[19] FASE MENCARI

124 27 11
                                    

Gadis yang dia anggap selalu kuat, ternyata bisa memperlihatkan sisi rapuhnya.

***

Sudah dua hari Meira tidak masuk kuliah. Dia hanya berdiam diri di kos-kosan. Setiap pagi dan malam, Rafka selalu datang. Sekadar berbincang dan membelikan makanan.

Gadis itu sudah sering menolak Rafka agar tidak usah repot-repot membawakannya makanan. Namun, lelaki itu tak mau mendengarkan. Dia selalu datang dan membawakan makanan untuk disantap oleh Meira.

Hari Rabu ini, keadaan Meira sudah membaik. Rasa sakitnya sudah reda. Hari ini dia tidak ada jadwal kuliah. Jadi, gadis itu memutuskan untuk mencari ayahnya.

Meira sedang menunggu Rafka selesai kuliah sekitar pukul dua siang. Saat ini waktu baru menunjukkan pukul satu siang. Sambil menunggu Rafka, Meira izin kepada ibunya terlebih dahulu.

Gadis itu menghubungi ibunya melalui sambungan telepon. Sepertinya, siang ini, Risa sedang bersantai di rumah karena Rini sudah membaik. Gadis kecil itu sudah pulang ke rumah kemarin pagi. Kondisinya sudah stabil.

"Assalamu'alaikum, Bu," seru Meira seraya tersenyum saat panggilan video telah terhubung.

"Wa'alaikumussalam, Mei. Gimana kabarnya sekarang?" tanya ibunya ramah. Terdengar dari seberang sana sebuah suara televisi yang menyala. Sepertinya, Risa sedang menonton televisi siang ini.

Meira tersenyum. Dia merasakan hatinya tenang setelah mendengar suara ibunya dan melihat keadaannya. "Alhamdulillah udah mendingan, Bu. Ibu sama adik-adik gimana kabarnya?" tanyanya kemudian.

"Alhamdulillah. Kita baik-baik aja di sini. Rian masih sekolah, kalau Rini lagi tidur," jawab Risa. "Kenapa nelpon jam segini, Nak? Biasanya kamu nelpon Ibu malam-malam," tanya ibunya yang tak biasa ditelepon Meira siang bolong seperti ini.

"Oh, ini aku izin mau coba nyari Bapak, ya. Dianter sama Rafka. Katanya dia tau daerah yang waktu itu Ibu kasih alamatnya, meski enggak terlalu tau detailnya," jelas Meira.

"Oh, gitu. Tapi, kamu udah enggak apa-apa? Nanti malah kecapean," ujar Ibunya mengkhawatirkan Meira.

"Enggak, Bu. Mei udah sehat, kok. Ibu tenang aja, ya. Ibu doain aja, semoga pencarian hari ini membuahkan hasil. Biar Rini bisa cepet ketemu sama Bapak," ujar Meira dengan nada sendu.

"Iya, Mei. Kamu hati-hati, ya. Kabari Ibu kalau ada apa-apa. Nanti, sebelum berangkat, Ibu mau bicara dulu sama Rafka, ya. Mau berterima kasih udah bersedia nganterin kamu," ujar Risa dengan tenang.

"Iya, Bu. Nanti Mei telepon kalau Rafkanya udah datang," ujar Meira.

Tak berselang lama, pintu kos-kosan Meira ada yang mengetuk. Terdengar dari salamnya, sudah dipastikan bahwa itu suara Rafka. Baru saja dibicarakan oleh Risa dan Meira, dia sudah datang.

Meira langsung berdiri seraya memegang gawai. Dia membukakan pintu dengan panggilan video yang masih menyala. Di luar sudah ada Rafka yang tersenyum lebar.

Kehadiran lelaki itu cukup menghangatkan. Senyumnya menenangkan. Meira tak lupa menyambutnya dengan perasaan senang. Gadis itu tersenyum dan mengisyaratkan agar lelaki di hadapannya duduk.

"Bu, ini ada Rafkanya. Baru datang," ucap Meira memberitahu ibunya.

Rafka sedikit terkejut. Baru saja dia duduk, sudah dilaporkan kepada ibunya Meira. Rafka seakan bertanya apa? kepada Meira tanpa suara.

Gadis itu menyodorkan gawainya agar dipegang oleh Rafka. Lelaki itu dengan sigap menerimanya. Dia melihat seorang wanita paruh baya di seberang sana.

FASE RASA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang