CHAP 4

372 36 0
                                    

                      
   ◇ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ◇

"Masuk bii" teriak Vania dari dalam kamar

Vania tau yang mengetuk adalah pembantu dirumahnya, karna tidak mungkin Alex maupun Giana yang mengetuk pintu kamarnya.

"Non ini makanannya, dimakan ya non" ucap bi Rina sambil menepuk pundak Vania

"iya bi" ucap Vania sambil membalikkan badan

"Astaghfirullah non, mata nya kok bengkak?"

"Gehe gapapa bi, taruh meja belajar aja bi makananya" ucap vania sambil mengarahkan dagunya ke meja belajar

"vania makan kok"

"bi Rina duduk disini gapapa non?" tanya bi Rina memastikan yang akan duduk di ujung ranjang Vania

Vania hanya mengangguk dan tersenyum manis

"ya Allah non kenapa lagi? tuan Alex marahin non lagi?"

"Gapapa bi, udah biasa" vania tersenyum lemah

Bi Rina adalah pembantu yang sudah menemaninya sejak vania berumur 10 tahun. Bi Rina sudah mengetahui semua masalah yang ada di vania. Wanita berumur 55 tahun itu hanya bisa berdoa agar Alex segera sadar akan perilaku nya selama ini salah.

"Bi jangan lama lama disini, nanti mama nyari in bibi, nanti bibi dimarahin sama mama" Vania khawatir jika bi Rina kena imbasnya juga

"Yasudah non, dimakan ya makanannya jangan lupa" peringat bi Rina

Gadis itu mengangguk.

☆☆☆☆☆☆☆☆

Gadis berusia 15 tahun itu belajar mengendarai mobil bersama laki laki yang berusia 19 tahun

Dan tiba tiba Gadis itu kaget di karnakan rem yang tidak berfungsi

"Bangg, ini engga bisa di remm" ucap Gadis itu takut

Dengan terpaksa, Gadis itu membanting setir dan mengarahkan mobil nya ke pohon besar itu

BRAKK!!!

mobil BMW berwarna putih itu sudah tidak jelas lagi bentuknya dan sudah mengeluarkan asap akibat benturan keras dari pohon itu. Kaca mobil itu sudah tidak seperti semula lagi

Kepala laki laki itu terbentur dan sudah mengeluarkan banyak darah di karnakan ia tidak menggunakan seatbelt

Gadis itu merintih walaupun ia memakai seatbelt tetapi tetap sakit, tangannya tertusuk oleh pecah pecahan mobil hingga akhirnya tangan gadis itu dipenuhi darah

gadis itu menatap kakaknya yang sudah dilumuri darah, baju yang awalnya bersih sekarang sudah dikotori oleh darah

"M-maaffin Vania bang, ini salah Vania" lirih gadis itu

"ini sudah kehendak tuhan" ucap laki laki itu yang berusaha tersenyum walaupun kepalanya sakit sekali akibat benturan itu dan sudah bercucuran darah.
Rasanya? tak perlu di tanya ini rasanya SAKIT SEKALI!!

"Abang cuman mau kamu nurut sama ayah kalau abang pergi" mohon laki laki itu

"Abang sayang kamu" ucap terakhirnya

"Ngga, abang harus bertahan demi Vania" mohon gadis itu

Dengan perlahan mata laki laki itu terpejam dan tidak ada suara lagi, nafas yang tidak beraturan itu mulai tidak terdengar

"ARGHHHH" vania sontak kaget karna mimpi itu mendatanginya lagi

Dia bangun dengan keadaan keringat dingin yang menetes dengan nafas yang masih tersenggal senggal

VANIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang