Chapter 4 - Where's The Prince?

15.2K 892 6
                                    


Happy Reading and Hope You Like It!

********************

Jangan lupa Votemmentnya yaa :p


-----

Rumah besar bak istana kerajaan dengan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi sudah terlihat dari pandangannya. bangunan ini tidak cocok disebut rumah, melainkan sebuah Mansion. Mobil yang Leonyca naiki bergerak memasuki pelataran Mansion mewah itu. Ia di sambut dengan gerbang hitam yang menjulang tinggi, gerbang itu terbuka pelan otomatis, seakan memberikan kesan penasaran dengan isi dibaliknya.


"Wow... " itulah kesan pertama Leonyca saat gerbangnya sudah terbuka sempurna.


Masih ada lima ratus meter lagi untuk sampai ke pintu utama. Gadis itu terperangah begitu mengedarkan pandangannya sesaat sudah melewati gerbang tadi. Mana ada rumah raksasa ini di kotanya dulu. Rumah tetangganya saja yang merupakan rumah yang paling besar di daerahnya saja mungkin hanya seluas seperempat kebun halaman depannya saja. Ia memang pernah melihat mansion-mansion besar seperti ini namun hanya melihatnya dari siaran televisi yang terkadang mengangkat hot news dari para pengusaha ternama di dunia.


Sebelum ia memutuskan membuat perjanjian dengan wanita itu, Leonyca sudah mencari tahu tentang keluarga billionaire ini di internet. Meskipun rupa dari anak-anak mereka tidak terpampang disana, dan hanya menampilkan aset-asetnya itu. Tapi tetap saja, ia masih terpesona dengan apa yang ia lihat sekarang.


"Miss Alston, kita sudah sampai.." Sopir yang dikirimkan oleh Mrs. Wayne itu membukakan pintu saat mereka sudah sampai di depan pintu utama, lalu mengeluarkan koper beserta tetek bengek yang Leonyca bawa di dalam bagasi, dan memberikannya kepada pelayan yang sudah berjaga di depan pintu utama dengan luggage trolley di sampingnya. Geez... Ini mansion atau hotel?


Sesaat ia berhasil mengenyahkan keterpanaannya-sebentar-dari apa yang ia lihat sekarang dan saat melewati gerbang utama tadi-Sebuah hamparan taman bunga matahari yang berada di sisi kanan dan kirinya, dan tak lupa juga tonggak-tonggak setinggi pinggang yang berbaris didepan taman itu, dengan wadah besar dan pancuran air ditengahnya.


Seakan tidak puas dengan keterpanaanya, kini dirinya kembali dengan raut tak percaya, pandangannya terkunci saat ia sudah keluar dengan sempurna dari dalam mobil-. Lapangan golf dengan danau buatan di tengahnya? Astaga... Halaman depannya saja sudah seperti ini, apalagi bagian-bagian yang lainnya...


Sangat terlihat norak, bukan? Tapi Leonyca tidak perduli.


Masih dengan pandangan takjub, Leonyca memasuki mansion itu dipandu oleh asisten pribadi keluarga itu, kalau Leonyca tidak salah lihat bernama Haston Jacob.


Seakan tidak ada habisnya kejutan yang Leonyca rasakan, saat pintu utama terbuka sempurna dihadapannya, ia disambut oleh banyaknya pelayan-yang ia sendiri tidak tahu berapa jumlah pastinya-berjejer rapih pada sisi kanan dan kiri pintu. Seolah seperti robot tanpa komando, tepat saat pijakan pertamanya di lantai marmer berkilat itu, para pelayan tadi serentak membungkukkan badannya dan mengucapkan salam selamat datang untuknya.

Leonyca hanya bisa menutup mulutnya yang menganga. Astaga...


Sudah berapa kali diriku menggumamkan kata astaga..? Astaga..


"Nyonya Wayne sudah menunggu anda di halaman belakang, Miss.." ucap Haston menengok ke belakang. Memastikan pelayan yang seperti bellboy itu megikutinya. Leonyca menggangguk mengerti.


"Namun sebelumnya anda bisa membersihkan diri terlebih dahulu... Akan aku tunjukkan kamarnya."


****


"What?!!" teriak Charline dengan suara yang-sangat-memekakkan telinga.

"Keputusan ku sudah final, Char.." ucap Leonyca tanpa melihat ke arah Charline yang sedari tadi mondar-mandir di belakangnya.

"Lagi pula... Aku sudah menandatangani kontrak itu kemarin.." lanjut Leonyca yang masih melipat pakaiannya diatas kasur untuk dimasukkan ke dalam koper.

"Kenapa kau baru memberitahuku? Lalu mengapa Mrs. Wayne memintamu yang jadi tunangan anaknya? Bagaimana bisa?" Charline masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang.

ia terduduk lemas dilantai yang tidak jauh dari ranjangnya. Menekuk kedua kakinya dan membenamkan wajahnya disana. Bahunya bergetar.

Charline menangis.

Leonyca menghapirinya lalu memeluk tubuhnya. Mengusap punggungnya pelan. "Aku hanya merasa takut jika kau tidak setuju dengan keputusan yang ku ambil ini, Char... Mrs. Wayne memintaku karena wajahku sangat mirip dengan tunangan anaknya yang meninggal."

"Maafkan aku..." ucap Leonyca merasa bersalah.

Leonyca melepas pelukannya. Menatap sahabatnya itu yang sudah mendongakkan kepalanya. "lagi pula... Kita masih satu kota,'kan? Dan aku akan sesering mungkin menginap disini..."

"Tap-"

"Mrs. Wayne juga menyetujuinya, kapanpun aku ingin menginap disini itu diperbolehkan." tambah Leonyca memotong ucapan protes yang akan di lontarkan Charline.

Helaan napas panjang terdengar setelah ucapan Leonyca berakhir. Charline tidak jadi mengajukan protesnya pada Leonyca. Ia tidak mau egois, bagaimanapun Leonyca dan dirinya mempunyai kehidupan masing-masing. Charline hanya bisa mendukung apapun yang dilakukan sahabatnya ini sekarang.

- - -

"Kau akan tetap membawa kalung itu, Nyc? Kau tidak ingin membuangnya dan melupakan Bian-mu itu?" Tanya Charline heran saat ia melihat bandul itu masih tergantung angkuh di leher Leonyca.

"Ini berharga bagiku, Char, dan aku yakin suatu saat aku pasti akan bertemu dengan Bian-ku itu" Leonyca menunduk, menggenggam bandul itu lalu tersenyum ke arahnya.

"Kau tidak ingin berpaling saja pada anak-anak Thompson? Hidupmu akan terjamin tujuh turunan, Nyc!!" Seru Charline bergurau lalu terkekeh pelan.

"Char... Aku disana hanya menjadi tunangan palsu! hanya sementara saja menemani sampai pria itu sembuh." Leonyca berdecak kesal lalu menggelengkan kepalanya.

Leonyca tahu, ia tidak akan bisa berpaling dari Bian-nya.

My FAKE FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang