Nyatanya, menjadi anak perempuan pertama itu tidak mudah.
* * *
Sore ini, pedagang di kantin kampus sedang sibuk melayani mahasiswa yang perutnya keroncongan. Di satu sudut bangku, terlihat dua orang yang tengah sibuk dengan makanannya. Yang lelaki terkadang memainkan poni rambutnya, sedangkan yang perempuan terkadang membenarkan kerudungnya.
Gadis itu belum selesai menghabiskan makanannya, tetapi gawai yang disimpan di sakunya tiba-tiba bergetar. Terpampang nama Ibu di layarnya. Lantas, gadis yang sedang mengenakan kerudung hitam itu menjawab panggilan yang masuk ke gawainya.
"Halo, assalamu'alaikum, Bu," sapa Meira.
"Wa'alaikumussalam, Mei. Kamu lagi di kampus?" tanya Bu Risa, ibu Meira.
"Iya, Bu," jawab Meira. "Ada apa?" tanyanya kemudian.
"Oh, enggak. Ini Ibu mau ngasih tau aja, tadi Rini abis check up terus minta telepon kamu."
"Oh, mana, Rininya, Bu?"
"Hai, Kak Mei! Tadi aku abis ketemu Dokter Doni. Katanya, keadaan aku makin baik terus."
Meira tersenyum mendengar cerita adiknya itu. "Bagus, dong. Sehat-sehat, ya, jangan males minum obat, okay?" perintahnya pada Rini.
"Okay, Kak!" jawab Rini dengan semangat.
"Kak Mei masih di kampus, Rin. Nanti kalau Kak Mei udah pulang, Kak Mei telepon lagi, ya?" pamit Meira.
"Iya, Kak. Kakak hati-hati, ya, di sana."
"Pasti, dong." Meira memamerkan satu ibu jarinya pada Rini. "Ya udah, dadah. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, Kak Mei."
Meira menutup sambungan telepon, lalu memasukkan kembali gawainya ke saku baju. Di lain sisi, Rafka yang sudah menyelesaikan makannya sedari tadi, sedang memerhatikan gadis di hadapannya itu.
"Eh? Udah beres, ya, makannya?" tanya Meira tiba-tiba.
Rafka yang masih asyik memerhatikan Meira, tiba-tiba terkejut dengan pertanyaan gadis di hadapannya itu. "Eh, iya, udah. Tadi adek lo yang nelepon, ya?" tanya Rafka.
"Iya," jawab Meira seraya melanjutkan makannya.
"Em ... kalau boleh tau, adeknya kenapa check up ke dokter terus?" tanya Rafka dengan ragu karena takut menyinggung.
"Karena sakit," jawab Meira.
Rafka tak ingin melanjutkan rasa penasarannya. Dia menghargai kalau Meira tidak ingin memberitahunya. "Abis ini lo mau pulang?" tanya Rafka kemudian.
"Iya. Kalo lo?" Meira menyuapkan makanan yang terakhir ke mulutnya.
"Gue masih ada matkul sampe jam lima lebih," jawab Rafka.
"Oh, ya udah, belajar yang bener. Jangan kebanyakan bolos."
"Iya-iya. Tapi gue nggak bisa anter lo pulang, Din."
"Ya, nggak apa-apa, lah. Gue bisa pulang sendiri."
"Ya udah, entar hati-hati pulangnya."
"Iya, Rafka," jawab Meira diakhiri senyuman.
***
Sebelum pulang ke kosan, sudah menjadi kebiasaan Meira untuk ke toilet kampus. Sekadar buang air kecil ataupun becermin. Seperti biasa juga, Hana dan teman-temannya selalu menghadang Meira setiap pulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/279613046-288-k500156.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FASE RASA [TELAH TERBIT]
RomantikMerantau di kota orang memang tak mudah. Meira harus berjuang untuk mimpi dan misinya. Mimpinya kuliah di Jakarta sudah terwujud, tinggal menjalani apa yang telah diraih. Misinya mencari seseorang adalah hal yang paling susah. Mengitari Jakarta send...