku kembali bertemu dengannya lagi setelah belasan tahun kemudian. Dia semakin cantik saat itu..." tak sadar, Brylee tersenyum setelahnya. Kenangan-kenangan manis yang dulu dan peri kecilnya lalui kini terangkat kepermukaan.

"Yang ku tahu saat itu, dia menghilang karena dia jatuh sakit selama satu bulan dan orang tuanya memutuskan untuk pindah ke sekolah lain yang jauh lebih murah dan lebih dekat dari rumahnya. Mulai saat itu... Di pertemuan kedua kami, aku menyatakan perasaanku padanya dan memintanya menjadi kekasihku...." Brylee terkekeh mengingat masa lalunya itu. "Dia menerimaku. Kami berpelukkan cukup lama hingga lupa kalau kami masih berada di taman yang lumayan ramai."

Leonyca masih terdiam, ia hanya tersenyum sesekali untuk menanggapi Brylee yang asik berceloteh.

"Kami berpacaran sudah lebih dari satu tahun, Jessica bahkan ikut denganku untuk tinggal di Los Angeles, sampai akhirnya... Kau tahu, Nyc?" Tanya Brylee menoleh sekilas lalu menatap lurus lagi. "Tidak lama setelahnya kepindahaan kami ke Los Angeles, Jessica memutuskanku, dan beberapa bulan setelahnya.... Bryant berpacaran dengannya..."

Leonyca tahu apa yang terjadi saat itu, karena Bryant pernah bercerita padanya. Itu semata-mata karena Bryant ingin melindungi diri Brylee dari seorang iblis berwajah malaikat seperti Jessica itu.

"Terkadang... Sesuatu yang kita lihat belum tentu sama dengan apa yang kita pikirkan. Don't judge people if you don't know the whole situation." Sela Leonyca.

Brylee mengangguk, "Yaa, aku setuju dengan statment itu, Nyc, aku pun tidak pernah marah dengan Bryant setelah aku tahu hal itu meskipun dia tidak pernah membahas tentang mengapa dia bisa bersama dengan Jessica sedikit pun padaku. tetapi ada satu hal yang kau tidak tahu, Nyc.... Karena masih ada perasaan sakit dan ketidak relaan ketika kita melihat seseorang yang kita cintai itu bahagia dengan orang lain." Jedanya sebentar. "Bullshit rasanya kalau kita bilang 'aku bahagia hanya dengan melihat dia tersenyum'." Brylee berucap seraya menggerakan tangannya di udara seperti mengutip.

Leonyca terdiam, dia menyetujui itu dalam hatinya. Menurutnya, Brylee tidak salah, Bryant pun juga tidak salah. Mereka hanya saling melindungi satu sama lainnya. Bryant yang peduli dengan Kakaknya, dan Kakaknya yang tidak ingin mengusik kebahagiaan adiknya saat itu. Sangat miris! Kalau saja Brylee tahu yang sebenarnya kalau Jessica itu adalah seorang iblis berwajah malaikat yang hanya mengincar hartanya saja.

Leonyca berdecak lalu menggelengkan kepala memikirkannya. Membuat Brylee menoleh, "Kau kedinginan, Nyc?" Tanyanya.

Brylee berdiri dari kursinya lalu berjalan ke belakang Leonyca, melepaskan tuxedonya lalu mengesampirkannya ke bahu wanita itu. Leonyca sangat terkejut dengan perlakuan -cukup manis- tiba-tiba yang Brylee berikan padanya.

Brylee berjalan pelan menyusuri bangku taman itu seraya melipat kedua lengan bajunya hingga siku, melepaskan dasinya lalu melemparkan kesembarang arah begitu saja, tidak lupa juga membuka kedua kancing teratasnya. Setelahnya dia kembali duduk di samping wanita itu, mengadahkan wajahnya menatap langit temaram lalu mendesah lega. Seakan beban yang berada di hatinya menghilang begitu saja.

Memikirkan hal manis yang diberikan oleh Brylee tadi, Leonyca teringat Biannya...

Leonyca termenung, ia lalu menundukkan kepalanya. Hatinya kini merasa sakit-tidak, lebih tepatnya kecewa, karena baru mengetahui ternyata dirinya telah salah orang seperti ini, yang ternyata bukan Brylee yang selama ini dia cari. Well, hanya ada dua anak di keluarga Thompson. Jika itu bukan Brylee lalu apa dia itu....

"OH SHIT!!"

**********

Haaaai,
Ada yang masih mau baca?
Terimakasih yaa yang masih mau nunggu cerita ini & masih mau baca!
Fufufufu❤️

Tebak-tebakan kaya buah manggis nih😝Siapa ya Biannya😗😗😗

Di tunggu lanjutannya yaa!

PAPPOOOY!!!

19 April 2018
23.00 wib

My FAKE FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang