[25] FASE MERINDU

136 23 19
                                    

Rasa rindunya pada kampung halaman, telah terobati. Namun, rasa rindunya pada seseorang yang ada di Ibu Kota, telah menanti.

***

Matahari sudah mulai bersinar. Jam dinding di kamar Meira pun sudah menunjukkan pukul enam. Gadis itu terlihat sedang bergegas, memasukkan beberapa baju ke dalam tas besar.

Hari ini, Meira berencana untuk pulang ke kampung halaman. Dia tidak pulang sendirian. Gadis tersebut akan pulang bersama sang ayah yang baru saja ditemuinya.

Dua hari yang lalu, setelah Meira bertemu Pak Wijaya, gadis itu diajak menginap di rumah sang ayah. Rumahnya sangat megah dan terlihat minimalis. Setiap sudut rumah, sepertinya cocok untuk dijadikan spot foto. Namun, jaraknya cukup jauh dari kampus Meira.

Seraya menunggu ayahnya sampai, gadis yang telah mengenakan kerudung segi empat berwarna krem itu mengecek kembali barang bawaannya. Dia teringat dengan jaket abu yang dibawanya saat pertama kali mendatangi Perusahaan Wijayakusuma.

Setelah mengingat beberapa kejadian sebelumnya, Meira langsung membuka gawai dan mengirimkan sebuah pesan pada seseorang.

"Ka, jaket gue yang warna abu tua ada di lo enggak?" tulis Meira di aplikasi WhatsApp-nya.

Tak butuh waktu lama, notifikasi beruntun langsung masuk ke gawai Meira. Terlihat room chat antara Meira dan seseorang. Ada lima pesan masuk sekaligus.

Rafka Riweuh
Ada
Gue kira lo ga inget
Ga usah dibawa sekarang lah
Buat disimpen di sini aja
Lumayan buat ngelap kaca mobil

Meira
Ih
Awas aja kalo dipake elap
Nitip dulu aja lah
Tanggung, bentar lagi gue mau berangkat

Rafka Riweuh
Share loc Din
Atur waktunya biar jadi yang 8 jam

Meira
Haduu, iya bentar
*Membagikan lokasi terkini*

Rafka Riweuh
Ok
Hati hati ya di jalannya
Semoga selamat sampe tujuan

Meira
Aamiin
Makasih doanya

Rafka Riweuh
Sama samaa Adinda Amira yang cantiknya tiada tara

Pesan terakhir dari lelaki tersebut hanya dibaca oleh Meira. Senyum di bibir gadis itu mulai terukir. Aneh memang, lelaki itu selalu bisa membuat senyum Meira terus tercipta.

Baru saja gadis tersebut mengeluarkan aplikasi WhatsApp-nya, tiba-tiba ada panggilan masuk. Meira menggulirkan ikon telepon berwarna hijau itu ke atas. Panggilan tersebut dari Pak Wijaya. Katanya, beliau sudah sampai di depan gang.

Meira pun bergegas keluar kamar dan mengunci pintunya. Dia menuruni anak tangga dari lantai dua. Sebelum benar-benar pergi, gadis itu pamit terlebih dahulu kepada pemilik kos. Sekadar menginformasikan bahwa dirinya akan pulang kampung dan menitipkan sebagian barang bawaannya yang masih ada di kamar.

***

Enam jam telah berlalu. Gadis itu sudah berpindah suasana. Rasa rindunya pada kampung halaman, telah terobati. Namun, rasa rindunya pada seseorang yang ada di Ibu Kota, telah menanti.

FASE RASA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang