[22] FASE MENGESALKAN

123 24 10
                                    

Lelaki itu sudah tahu cara meruntuhkan kekesalan Meira. Sepertinya, dia sudah mulai mengenal Meira lebih dalam.

***

Saat Meira dan Satria sedang asyik makan, tiba-tiba ada suara dari arah samping keduanya. "Wah, enggak bener, nih. Masa di kantin makan temen, sih," ujar salah satu lelaki yang baru datang.

Meira langsung menoleh ke arah kiri, sedangkan Satria menoleh ke arah kanan. Keduanya sedikit mendongak karena kedatangan dua lelaki yang masih berdiri. Rafka masih terlihat santai dengan lengan yang dimasukkan ke saku celana seraya tersenyum ke arah Meira. Jingga masih terlihat memprovokasi dengan lengan kanan yang disimpan di bahu kiri Rafka.

"Eh, lu jangan ngeprovokasi, ya!" tegur Satria kepada Jingga yang sudah biasa bertengkar. "Gua di sini lagi makan doang sama Dinda," ujarnya lagi.

"Iya-iya, gua tau, kok. Makan temen, kan?" tanya Jingga lagi diakhiri tawa.

Satria langsung menepak lengan kiri Jingga. Mereka berdua sudah biasa bertengkar seperti itu layaknya kakak beradik. Rafka pun sudah biasa menjadi penengah di antara keduanya. Saat Satria dan Jingga bertengkar, Meira hanya senyum-senyum sendiri melihatnya.

Rafka yang masih berdiri pun langsung duduk di samping kanan Meira. "Biarin aja, udah biasa kayak gitu," ujar Rafka kepada Meira.

Meira langsung menoleh ke arah Rafka. Dia tersenyum. "Iya, ada-ada aja," ujarnya seraya tertawa kecil. "Mau makan?" tanya Meira menawarkan makanannya yang masih setengah porsi lagi.

Niat Meira awalnya hanya basa-basi. Namun, Rafka menganggapnya betulan. Lelaki itu malah mau dengan penawaran Meira. Dengan sangat terpaksa, Meira membolehkan makanannya dimakan Rafka.

Meira hanya melihat Rafka menyantap makanannya. Gadis tersebut sedikit kesal, sedangkan Rafka dengan polosnya menghabiskan makanan. Saat ini, Jingga dan Satria sedang berbincang dan berbagi makanan.

Dih, enggak tau diri, udah ditawarin malah diabisin, batin Meira. Sabar, Mei. Orang sabar pasti kesel, ujarnya lagi dalam hati.

"Kalian ngapain di sini berdua?" tanya Rafka yang masih mengunyah suapan terakhirnya.

Lelaki tersebut membuyarkan lamunan Meira. "Ya, makan. Masa iya belajar di kantin," jawab Meira dengan nada kesal.

"Oh, kirain belajar," balas Rafka lagi. "Soalnya, ini ada contoh orang yang belajar di kantin." Rafka menunjuk Satria.

Mata Meira mengikuti arah telunjuk Rafka. Gadis tersebut menatap sekejap Satria yang sudah siap untuk menyanggah. Sementara Jingga yang sedang duduk di samping Satria, tengah asyik menghabiskan makanan.

"Yeh, tadi gua bangunnya kesiangan, ya," ujar Satria sewot. "Tadi lu pada ketawa, kan, liat gua diusir Bu Farida?" tanyanya dengan bibir yang cemberut.

"Iya, lah, gila!" timpal Jingga yang masih mengunyah makanannya. "Masa lu kek gitu enggak diketawain, sih. Kapan lagi, ya, Ka?" ujarnya lagi mencari pembelaan Rafka.

Rafka tertawa diikuti oleh Jingga, sedangkan Meira malah sibuk dengan gawainya. Kekesalannya masih kentara. Terlihat dari gadis itu yang sedang menggulirkan beberapa video di Instagram dengan penuh penekanan. Rafka yang menyadarinya pun langsung peka.

"Din, lo udah beres, kan, kuliahnya?" tanya Rafka. Selain menghabiskan makanan Meira, lelaki tersebut pun menghabiskan minuman Meira.

Meira terlihat semakin kesal. Bibirnya sedikit maju. Kening dan alisnya terlihat berkerut. "Udah!" jawabnya singkat.

"Ya, udah. Yuk, pulang. Udah sore." Rafka beranjak dari tempat duduknya. Sementara gadis itu masih diam. "Ayo." Lelaki tersebut menarik lengan baju Meira dengan pelan agar gadis itu mengikutinya.

FASE RASA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang