Chapter 8 - Not Him...

13.3K 732 17
                                    

Happy Reading and Hope You Like It!!

**********
Jangan Lupa Votemmentnya yaa! :p

---

Mentari pagi sudah menampakkan dirinya, cahaya terang mulai menembus kaca besar dikamar melalui sela-sela kain penutup kaca itu. Mengusik tidur duo sejoli yang sedang bergulat dengan mimpinya masing-masing.

"Jam berapa ini?" Ucap Leonyca seraya mendudukkan dirinya. Ia melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Leonyca bangun kesiangan kali ini, hal yang jarang ia lakukan.

Aktivitasnya bersama Bryant semalam membuatnya kelelahan sehingga membuat dirinya bangun kesiangan seperti ini. Tapi tunggu, aktivitas yang mereka berdua lakukan bukanlah aktivitas yang dilakukan seperti halnya sepasang orang dewasa pada umumnya. Mereka berdua hanya melakukan berbagai macam hal permainan mulai dari Uno, monopoly, sampai Movie marathon yang membuat mereka berdua baru tidur disaat bulan sudah ingin bersembunyi dari singgasanahnya.

Leonyca memutuskan untuk beranjak pergi meninggalkan Bryant yang masih tertidur dengan nyenyak diatas sofa-mereka tertidur saat menonton film. Ia tak tega jika harus membangunkan pria itu. Sebelum melangkah, ia menyempatkan untuk membenarkan letak selimut yang pria itu pakai.

Dirinya berjalan menuju walk in closet yang berada di kamar itu, meskipun bukanlah kamarnya tetapi semua yang Leonyca butuhkan sudah tersedia di kamar ini. Dan juga, sepertinya dirinya harus berendam air hangat agar badannya tidak terlalu sakit. Tertidur dalam posisi miring diatas sofa membuat tulang-tulangnya sedikit sakit.

 Tertidur dalam posisi miring diatas sofa membuat tulang-tulangnya sedikit sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          "Baby, wake up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baby, wake up... Aku sudah membawakanmu sarapan." Leonyca sudah duduk kembali di tepi sofa, dirinya yang sudah rapih dengan pakaian seperti biasanya. Tanpa sadar, Leonyca memperhatikan Bryant dengan tatapan yang tidak biasa. Jemari tangannya mulai terulur mengelus pelan pipi pria itu, membelai inci demi inci tanpa melewatkan satu bagian apapun. Alis hitam tebalnya, bulu mata lentiknya yang membuat wanita atau pria manapun iri, hidung mancungnya, bibir merah penuhnya. Benar-benar ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna!

My FAKE FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang