[13] FASE KHAWATIR

135 29 14
                                    

Dia kesal karena lelaki itu selalu bersikap perhatian, tetapi kenyataannya, di antara mereka tak ada hubungan spesial.

***

Siang ini matahari cukup terik. Tak banyak orang yang lalu-lalang di area kampus. Sepertinya, para mahasiswa sibuk mencari tempat yang sejuk.

Sementara di sebuah ruang kelas, para mahasiswa sedang mendengarkan penjelasan dosen. Beberapa ada yang melamun, ada yang sudah bosan, bahkan ada yang malah mengantuk.

Kuliah di siang hari adalah ujian paling berat. Tantangannya adalah bosan dan kantuk. Meira yang biasanya duduk di bangku paling depan pun, apabila ada kuliah siang akan memilih bangku baris kedua atau ketiga. Selain suka melamun, dia pun suka mengantuk.

Hari ini, Meira ada kelas hingga pukul enam sore. Sebelum pulang ke kos-kosan, dia menyempatkan salat Magrib di kampus. Hanya ada sedikit mahasiswa di musala.

Saat melipat mukena, gadis itu merasakan gawai yang ada di tasnya bergetar. Terlihat satu notifikasi dari aplikasi WhatsApp-nya. Lantas, dia membukanya.

Rafka Riweuh
Din, udah pulang belum?

Meira
Belum, kenapa emang?

Rafka Riweuh
Masih di mana?
Mau gue jemput ga?

Meira
Di musola kampus
Ga usah, gue bisa pulang sendiri

Rafka Riweuh
Oh, ya udah
Kalo ada apa-apa kabarin gue aja

Meira
Iyaa

Meira hanya tersenyum membaca pesan Rafka. Hatinya bahagia. Dia merasa ada yang mengkhawatirkannya. Sebenarnya, dia tak ingin merepotkan lelaki itu. Namun, lelaki itu yang selalu meminta direpotkan olehnya.

Dalam satu minggu kemarin, Rafka sering mengajaknya membeli makanan. Kalau tidak makan di tempat, pasti makan di kos-kosan Meira, di bangku luar yang sering dipakai nongkrong anak kos. Katanya, lelaki itu nyaman apabila makan sambil menatap pemandangan.

Meira telah selesai menunaikan kewajibannya. Kini, ia berjalan menyusuri jalanan kota. Dia sengaja tidak naik angkutan umum karena ingin jalan kaki seraya menikmati suasana malam.

Malam itu jalanan tak terlalu ramai. Saat Meira di dekat sebuah grosir yang sudah tutup, tiba-tiba satu mobil berwarna hitam melaju dengan cepat. Entah sengaja atau tidak, mobil itu menyenggol Meira yang sedang berjalan. Tubuh mungil gadis itu sedikit terpental karena tangannya tersenggol spion mobil.

Inginnya dia berteriak dan mengejar mobil itu, tetapi kakinya lemas karena masih terkejut. Beberapa orang yang ada di sekitar langsung mengerumuni gadis yang kini duduk. Kedua telapak tangannya sedikit berdarah karena menahan tubuh saat terjatuh. Sikut kanannya sedikit linu karena tersenggol mobil tadi.

"Mba, nggak apa-apa? Apanya yang sakit?" tanya salah satu ibu-ibu yang menghampiri.

"Nggak, Bu. Ini tangan aja lecet karena nahan sama sikut yang kesenggol," jawab Meira dengan sopan.

"Aduh, itu tangannya pake obat merah nanti ya. Ibu lagi nggak bawa," ucap ibu itu khawatir.

"Iya, Bu. Nanti saya beli obat merah."

FASE RASA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang