03 : Mati

6.4K 315 0
                                    

Siapa pun tidak akan berdaya jika sudah berhadapan dengan sosok Kalamsa Sasta. Gadis berhati iblis itu ketika murka akan lupa dosa dan dunia.

Untuk meluapkan amarahnya, Sasta cenderung akan memukul, menyiksa, dan membuat lawannya menjadi manusia tidak berdaya.

Seperti sekarang.

Bugh!

"ARGHHH!"

Katakanlah Sasta mempunyai penyakit jiwa. Sebab saat Lami berteriak kesakitan dan memohon ampunan, ia justru tertawa kesenangan.

"Ini menyenangkan!" Sasta memukul punggung Lami dengan tongkat baseball. Ia seakan gelap mata. Sama sekali tidak terpengaruh oleh teriakan Lami yang meminta belas kasihan.

"Sasta, aku mohon berhenti! Punggung aku remuk!" seru Lami sambil menangis kencang. Ia kembali berteriak begitu Sasta menghempaskan tubuhnya ke arah tumpukan meja bekas di dalam gudang. Di waktu yang bersamaan, kacamata Lami terbang dan tergeletak entah di mana.

"Sialan, berisik!" Gadis itu menggeram tak senang. Diinjaknya pergelangan kaki Lami saat gadis itu hendak bangkit untuk melarikan diri. "Mau kemana, hm?"

Lami tak membalas. Lebih tepatnya ia tidak mampu berkata-kata karena tak kuasa menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Kemudian, Sasta menekuk kedua lutut. Berjongkok di hadapan Lami lalu mencengkram pipi gadis itu untuk menatap matanya.

"Dengar, sialan. Gue paling gak suka lihat cewe nempel-nempel sama Arjen." Gadis itu mengukir senyuman sinis. Menampar pipi Lami hingga tertoleh paksa ke samping. "Tapi gue lebih gak suka saat Arjen manggil nama lo!"

Belum sempat Lami berpikir, tiba-tiba Sasta memukul kepalanya dengan tongkat baseball. Sontak ia berteriak kesakitan. Terlebih ketika merasakan darah mulai mengucur dari pelipisnya.

Tak berhenti sampai di situ, Sasta kemudian menendang-nendang tubuh Lami yang tersungkur mengenaskan di atas lantai. Gadis itu tiba-tiba bergumam pelan dan mengulangi perkataannya sambil tertawa bak orang kesetanan.

"Mati. Mati. Mati."

Sasta benar-benar psikopat gila! Saking terobsesinya dengan Arjen, gadis ini tak segan-segan membantai seseorang sampai membuatnya berada di ujung nyawa.

"Ya Tuhan! Aku gak sanggup lagi. Aku mau mati aja daripada disiksa begini."

Pergerakan Sasta perlahan berhenti. Napas gadis itu mulai beraturan. Matanya menatap tajam Lami yang masih menangis sesenggukan sambil memegang kepalanya yang mengeluarkan darah.

"Lo beruntung karena gue masih ngebiarin lo hidup kali ini." Sasta menarik kakinya dari atas punggung Lami. Ia melangkah mundur sembari mematri senyum keji. "Awas lo berani dekatin Arjen lagi. Atau akan gue pastikan lo mati di tangan gue nanti."

Lami hanya diam. Namun menyumpah serapahi Sasta dalam hati sedari tadi.

"Sasta sialan! Mati aja kamu!"

****

Lami berjalan terseok-seok di jalan. Sekuat tenaga ia memaksakan tubuhnya bergerak walau sebenarnya tidak memiliki kuasa. Pada akhirnya, Lami terjatuh sebab tak sanggup menahan sakit serta ngilu di seluruh tubuhnya.

"Arghh! Kepalaku!" Lami memukul-mukul kepalanya saat rasa sakit menggerogotinya semakin menjadi-jadi. Ia terisak kencang di jalan yang tak dilewati satu pun kendaraan.

"Ini gak adil!" Gadis itu meraung keras. Air matanya meleleh deras sembari memandang langit malam yang tak disinggahi bulan maupun bintang. Kosong, seperti hidup Lami.

I'm (Not) SastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang